Istilah stunting pasti sudah sering dengar, ya. Mirisnya, Indonesia mendapat juara ke-5 kasus stunting terbanyak di dunia hingga pemerintah pun gencar memerangi stunting. Meskipun secara harfiah stunted artinya pendek, tapi jangan salah, tidak semua yang pendek itu langsung dianggap stunting. Masih ada istilah wasting dan underweight. Nah, apa lagi itu?
Mari kita bahas mulai dari stunting terlebih dahulu. Stunting adalah kondisi kurang gizi di 1000 hari pertama kehidupan bayi yang berlangsung lama sehingga menyebabkan perkembangan otak terhambat, begitu pula tumbuh kembangnya. Ciri-ciri yang paling nampak adalah tubuh anak lebih pendek dari anak seusianya. Jika diukur menggunakan kurva pertumbuhan panjang badan/tinggi badan berdasar usia (TB/U) dari WHO (Organisasi Kesehatan Dunia), anak dianggap stunting bila hasil plot panjang badan/tinggi badan di usia anak saat ini berada di bawah –2 SD (Standar Deviasi).
Misal, anak laki-laki yang berusia 4 bulan normalnya memiliki panjang badan minimal 57 cm, dan dikatakan stunting bila panjang badannya 49 cm pada usia 3 bulan, dan baru mencapai 50 cm pada usia 4 bulan.
Anak yang stunting biasanya juga mengalami wasting, yang kurang lebih diartikan sebagai kurus. Tidak asal kurus, tetapi harus diukur dengan kurva pertumbuhan agar lebih objektif. Kurvanya berbeda dengan kurva pada stunting karena yang digunakan adalah kurva berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Anak dikatakan wasting jika berat badan anak berdasarkan tinggi badannya menunjukkan hasil di bawah –2 SD.
Wasting ini sifatnya akut, yaitu terjadi secara cepat. Misalnya, anak terserang penyakit diare hingga berat badannya turun drastis, namun tinggi badannya tidak. bermasalah. Karena itu, anak yang mengalami wasting bisa kembali mencapai berat badan normal asal ditangani secepatnya. Tapi bila penanganannya terlambat atau sudah berada pada kondisi severe wasting, akibatnya bisa fatal dan menyebabkan kematian.
Sementara itu, stunting bersifat kronis, yaitu berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama, umumnya beberapa bulan atau lebih. Kadang kala, setelah lewat usia 2 tahun gejala stunting baru terlihat nyata. Sayangnya, karena proses terjadinya yang lama atau berulang-ulang, anak yang stunting sulit untuk kembali ke fase tumbuh kembang normal.
Stunting dan wasting masuk kriteria underweight (gizi kurang/buruk). Disebut underweight bila diukur menggunakan kurva berat badan menurut usia anak (BB/U), hasil plotnya berada di bawah – 2 SD. Jangan sampai salah ya, kurva untuk anak laki-laki dan perempuan berbeda, biasanya kurva anak laki-laki berwarna biru sementara anak perempuan berwarna pink. Kurva ini bisa diunduh gratis melalui website IDAI , atau kalau sudah menggunakan buku KIA yang baru (revisi 2020), kurva ini sudah termuat di dalamnya.
Unduh kurva pertumbuhan WHO secara lengkap di situs resmi IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia).
Semoga penjelasan di atas cukup mudah dipahami, ya. Untuk pencegahan stunting, wasting, dan underweight, orang tua perlu mengukur berat badan dan tinggi badan anak secara berkala. Jika mulai berada di luar garis standar, perbaikan gizi bisa dilakukan segera.
Referensi :
1. Interpretation Guide Nutrition Landscape Information System WHO
2. Pedoman Stategi Komunikasi Perubahan Perilaku dalam Percepatan Pencegahan Stunting di Indonesia 2018
3. Paparan Kebijakan dan Strategi Penanggulangan Stunting di Indonesia Kemenkes-PERSI
4. Pendek (Stunting) di Indonesia, Masalah dan Solusinya Litbangkes 2015