Covid-19 turut memopulerkan sejumlah istilah medis yang dulu tidak banyak diketahui masyarakat, mulai dari swab test hingga happy hypoxia. Satu lagi istilah yang beberapa bulan terakhir makin sering muncul sebagai salah satu gejala khas Covid-19, yaitu anosmia. Anosmia atau kehilangan indera penciuman dan perasa membuat penderitanya tidak bisa mencium bau. Hal ini kerap dialami oleh mereka yang mengalami pilek dan sejenisnya untuk sementara, yang Anda pun pernah merasakannya.
Mengapa anosmia bisa terjadi?
Untuk memahami mengenai terjadinya anosmia, Anda perlu mengetahui terlebih dahulu bagaimana proses bau bisa tercium oleh hidung. Saat Anda mencium bau, maka sel-sel saraf penerima bau di bagian pangkal atas hidung akan mengirim sinyal ke otak. Otak pun akan menerjemahkan aroma tersebut sehingga Anda bisa mengetahui bau apakah itu.
Dalam kasus anosmia, terjadi gangguan pada salah satu (atau lebih) tahapan di atas, seperti:
1. Gangguan atau iritasi pada permukaan dalam rongga hidung
Beberapa penyebabnya antara lain sinus akut, selesma, flu, alergi, rhinitis alergi, merokok.
2. Sumbatan pada jalan napas di hidung
Penyebab sumbatan bisa berupa adanya polip, kelainan septum, dan tumor.
3. Kerusakan saraf atau kerusakan otak
Rusak atau terganggunya saraf yang berkaitan dengan fungsi penciuman maupun gangguan pada otak bisa disebabkan oleh konsumsi obat tertentu, paparan zat kimia atau pestisida, radiasi pengobatan kanker, diabetes, kurang gizi, Alzheimer, Parkinson, tumor otak, hingga operasi otak.
Di luar gangguan kesehatan, anosmia juga bisa disebabkan oleh buruknya kualitas udara, konsumsi kokain, serta proses penuaan. Pada lansia, penurunan penglihatan dan pendengaran adalah wajar, begitu juga dengan indera penciuman.
Keunikan anosmia pada Covid-19
Berbeda dengan penyebab anosmia yang telah disebutkan di atas, anosmia yang dialami oleh pasien Covid-19 ternyata tidak langsung menyerang sel saraf penerima bau. Buktinya, sejumlah penelitian tidak menemukan adanya protein ACE2 -yang menjadi pintu masuk virus SARS-CoV-2- di bagian pangkal atas hidung. Ternyata, virus penyebab Covid-19 tersebut masuk ke dalam tubuh dengan menyerang sel-sel lain yang menunjang kerja saraf pembau. Akibatnya, kerja saraf penerima bau pun terganggu sehingga tidak bisa menyampaikan sinyal tersebut ke otak.
Selain tempat masuk virus, anosmia pada Covid-19 juga relatif lebih cepat sembuh dibandingkan dengan anosmia yang disebabkan oleh infeksi virus, termasuk virus corona jenis lainnya. Pada Covid-19, indera penciuman akan kembali normal dalam hitungan minggu. Sementara pada anosmia karena infeksi virus, penderita bisa saja mendapatkan kembali kemampuan mencium dan merasa hingga hitungan bulan.
Sementara itu, dilihat dari gejalanya, hal termudah yang membuat Anda harus segera mewaspadai kemungkingan terkena Covid-19 adalah anosmia yang terjadi tanpa didahului oleh hidung tersumbat. Saat Anda pilek misalnya, wajar jika Anda kehilangan kemampuan mencium bau karena terjadi penyumbatan pada saluran pernapasan atas. Namun, jika Anda mendadak tidak dapat merasakan makanan dan mencium aroma apapun, di masa pandemi ini virus SARS-CoV-2 mungkin menjadi penyebabnya.
Meskipun demikian, untuk memastikan penyebab anosmia, Anda perlu memeriksakan diri ke dokter karena ada sejumlah penyebab lain anosmia yang tidak didahului oleh hidung tersumbat.
Seberapa berbahayakah anosmia?
Sepintas tampak sederhana, apalagi jika Anda merasa pernah mengalaminya saat pilek. Namun, jika anosmia terjadi dalam jangka waktu lama, Anda bisa saja tidak mengetahui adanya tanda-tanda kondisi berbahaya seperti gas bocor atau asap kebakaran. Hilangnya kemampuan membaui juga membuat makanan terasa berbeda sehingga bisa menurunkan selera makan Anda maupun mengurangi sensitivitas terhadap makanan basi. Lama kelamaan, tak kunjung kembalinya indera penciuman (misal jika terjadi kerusakan permanen) bisa membuat Anda mengalami gangguan kecemasan dan depresi.
Cara mengobati anosmia
Pengobatan anosmia tergantung dari gangguan yang menyebabkan anosmia. Anosmia karena alergi, flu, Covid-19 akan pulih dengan sendirinya. Jika polip penyebabnya, operasi mungkin dibutuhkan untuk mengangkat polip sehingga indera penciuman kembali berfungsi. Namun, jika usia adalah penyebabnya, maka yang bisa dilakukan adalah mulai membiasakan diri dan mengantisipasi kondisi bahaya dengan memasang alarm kebakaran atau menghindari makanan sisa hari sebelumnya.