Tidak semua penderita miopia, sebutan medis untuk mata minus, mengalami kelainan pada struktur mata. Ya, gangguan refraksi tidak selalu diikuti oleh kelainan dalam bola mata. Kelainan struktur mata biasanya terjadi pada pasien dengan mata minus tinggi (>6 Dioptri) atau bila jarak antara kornea ke retina lebih panjang dari normal (>26,5 mm). Pada pasien miopia ini, minusnya bisa terus bertambah dan berisiko mengalami retina lepas yang menjadi penyebab buta permanen. Nah, dari sinilah muncul desas desus risiko melahirkan normal pada ibu hamil dengan mata minus. Jadi, boleh tidak pasien dengan mata minus melahirkan normal? 

Mata berubah selama kehamilan

Sebelum membahas risiko mata minus saat melahirkan normal, cek dulu yuk apa saja perubahan mata selama hamil. Selama masa mengandung, pengaruh berbagai hormon terutama hormon seks, estrogen-progesteron, dan tarikan cairan ke mata akan membuat otot bola mata berubah sehingga mata tampak lebih menonjol keluar. Kehamilan juga dapat membuat kornea mata berkurang sensitivitasnya, menjadi lebih tebal dan lebih melengkung, dan tekanan dalam bola mata menurun. Hal inilah yang membuat ibu hamil bisa tiba-tiba mengalami miopia atau minusnya semakin bertambah bila sebelumnya memang ada riwayat miopia.

Semua perubahan mata ini mulai kembali ke kondisi awal seperti sebelum melahirkan saat masa nifas selesai, 6 minggu setelah bersalin. Oleh karenanya, segala bentuk penanganan gangguan refraksi biasanya ditunda setelah melahirkan seperti fitting kacamata atau hard lens serta operasi LASIK (Laser-Assisted in Situ Keratomileusis) atau LASEK (Laser Assisted Sub-Epithelial Keratomileusis).

Benarkah penderita mata minus tinggi tidak boleh melahirkan normal?

Proses mengejan yang meningkatkan tekanan dalam bola mata diduga memicu lepasnya retina, apalagi pada pasien dengan minus tinggi yang retinanya lebih tipis. Namun, pada beberapa penelitian termasuk di Polandia dan Kroasia, membuktikan bahwa pasien dengan minus tinggi aman untuk melahirkan normal, tanpa perlu dibantu alat vakum atau forsep. Hal ini didasari oleh fakta bahwa mengejan dalam proses melahirkan hanya terjadi dalam hitungan jam dan tidak menyebabkan perburukan retina.

Apa yang harus dilakukan oleh ibu hamil yang memiliki mata minus?

Apabila sebelum hamil memang ada riwayat mata minus tinggi, sebaiknya kontrol ke dokter mata sebelum memasuki taksiran persalinan untuk memastikan kondisi retina Anda. Kontrol mata harus lebih sering dilakukan bila punya penyakit penyerta (komorbid) misalnya hipertensi atau diabetes yang sama-sama berkomplikasi menyebabkan retina lepas. Namun, sejauh ini pilihan persalinan didasarkan pada indikasi kebidanan misalnya opsi operasi Caesar akan diambil jika ibu memiliki panggul sempit atau ada fetal distress (gawat janin).

Bagaimana jika mata kabur mendadak selama hamil?

Selain miopia, mata kabur juga dapat terjadi karena preeklampsia, uveitis (infeksi pada lapisan tengah mata), toksoplasmosis (infeksi toksoplasma), atau ada riwayat hipertensi atau diabetes yang tidak terkontrol. Jangan abaikan keluhan mata kabur, apalagi bila terjadi mendadak dan sifatnya progresif, atau disertai keluhan lain misalnya rasa nyeri pada mata atau mata merah. Bila tidak tertangani dengan baik, penyakit tersebut dapat memengaruhi perkembangan janin. 

Bumil, jaga kesejhatan mata Anda ya, karena mata adalah jendela dunia bagi Anda dan si buah hati.