Di sebuah ruang periksa di poli penyakit dalam RS Suka Sembuh…
Dr. Panca: “Selamat pagi, ada keluhan apa, Bu?”
Ny. Molly: “Ini Dok, mag saya kambuh.”
Setelah diperiksa lebih lanjut..
Ny. Molly: “Lho Dok, kan keluhan saya mag kok disitu tertulis diagnosa dispepsia (sambil melihat catatan dokter)? Lalu, di hasil endoskopi saya tertulis ‘ulkus gaster’. Yang benar yang mana, Dok?"
Dr. Panca: “Baik, saya jelaskan ya, Bu. Dispepsia adalah sindrom atau sekumpulan gejala yang ditandai dengan rasa tidak nyaman atau nyeri di ulu hati, terasa penuh setelah makan, cepat kenyang, kembung, dan sering sendawa atau disertai mual muntah. Nah, ulkus gaster atau bahasa awamnya tukak lambung merupakan salah satu penyebab dispepsia. Sementara mag merupakan serapan dari bahasa Belanda, de-maag, yang artinya lambung.“
Ny. Molly: “Kok, saya bisa kena dispepsia, Dok?”
Dr. Panca: “Dispepsia dapat terjadi karena beberapa hal, antara lain:
- infeksi bakteri jenis Helycobater pylori
- peningkatan asam lambung
- efek samping obat, yang terbanyak karena obat pereda nyeri dari golongan NSAID (Non-Steroidal Anti Inflammatory Drugs)
- stres atau cemas berlebihan
- pengaruh makanan."
Ny. Molly : “Dok, saya pernah dengar istilah dispepsia fungsional, itu sama gak dengan penyakit saya, Dok? “
Dr. Panca : “Beda, Bu. Dispepsia yang ibu alami termasuk dispepsia organik artinya ada masalah atau gangguannya nyata terlihat pada organ tubuh Ibu dalam hal ini di lambung. Sementara, dispepsia fungsional biasanya terjadi karena pengaruh psikologis dan tidak tampak kelainan penyakit pada organ saluran cerna. Selain penyakit di lambung, dispepsia organik juga dapat terjadi karena tukak (luka) usus 12 jari, infeksi di lambung atau usus, dan dikarenakan oleh keganasan (kanker).”
Ny. Molly : “Selain endoskopi, apakah saya perlu pemeriksaan lainnya, Dok?”
Dr.Panca : “Untuk saat ini cukup endoskopi saja, Bu. Tapi pada pasien lain yang mengalami dispepsia, dokter mungkin akan menganjurkan pemeriksaan darah, USG, urea breath test bila ada kecurigaan infeksi bakteri H. pylorii atau biopsi bila ada kecurigaan ganas.”
Ny. Molly : “Lalu apa yang harus saya lakukan sekarang, Dok?”
Dr. Panca : “Nanti akan saya resepkan obat untuk menetralkan asam lambung, menurunkan produksi asam lambung, dan melapisi dinding lambung agar tidak semakin luka. Nah, nanti kontrol lagi ke sini ya, Bu bila terjadi hal-hal seperti:
- terjadi muntah terus menerus
- ada perdarahan saluran cerna baik muntah darah, bab berdarah atau berwarna hitam
- kesulitan menelan
- teraba atau terasa benjolan di perut
- wajah atau badan terlihat pucat
- berat badan semakin menurun, atau
- bila keluhannya tidak membaik dengan obat yang Saya berikan ini.”
Ny. Molly : “Apakah ada pantangan yang harus dihindari, Dok?”
Dr. Panca : “ Ya bu, ada beberapa pantangan yang harus diingat ya, Bu:
- Hindari makanan atau minuman yang merangsang asam lambung contohnya makanan pedas atau kopi
- Jangan sampai terlambat makan, usahakan selalu makan di jam yang sama
- Makan secukupnya jangan sampai terlalu kenyang
- Jangan langsung tidur setelah makan
Ny. Molly : “Dok, nanya satu lagi Dok. Kalau GERD itu sama gak dengan dispepsia?”
Dr. Panca : Oh ya, pada pasien dispepsia juga bisa terjadi GERD (gastroesophageal reflux disease) yakni naiknya asam lambung sampai ke kerongkongan (esofagus). Keluhan yang muncul pada GERD adalah rasa terbakar di dada, terasa asam atau pahit di mulut, atau terasa sulit menelan. GERD ini dapat terjadi pada orang yang kecanduan alkohol atau rokok, berat badannya berlebih, atau pada pasien yang menggunakan obat pelega nafas. Pada GERD, umumnya diterapi dengan pemberian obat-obatan kecuali jika ada keganasan akan dianjurkan untuk dilakukan pembedahan.”
Ny. Molly : “Baik Dok, terima kasih."
Dr. Panca: "Sama-sama, Bu. Semoga lekas sembuh."
Referensi:
1. Konsensus Nasional Penatalaksanaan Dispepsia dan Infeksi Helicobacter pylori Perkumpulan Gastoenterologi Indonesia (PGI) dan Kelompok Studi Helicobacter plori Indonesia (KSHPI) 2014
2. Revisi Konsensus Nasional Penatalaksanaan Penyakit Refluks Gastroesofageal (Gastroestrophageal Reflux Disease/GERD) di Indonesia Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI) 2013