Bedak bayi sempat menjadi salah satu kebutuhan wajib ibu baru beberapa dekade lalu, berikut wadah dan puff nya. Bahkan, kebiasaan membedaki anak setelah mandi terus berlanjut hingga anak berusia balita. Namun, akhir-akhir ini penggunaan bedak untuk bayi cukup berkurang setelah muncul anjuran untuk tidak membubuhkan bedak pada kemaluan bayi. Alasannya, hal tersebut bisa menimbulkan kanker rahim di kemudian hari. Benarkah? Ini penjelasannya.

Kasus kanker dan bedak bayi yang terkontaminasi

Talcum powder atau yang sering disebut talk atau bedak di Indonesia terbuat dari mineral bernama talc. Mineral yang mengandung magnesium, silikon, dan oksigen ini diperoleh dari proses penambangan namun aman digunakan untuk kulit. Talc digunakan untuk membuat bedak bayi karena berfungsi untuk menyerap kelembaban. 

Penelitian terhadap bahaya bedak bayi berawal dari tuntutan ribuan konsumen yang divonis menderita kanker ovarium terhadap sebuah produsen bedak bayi. Ditemukan sejumlah partikel bedak di dalam rahim penderita kanker tersebut. Diduga, talc dalam bedak tersebut terkontaminasi asbestos, yang biasanya ditemukan tak jauh dari cadangan mineral talc. Asbestos yang terhirup memang berpotensi menyebabkan kanker.

Kasus tersebut terjadi pada tahun 1980-an. Meskipun demikian, pada tahun 2018 penelitian demi penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara penggunaan bedak bayi pada kemaluan dan kanker ovarium terlalu lemah. 

Selain itu, bahan pembuat bedak bayi kini tidak selalu terbuat dari talc, namun juga dari cornstarch (tepung jagung). Sayangnya, kandungan karbohidrat pada cornstarch dapat menyebabkan tumbuhnya jamur. 

Jadi, amankah penggunaan bedak di kemaluan bayi?

Bedak bayi memang banyak digunakan untuk menyerap kelembaban sehingga tidak terjadi ruam ketika menggunakan diapers. Namun, American Academy of Pediatrics (asosiasi dokter anak AS) menyarankan orang tua untuk tidak memakaikan bedak pada bayi dengan alasan:

1. Bisa mengiritasi kulit bayi yang sudah sensitif dan lembut

2. Bahaya bila terhirup cukup banyak oleh bayi

3. Tidak terlalu dibutuhkan oleh bayi

Bagaimana jika sudah terlanjur menggunakan bedak bayi?

Tidak usah khawatir. Badak bayi pada saat ini sudah tidak lagi mengandung maupun terkontaminasi asbestos sehingga menghentikan penggunaannya sejak sekarang belum terlambat.

Selain bedak, apa yang bisa diberikan pada bayi untuk mencegah rasa lembab di area popok?

Berbagai jenis krim khusus untuk diaper rash atau ruam popok bisa Anda gunakan untuk mencegah area selangkangan dan pantat bayi lembab hingga memunculkan ruam. Namun, lebih baik lagi jika Anda mencegah timbulnya ruam dengan cara lebih sering mengganti popok dan melepas diapers pada jam tertentu agar kulit bayi bisa bernapas dan tidak lembab.

Amankah bedak untuk meredakan bruntusan pada punggung bayi?

Bruntusan atau timbulnya bitnik-bintik merah pada bayi baru lahir terjadi karena sumbatan kelenjar keringat di lapisan epidermis kulit. Kelenjar keringat bayi masih sangat kecil sehingga belum bisa mengendalikan suhu tubuhnya sendiri. Pada cuaca panas, bruntusan lebih sering terjadi. Meskipun tidak berbahaya, namun bruntusan bisa membuat bayi tidak nyaman dan rewel. Penggunaan bedak pada lokasi bruntusan tidak disarankan karena bedak tidak dapat meredakan maupun mencegah terjadinya bruntusan. Begitu pula krim dan salep, yang malah membuat kulit bayi hangat dan menutup pori. 

Anda hanya perlu mengganti pakaian bayi lebih sering, memilih bahan yang menyerap keringat, atau mendinginkan suhu ruangan baik dengan kipas, kipas angin, maupun AC.

 

Jadi, pastikan Anda mengerti manfaat setiap produk yang Anda berikan pada bayi untuk mencegah timbulnya efek samping saat ini maupun untuk jangka panjang.