Sebagai orang yang hidup dalam budaya ketimuran, Anda mungkin sudah terbiasa dengan pentingnya tata krama sejak kecil. Menggunakan kalimat tolong, terima kasih, dan maaf adalah contohnya, termasuk tidak membantah perkataan orang yang lebih tua. Budaya ini yang ingin Anda lestarikan hingga anak cucu kelak, bukan? Kenyataannya, anak “zaman now” sedikit berbeda dengan masa muda Anda dulu. Di era milenial ini, anak dan remaja lebih mudah untuk menyuarakan pendapat maupun menolak sesuatu, tak terkecuali pada orang yang lebih tua.
Mudahnya remaja bersuara terkadang membuat mereka terdengar tidak sopan saat menolak sesuatu, khususnya bagi orang yang mereka belum kenal. Padahal, ini merupakan hasil didikan orang tua masa kini untuk bisa bersikap tegas dengan orang yang tak dikenal. Orang tua mana yang tidak takut anaknya menjadi korban kejahatan? Apalagi, data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan tingkat risiko seseorang terkena tindak kejahatan setiap 100 ribu penduduk sebanyak 103 pada tahun 2019.
Meskipun faktanya menyeramkan, tegas menolak dan menyatakan pendapat tak perlu harus dengan nada tinggi atau kata kasar karena dapat menyinggung perasaan dan menimbulkan masalah yang lebih panjang. Berikut adalah 5 hal yang bisa Anda ajarkan pada remaja untuk menjadi tegas dan preventif akan situasi dengan cara yang sopan seperti dikutip dari situs Big Life Journal.
Baca: Ke Mana Perginya Kesopanan Anak "Zaman Now"?
1. Jelaskan tentang 3 gaya bicara
Untuk memudahkan anak memahami standar keras atau lembut sebuah perkataan, Anda bisa mengajarkan remaja tentang 3 gaya bicara yaitu pasif, agresif, dan asertif. Gunakan analogi perilaku hewan untuk membuat mereka cepat paham. Pasif ibarat kura-kura diam di tempurungnya atau tikus yang bersembunyi, agresif adalah singa yang mengamuk saat diserang, sementara asertif itu tegas bagaikan anjing peliharaan yang hanya menyalak saat ada bahaya. Jadi, remaja mulai bisa menyadari gaya komunikasi apa yang ia gunakan di setiap situasi.
2. Kenalkan konsep batasan
Sejak kecil, anak perlu tahu apa itu batasan, yaitu sesuatu yang tak boleh dilewati atau dilanggar. Jika ia tak paham, gunakan konsep yang konkret seperti batas rumahnya dan rumah tetangga. Setiap orang memiliki batasan yang orang lain tidak boleh melanggarnya. Misal, tubuh anak. Jelaskan batas mana yang boleh disentuh orang lain dan apa alasannya. Jadi, jika ada orang lain yang berusaha melewati batas itu, mereka berhak berkata "tidak" atau "jangan", meskipun hal tersebut dilakukan oleh orang terdekat mereka seperti kakek, nenek, atau paman. Batasan juga berlaku untuk perilaku. Jelaskan batas perilaku baik dan buruk, sehingga ia pun bisa berkata tidak jika diperlakukan dengan buruk (tanpa harus lewat sentuhan).
3. Ajarkan menolak menggunakan kata ‘aku’
Penyampaian pesan dengan sudut pandang ‘aku’ lebih mudah diterima karena tidak bersifat menghakimi atau mengkritik orang lain. Rumusnya, aku (ungkapan perasaan) saat kamu (ungkapan perilaku). Aku ingin kamu (ungkapan harapan). Contohnya, aku (capek) saat Kakak (selalu menyuruhku mengambilkan barang), aku ingin Kakak (mengambil barang kakak sendiri). Tentu hal ini terdengar lebih netral dibandingkan, "Kenapa sih Kakak suka nyuruh-nyuruh terus? Ambil sendiri donk!" yang tentu bisa menyinggung perasaan si Kakak dan berujung pertengkaran.
Baca: Rumus Empat "Si" untuk Atasi Pertengkaran Kakak Adik
4. Membangun pertemanan sehat
Keberanian untuk menolak perlakuan yang melanggar batasan ternyata bisa mulai dipraktikkan dalam lingkup pertemanan. Pertemanan sehat bisa dibangun dengan cara mengajari remaja berdiskusi tentang seperti apa teman yang baik dan bagaimana cara memperlakukan teman. Dengan batasan tersebut, mereka bisa menolak permintaan teman, sekaligus mencegah perundungan (bullying). Beri contoh cara menolak yang halus, misal dengan menggunakan kata "maaf" seperti, “Maaf ya, aku nggak mau bolos,”. Atau, menunjukkan maksudnya di awal seperti, “Sekadar mengingatkan, nih.. kamu tahu kan kalau itu nggak baik. Kita cari cara lain saja, yuk!”
5. Memberi contoh
Jika remaja sering melihat Anda susah menolak permintaan orang lain, bagaimana mereka bisa berlatih untuk bersikap asertif? Karena itu, memberi contoh pada remaja untuk melakukannya adalah hal terpenting. Orang tua bisa memberi contoh dengan cara:
- Tegas bersuara ketika terjadi pelanggaran pada hal yang menyangkut nilai keluarga, misal terkait privasi dan kejujuran
- Konsistensi dengan kata "tidak" sekalinya Anda berkata tidak
- Terbuka pada remaja ketika Anda merasa sulit bersikap tegas dan beri contoh bagaimana Anda mengatasi hal tersebut
- Gunakan bahasa dan suara pelan namun tegas ketika ingin menyampaikan penolakan
- Berikan pula contoh kalimat yang bisa digunakan di tiap kondisi yang berbeda
Terpenting yang perlu Anda ingat, perlunya kalimat tepat sasaran ketika remaja ingin mengungkapkan apa yang mereka rasa. Ajarkan mereka kapan waktu terbaik untuk berbicara, jangan memotong pembicaraan orang, jangan lakukan ketika seseorang sedang dalam keadaan emosi, dan lakukan dengan tenang namun dengan gestur yang tegas. Terakhir, pahami untuk menghargai orang lain dan tidak melakukan hal yang mereka pun tak ingin diperlakukan demikian.