Istilah tes swab yang sudah terlanjur melekat untuk menandai pemeriksaan PCR (polymerase chain reaction) sekarang membuat bingung dengan munculnya swab antigen, yang juga dikenal dengan nama rapid antigen. Yuk, kita pelajari lebih lanjut apa persamaan dan perbedaannya.
Persamaan rapid antigen dan PCR
Beberapa persamaan rapid antigen dan PCR, yakni:
1. Terkait pandemi, keduanya sama-sama menjadi alat untuk mengetahui ada tidaknya infeksi Covid-19.
2. Istilah swab sebenarnya merupakan suatu teknik pengambilan sampel dengan mengambil usapan nasofaring (hidung) atau sesuai petunjuk alat. Selain itu, sampel dapat menggunakan cairan dahak namun tidak umum dilakukan.
Perbedaan rapid antigen dan PCR
Rapid swab antigen atau yang istilah tepatnya rapid antigen jelas berbeda dengan PCR. Perbedaannya terletak pada beberapa hal yakni:
1. Rapid antigen digunakan sebagai skrining atau deteksi dini sementara PCR digunakan sebagai alat diagnostik.
2. Pada rapid antigen yang dideteksi adalah komponen virus sementara pada PCR yang dideteksi adalah materi genetik virus.
3. Sampel pemeriksaaan PCR juga dapat diperoleh dari swab orofaring (pangkal kerongkongan) atau disesuaikan dengan petunjuk alat.
4. Rapid antigen hanya memerlukan waktu 15-30 menit untuk menunjukkan hasil sementara PCR membutuhkan waktu mulai dari 4 jam sampai beberapa minggu tergantung kapasitas laboratorium.
5. Hasil pada pemeriksaan rapid antigen adalah reaktif dan non reaktif. Sementara pada PCR dapat dinyatakan negatif, presumptif (belum dapat disimpulkan), dan positif.
Apa dan bagaimana jika hasil rapid antigennya reaktif?
Bila pada pemeriksaan rapid antigen ditemukan hasil reaktif, jangan merasa takut namun juga jangan abai. Walaupun sensitivitas alat untuk mendeteksi Covid-19 tinggi, berkisar antara 80-97%, namun pemeriksaan rapid antigen dapat memberikan hasil positif palsu, artinya pada pemeriksaan ditemukan hasil reaktif, padahal sebenarnya tidak ditemukan komponen virus pada sampel. Hal ini bisa terjadi akibat kontaminasi selama prosedur pemeriksaan misalnya bila petugas tidak mengganti sarung tangan yang digunakan atau proses desinfeksi kurang optimal.
Di sisi lain, jangan sampai abai karena akurasi alat rapid antigen sangat baik dalam mendeteksi infeksi akut. Setelah dinyatakan reaktif pada pemeriksaan rapid antigen, selanjutnya direkomendasikan untuk melakukan pemeriksaan PCR kurang dari 48 jam setelahnya sebagai tindakan konfirmasi.
Bisakah terjadi negatif palsu?
Tentu bisa, sampel yang kurang mencukupi atau jumlah antigen dibawah level deteksi alat dapat menyebabkan negatif palsu. Kebalikan dari positif palsu, negatif palsu artinya adalah pada pemeriksaan rapid antigen didapatkan hasil non reaktif, padahal pasien sudah terinfeksi Covid-19. Selain itu, penyimpanan dan penggunaan alat tes yang tidak sesuai petunjuk pemakaian juga dapat memengaruhi interpretasi hasil. Jadi walaupun hasil rapid antigennya negatif, namun bila Anda mengalami gejala yang mengarah ke infeksi Covid-19 sebaiknya informasikan ke dokter Anda, nanti dokter akan memberikan pengantar untuk pemeriksaan PCR atau bisa juga pemeriksaan PCR dilakukan mandiri ke fasilitas kesehatan terdekat.
Referensi:
1. Antigen-Detection in The Diagnosis of SARS-CoV-2 Infection Using Rapid Immunoassays
2. Panduan Tatalaksana Pemeriksaan Rapid Test SARS-Cov-2