“Wah, sudah berhasil diet seminggu nih. Boleh dong ya, makan all you can eat di resto favorit!” 

“Otak udah buntu ngerjain materi presentasi. Nonton satu seri drakor dulu deh, deadline masih nanti sore juga..” 

Kalimat-kalimat tersebut mungkin sering terlintas di pikiran Anda. Wajar memang, sedikit “memanjakan” diri ketika tubuh dan pikiran sudah melakukan usaha maksimal. Namun, tahukah Anda jika hal ini bisa menjadi cikal bakal Anda melakukan self-sabotage pada diri. Tanpa disadari, hal yang kita lakukan bisa menghambat pencapaian tujuan.  

Dalam hidup, kita kerap memiliki tujuan dan pencapaian, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Namun, saat proses berjalan kadang tak semua berjalan mulus. Di tengah perjalanan, rasa lelah dan jenuh mungkin muncul sehingga kita merasa pantas untuk melakukan rehat atau mendapatkan reward dari hasil usaha yang tengah dijalankan. Misal, saat Anda tengah melakukan diet namun belum mencapai hasil yang diinginkan, Anda memutuskan untuk makan sesuka hati satu hari saja (cheating day) agar setelahnya lebih semangat menjalani diet.

Baca: Diet Berlebihan Kurangi Kesuburan, Benarkah?

Alih-alih makin bersemangat, satu hari tersebut malah membuat diet Anda makin terasa berat, Anda pun semakin sering melakukan cheating day. Diet Anda pun akhirnya gagal. Anda pun merasa menjadi manusia gagal. Inilah yang disebut self-sabotage (sabotase diri) atau upaya bawah sadar yang dilakukan diri sendiri untuk mengganggu rencana yang tengah dijalankan. Menunda-nunda pekerjaan juga merupakan salah satu bentuk self-sabotage. 

Apa pemicu self-sabotage?

Salah satu yang memicu sabotase diri adalah takut gagal. Saat merasa pesimis dengan usaha yang sedang dijalankan, Anda jadi tidak maksimal melakukannya atau malah menyerah di tengah jalan dan melakukan hal lain yang justru menghambat tujuan. Hal lainnya bisa jadi karena Anda tidak berani menerima perubahan. Lazimnya sebuah proses, ada hal yang tidak menyenangkan menyertai di tengah perjalanan. Karena tidak berani menghadapi rasa tidak nyaman, Anda kerap menunda atau mengalihkan kegiatan yang tengah dilakukan. 

Apakah self-sabotage dilakukan dengan sadar?

Biasanya, Anda memang tak sepenuhnya sadar saat melakukannya. Tapi, ketika Anda melakukan distraksi dari hal yang tengah dikerjakan, saat itulah self-sabotage kerap terjadi. Saat mulai paham kapan Anda melakukan sabotase diri, kendali untuk kembali pada tujuan awal bisa mulai dikontrol. Misalnya, saat terpikir untuk menonton drama korea (yang Anda tahu akan sulit berhenti sebelum tamat) padahal Anda harus membuat presentasi untuk esok, segera bulatkan tekad untuk tidak menonton hingga presentasi selesai dibuat. Jika butuh istirahat, pilih jenis relaksasi dengan bijak. Duduk santai sejenak sambil membuat segelas teh hangat misalnya, lalu kembali selesaikan pekerjaan. Setelahnya, Anda bisa puas menonton drakor dengan tenang. Kuncinya, fokus pada target bukan pada "reward". 

Baca: RILEKS, Jurus Kelola Rasa Cemas

Self-sabotage memang terkadang samar terlihat sehingga Anda sering terkecoh. Untuk mencegahnya, sebisa mungkin hindari menunda-nunda apa yang bisa Anda kerjakan dan hindari pula mengalihkan kegiatan yang sedang dikerjakan dengan kegiatan yang lain. Anda juga bisa mencoba menuliskan perilaku apa saja yang bisa menghalangi tercapainya tujuan. Pahami kapan Anda menarik diri dari proses menuju target, sehingga Anda akan tahu alasan dibalik upaya sabotase tersebut. Ke depannya, Anda akan lebih mudah fokus dan tujuan pun akan mudah tercapai.