Baru saja si selebgram A memposting foto di akun Instagram miliknya, puluhan komentar seperti, “Ih, gendut ya dia sekarang”, “Kebanyakan ‘party’ sih jadi kaya nggak keurus gitu,” sudah memenuhi kolom. Di benak kita mungkin terucap, “Duh, pedas sekali ya mulut para netizen”. Walau begitu, kita tetap asyik membaca semua komentar hingga tanpa sadar kita pun turut memberi komentar “pedas” pada postingan lain yang tak sejalan dengan hati nurani.
Terlihat subjektif? Barangkali, iya. Selain menyatakan ketidaksetujuan, bisa juga komentar kita hanya dimaksudkan untuk mengingatkan tentang kebaikan (meski kita tak saling mengenal dengan orang tersebut). Meskipun demikian, tetap saja terkesan menghakimi bagi orang lain yang membacanya. Sebenarnya, boleh tidak sih kita berkomentar di media sosial?
Sebenarnya boleh saja, apalagi fitrah manusia sebagai makhluk sosial selalu ingin berkomunikasi dengan orang lain. Namun, kita perlu memperhatikan etika ketika memberikan komentar, terlepas dari apakah kita saling mengenal atau tidak dengan orang tersebut. Kenal atau tidak kenal, perkataan kita bisa berdampak pada orang lain yang menerimanya meskipun menurut kita komentar tersebut tidak ada masalah. Apalagi, jika gaya bahasa dan pilihan katanya rentan diartikan berbeda oleh si pembaca. Karena itu, think before you act, pikir dulu sebelum bertindak. Rumus T-H-I-N-K berikut semoga bisa membantu kita untuk berpikir ulang sebelum memutuskan untuk berkomentar di media sosial.
1. True (apakah faktanya benar demikian?)
Berkata membutuhkan fakta. Ketika kita ingin berkomentar terhadap seseorang di media sosial, terutama mereka yang tak kita kenal, jangan mengucap sesuatu yang kita tak tahu faktanya. Ingat, di balik postingan media sosial ada kisah yang tak semua paham. Semua bisa terlihat indah di media, namun kenyataannya tak selalu sama. Jadi, jangan cepat menghakimi atau berkomentar sebelum tahu fakta di baliknya. Kalaupun kita tahu, akan lebih baik menyampaikan langsung atau diam jika tidak memiliki manfaat.
Baca: Batasi Scrolling Media Sosial Agar Tetap Produktif
2. Helpful (apakah bermanfaat?)
Apakah perkataan kita bisa membantu orang tersebut atau orang lain yang membacanya? Tanyakan hal ini pada diri sebelum tangan mulai mengetik. Apabila ingin memberikan nasehat, sebaiknya bicarakan langsung pada yang bersangkutan. Jika ingin menebar kebaikan, lakukan dengan bahasa yang baik dan tak menghakimi.
3. Inspiring (apakah bisa menginspirasi?)
Kita pasti pernah membaca postingan yang membuat kita termotivasi untuk melakukan kebaikan. Alangkah baiknya jika komentar kita pun bisa menginspirasi mereka yang membacanya untuk berbuat hal yang positif. Jika ternyata apa yang ingin kita sampaikan jauh dari menginspirasi (atau bahkan membuat emosi), lebih baik ucapkan komentar di dalam hati.
4. Necessary (perlukah disampaikan?)
Sekadar berkomentar tentang baju yang digunakan atau gaya rambut seseorang rasanya tak terlalu penting untuk disampaikan. Terkadang, kita sekadar bersuara hanya untuk meramaikan kolom komentar atau menimpali komentar orang lain. Hal yang seperti ini, patut dihindari.
5. Kind (apakah komentarnya baik?)
Apakah perkataan kita akan memberikan kebaikan pada siapapun yang menerimanya? Jika ya, lakukan. Jika tidak, pikirkan kembali dan lebih baik hindari. Segala perkataan kita memiliki dampak baik pada diri sendiri maupun orang lain, apalagi di media sosial. Tugas kita adalah menebar kebaikan, bukan malah menjadi “provokator” di antara netizen lain.
Bijak dalam berucap memang tak semata-mata terjadi di dunia maya. Latih kebiasaan baik kita dalam berkomentar di kehidupan sehari-hari, sehingga kita pun dapat menahan diri saat harus berhadapan dengan media sosial.