Saat ini di Indonesia, kanker payudara menempati posisi tertinggi kejadian kanker pada wanita. Namun, bukan berarti kanker ini eksklusif milik wanita saja karena lelaki pun dapat terserang kanker payudara. Angka kematian akibat kanker payudara di Indonesia cukup tinggi yaitu sebanyak 17 kasus per 100.000 penduduk. Karena gejalanya sering terabaikan, pasien seringkali datang dalam kondisi sudah berada pada stadium lanjut. Padahal, tindakan pencegahan (preventif) dapat dilakukan untuk mengurangi tingkat kematian akibat kanker, salah satunya dengan melakukan mamografi.

Mamografi merupakan prosedur pencitraan yang menggunakan paparan radiasi sinar X untuk menggambarkan kondisi payudara seseorang. Deteksi dini dengan mamografi sebaiknya dilakukan minimal tiap 2 tahun sekali sesuai rekomendasi WHO. Dari data WHO tercatat bahwa persentase kematian akibat kanker payudara bisa ditekan sampai 25% sejak dikembangkan mamografi.

Yang perlu dipersiapkan sebelum mamografi

Jika Anda berencana melakukan mamografi, ada beberapa hal penting yang akan diinformasikan oleh petugas kesehatan, yaitu:

1. Pasien tidak diperkenankan untuk menggunakan deodoran, bedak, atau produk perawatan kulit di daerah payudara dan ketiak yang bisa mengaburkan pemeriksaan.

2. Hindari membuat jadwal sebelum menstruasi karena pada waktu tersebut jaringan payudara cenderung lunak dan akan memberikan ketidaknyamaan pada pasien. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan pada 7-10 hari pertama siklus haid.

3. Pasien harus menginformasikan riyawat pengobatan dan operasi termasuk riwayat pemasangan implan payudara serta riwayat kanker payudara dalam keluarga.

4. Pasien dianjurkan untuk membawa hasil pemeriksaan sebelumnya (jika ada).

5. Pasien akan diminta melepas bagian atas pakaiannya dan menggantinya dengan baju khusus pada saat pemeriksaan.

6. Pasien akan diinfokan bahwa payudara akan ditekan oleh alat selama proses pemeriksaan yang mungkin akan membuat pasien merasa sedikit nyeri atau tidak nyaman, sehingga pasien diminta untuk tidak bergerak dan menahan nafas selama beberapa detik.

Baca: Yang Memengaruhi Bentuk dan Ukuran Payudara

Setelah dilakukan mamografi, pasien akan diberikan hasil pemeriksaan yang disebut mamogram. Mamogram akan dijabarkan dengan menggunakan sistem/skor BI-RADS, yaitu:

0 – pemeriksaan sebaiknya diulang atau dikonfirmasi dengan pemeriksaan penunjang lain 

1 – kondisi payudara normal, tanpa kelainan

2 – adanya kelainan yang bersifat jinak misalnya kista

3 – kemungkinan jinak, perlu pemeriksaan ulang 6 bulan kemudian

4 – curiga ke arah kanker (suspicious)

5 – kemungkinan besar mengarah ke kanker (highly suggestive)

6 – ditemukan tanda keganasan, dianjurkan untuk pemeriksaan biopsi

Seberapa bahaya radiasi mamografi?

Mamografi relatif aman digunakan karena paparan radiasinya kecil dan tidak bersifat karsinogenik (penyebab kanker). Selain itu, harga tindakan mamografi relatif murah dan terjangkau, yang saat ini pun sudah masuk ke dalam jangkauan Jaminan Kesehatan Nasional. Artinya, pasien yang menggunakan BPJS nantinya tidak akan dipungut biaya, asal mendapatkan rujukan dari fasilitas kesehatan primer terlebih dahulu. Keuntungan lainnya adalah durasi pemeriksaaan tidak memakan waktu lama, hanya sekitar 30 menit. 

Walaupun mamografi dianggap sebagai alat yang ideal untuk skrining kanker payudara, terdapat beberapa kelemahan yang dimiliki antara lain:

1. Umumnya ditujukan terbatas pasien yang berusia lebih dari 35 tahun

2. Menimbulkan sedikit nyeri

3. Sering menimbulkan positif palsu artinya pada hasil diperoleh gambaran abnormal padahal pasien tidak memiliki kelainan apa-apa

4. Menimbullkan cemas dan stres jika terjadi overdiagnosis dan overtreatment

5. Menjadi sumber pemeriksaan biopsi yang tak diperlukan

Karena itu, cegah risiko terjadinya kanker payudara dengan melakukan upaya pencegahan primer, yaitu melakukan pola hidup sehat. Sementara itu, upaya pencegahan sekunder tidak hanya dengan skrining mamografi, namun juga dengan melakukan SADARI (periksa payudara sendiri) dan SADANIS (periksa payudara klinis). Skrining dan pemeriksaan secara berkala terbukti berhasil menurunkan angka kematian pasien sebesar 15%.

Belum tahu cara melakukan SADARI? Cek di sini.

 

 

 

Referensi:

Panduan Penatalaksanaan Kanker Payudara Komite Penanggulangan Kanker Nasional Kementerian Kesehatan