Kegagalan adalah hal yang wajar, namun tidak semua anak bisa menghadapi kegagalan dengan lapang dada. Kegagalan apa saja sih yang biasa dialami anak dan bagaimana cara orang tua menghadapinya? Bagaimana agar Anda sebagai orang tua bisa bijak dalam menghadapi kegagalan anak, tanpa terkesan menyalahkan atau menghakimi? Berikut penjelasan Wenny Aidina, S.Psi., M.Psi., psikolog anak dan keluarga dari KALM dan Ritz Konsultan Psikologi. 

Apa saja sih kegagalan yang lazim terjadi pada anak?

Sejak kecil, anak sudah mengalami kegagalan. Sesederhana gagal memperoleh mainan yang ia sukai atau belum berhasil menang dalam suatu perlombaan. Beranjak dewasa, ia mulai mengalami kegagalan yang lain seperti tak berhasil masuk ke sekolah idaman, gagal mendapat nilai sempurna, atau bahkan tidak diikutsertakan dalam suatu kegiatan (tim tari, basket, taekwondo, atau lainnya). Dalam hal pertemanan tak ada beda, ketidakcocokan antarteman bisa membuatnya merasa gagal dalam suatu kelompok pertemanan. 

Baca: Anak Mudah Menyerah? Ini Cara Bangkitkan Semangatnya

Bagaimana biasanya respon anak ketika gagal?

Akan berbeda-beda. Ada yang menunjukkannya dengan menangis, marah, atau berdiam diri. Ini adalah cerminan rasa sedih, kecewa, dan marah. Anak bisa juga memperlihatkan dengan cara bersikap seperti membanting barang, berargumen untuk mencari kesalahan di pihak lain, atau bisa jadi sebaliknya berdiam diri dan tidak peduli dengan kegagalannya. Ini semua tergantung pada bagaimana biasanya lingkungan memberikan respon pada kegagalan atau keberhasilan yang mereka peroleh. 

Apa sikap yang harus dihindari ketika menghadapi anak yang mengalami kegagalan?

  1. Memarahi anak baik secara verbal maupun fisik (memukul, mencubit, dan lain-lain)
  2. Memojokkan anak karena ia tidak mendapatkan keberhasilan
  3. Membandingkan anak dengan pencapaian temannya
  4. Hanya melihat hasil yang diperoleh anak
  5. Mengabaikan anak setelah ia gagal
  6. Menyepelekan rasa atau emosi yang dimiliki anak setelah ia mengalami kegagalan
  7. Memberikan nasihat, tanpa memvalidasi perasaan 
  8. Menghukum anak karena ia gagal
  9. Menyalahkan pihak luar (juri, kecurangan, dll) saat anak gagal
  10. Buru-buru meminta anak move on dari kegagalan atau tidak memberi ruang dan waktu untuk anak mencurahkan isi hatinya dan menyembuhkan luka kegagalannya. 

Ketika anak ingin menyerah karena gagal, bagaimana sebaiknya sikap orang tua untuk mengembalikan semangatnya?

1. Apresiasi usaha anak, bukan hasilnya 

Anda perlu belajar untuk memberikan apresiasi pada usaha anak, bukan pada hasil. Seringnya apresiasi berorientasi pada hasil, sehingga saat hasil yang diperoleh tidak mencapai yang diinginkan respon menjadi tidak sesuai. Misal, saat anak ikut dalam suatu kegiatan, Anda perlu apresiasi kerja kerasnya, keberanian untuk ikut serta, kepercayaan dirinya hingga, semangatnya dalam mengikuti kegiatan tersebut. Hal ini memperlihatkan bahwa apapun hasilnya, Anda memberikan kasih sayang tanpa syarat dan menerima serta menghargai semua usahanya. 

2. Validasi (terima) emosinya 

Kalimat seperti, “Kamu sedih, ya belum menang lomba? Nggak apa kok, nak. Mama temenin, ya sampai kamu tenang.” merupakan bentuk validasi Anda terhadap rasa sedihnya. Pengakuan terhadap apapun emosi anak saat gagal ini membuat anak merasa dipahami dan dimengerti sehingga ia tak harus menyembunyikan perasaan. Ia pun akan mudah mencoba lagi di kemudian hari.

3. Gunakan kalimat spesifik dan temporer

Beritahu anak bahwa ia hanya gagal di satu bidang tertentu (bukan di segala hal) dan hanya terjadi saat ini (tidak selalu gagal). “Saat ini, kakak belum berhasil menang lomba renang. Ibu tahu kamu sedih, nggak apa nangis sambil peluk Ibu, ya.” Pemilihan kata yang spesifik dan temporer membantu mengembalikan anak untuk fokus pada kejadian saat ini, serta belajar membangkitkan pencapaian yang telah ia raih sebelumnya sehingga ia tak merasa selalu gagal di segala hal. 

Baca: Agar Potensi Remaja Menjadi Prestasi

Apakah kegagalan akan berdampak pada perkembangan anak di masa mendatang?

Yang sering menjadi pengalaman traumatis pada anak setelah mengalami kegagalan adalah respon dari sekitar (orang tua salah satunya). Anak akan merasa tidak percaya diri, menganggap dirinya tidak mampu akibat label yang diberikan pada dirinya. Ketika orang tua menyalahkan anak, membandingkan dengan pencapaian temannya, kurang apresiasi dan tidak memvalidasi perasaan menjadikan anak merasa gagal dan trauma untuk mencoba lagi. 

Bagaimana membangkitkan semangat anak ketika jatuh dalam kegagalan?

Anda bisa mengatakan pada anak bahwa tidak apa-apa gagal karena dari kegagalan anak bisa belajar bahwa ia tak bisa mendapatkan semua yang ia inginkan. Jadi, untuk mewujudkan keinginannya, perlu ada usaha lebih yang ia lakukan. Anggap saja kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda. Kini, saatnya anak kembali bangkit dan mencoba.