Memang, salah satu gejala Covid-19 adalah pneumonia. Sekitar 40% pasien terkonfirmasi Covid-19 akan mengalami pneumonia ditilik dari data statistik global. Pneumonia sebenarnya tidak hanya dikarenakan oleh virus SARS-CoV-2 saja. Namun, juga dapat disebabkan oleh agen virus lainnya, bakteri, jamur, aspirasi (akibat bahan dari kerongkongan yang masuk ke paru), sampai radiasi. Yang dibahas disini adalah pneumonia akibat infeksi yang menjadi sebagian besar penyebab kasus.
Apa sih pneumonia itu?
Pneumonia merupakan peradangan pada bagian bawah saluran napas mulai dari bronkiolus sampai alveoli paru. Pneumonia berat dapat menyebabkan kematian bila tidak ditangani segera. Karenanya, paru menjadi organ vital yang harus dijaga kesehatannya.
Di masa pandemi Covid-19 ini, selain menerapkan protokol kesehatan, masyarakat perlu mengenal tanda dan gejala pneumonia. Apalagi, bila terdapat faktor risiko terjangkit Covid-19 seperti tinggal di zona merah, memiliki riwayat berpergian ke negara/daerah terdampak Covid-19, atau baru saja kontak erat dengan pasien terkonfirmasi positif Covid-19. Segera periksakan diri bila memiliki salah satu tanda agar segera dapat tertangani dan untuk memutuskan mata rantai penularan. Kewaspadaan diri terutama mengenai kesehatan paru-paru perlu diterapkan untuk membantu agar pandemi Covid-19 segera berakhir.
Baca: Beda Gejala Alergi dan Covid-19
Bagaimana gejalanya?
Pada orang dewasa, pneumonia ringan ditandai dengan gejala demam, batuk, atau sesak napas. Sementara pada anak, adanya pneumonia ringan ditandai dengan keluhan batuk atau sesak napas. Pengertian sesak napas disini adalah bila terdapat kesulitan bernapas atau irama napas sangat cepat. Orang tua atau pengasuh dapat menandai sesak napas pada anak dengan meletakkan tangan di atas dada atau perut dan menghitung irama napasnya selama satu menit, tentunya saat kondisi anak tenang (bukan saat menangis). Perlu diwaspadai bila:
- irama napasnya sampai 60 kali per menit atau lebih pada bayi berusia kurang dari dua bulan,
- lebih dari atau sama dengan 50 kali per menit jika usianya 2-11 bulan, atau
- minimal 40 kali per menit pada anak berusia 1-5 tahun.
Sementara itu, dikatakan pneumonia berat pada orang dewasa bila mengalami demam ditambah salah satu gejala di bawah ini:
- frekuensi napasnya lebih dari 30 kali per menit,
- pasien mengalami distres pernapasan yang ditandai dengan dinding dada tertarik ke dalam,
- saturasi oksigen kurang dari 93%.
Pada anak, pneumonia berat ditandai dengan gejala batuk atau sesak napas ditambah salah satu dari gejala di bawah ini yakni:
- terdapat tarikan dinding dada,
- anak mendengkur atau pada bayi terdengar suara rintihan,
- anak jarang atau tidak mau menyusu, makan, atau minum,
- pada beberapa kondisi bisa sampai terjadi penurunan kesadaran atau disertai kejang, atau
- bila saturasi oksigennya kurang dari 93%.
Baca: Anak Mengalami Gejala Covid-19, Kapan Harus ke RS?
Apa yang harus dilakukan?
Pada pneumonia ringan, penanganan dapat dilakukan rawat jalan. Tetapi, wajib segera ke IGD bila terdapat gejala sesak napas yang merupakan kegawatdaruratan paru. Sebelum memeriksakan diri, pastikan selalu makan makanan bergizi, penuhi asupan cairan, dan istirahat cukup. Untuk mengatasi gejala, konsumsi parasetamol diperbolehkan untuk meredakan demam atau obat pereda batuk yang dijual bebas. Mandi tetap boleh dilakukan dengan menggunakan air hangat atau pada anak boleh dibantu kompres hangat di daerah kepala, leher, ketiak, atau selangkangan.
Tetapi, bila sudah ada tanda pneumonia berat, jangan tunda untuk segera ke IGD terdekat karena perlu rawat inap. Pada bayi atau anak yang kesadaranya menurun, hindari diberi makan, minum, atau menyusui agar tidak terjadi pneumonia aspirasi yang sangat fatal akibatnya. Pada orang dewasa, duduk dengan setengah berbaring saat perjalanan ke IGD atau ganjal dengan beberapa bantal untuk mengurangi sesak napas yang timbul.
Langkah pencegahan
Jalankan gaya hidup sehat dengan tidak merokok atau hindarkan anak dari asap rokok. Jaga lingkungan sekitar dan rumah agar bersih dengan membersihkan AC atau kipas angin secara berkala dan mengatur ventilasi agar pertukaran udara optimal. Bila mengalami batuk, gunakan masker dan terapkan etika batuk/bersin agar tidak menularkan pada orang lain.
Secara khusus, pencegahan pneumonia dapat dilakukan dengan imunisasi. Walaupun, sampai saat ini vaksin Covid-19 masih terus dikembangkan di Indonesia, tetapi, WHO merekomendasikan pemberian vaksin influenza mulai usia 6 bulan dan pemberian vaksin PCV serial pada bayi mulai usia 2 bulan serta pemberian vaksin pneumokokal konjugat (PCV13) pada dewasa mulai usia 50 tahun atau vaksin pneumokokal polisakarida (PPSV23) mulai usia 60 tahun. Tujuan pemberian vaksin influenza adalah untuk mencegah influenza yang menyebabkan komplikasi pneumonia, sedangkan imunisasi pneumokokus ditujukan sebagai preventif pneumonia bakteri akibat pneumokokus.