Hukum Islam mengatur puasa diwajibkan bagi umat Muslim yang 1) dewasa, 2) dalam keadaan sehat, dan 3) tidak sedang dalam perjalanan jauh.
Karena puasa hanya wajib bagi mereka yang telah masuk dalam kategori dewasa (atau akil baligh), maka anak-anak yang belum memasuki tahapan ini dalam kehidupannya tentunya belumlah diwajibkan untuk mengikuti ibadah puasa bersama orang tuanya. Namun demikian, setiap keluarga biasanya merasakan perlunya untuk memperkenalkan ibadah puasa ini dari sejak usia dini, setidaknya agar anak “belajar” untuk berpuasa sehingga nanti ketika sudah menjadi kewajiban, tidak lagi kaget dan sudah terbiasa.
Nah, sejak usia berapakah anak bisa mulai diajarkan berpuasa? Tidak ada patokan berapa usia minimumnya, biasanya setiap keluarga dan orang tua mengetahui perkembangan anaknya masing-masing dan mengetahui apakah kira-kira si anak sudah mengerti ketika diberikan penjelasan dan pemahaman. Ini penting karena salah satu cara agar anak lancar berpuasa adalah secara pribadi anak memahami manfaatnya untuk dirinya dan dapat mengaitkannya dengan posisinya sebagai muslim.
Berikut adalah beberapa tips mengajarkan anak berpuasa yang disarikan dari berbagai diskusi SKATA dengan orang tua-orang tua yang sukses mengajarkan makna puasa pada anak-anaknya.
Ibu Rosmani, Cakung, Jakarta Timur:
Anak mencontoh perbuatan orang tuanya. Syarat utama mengajarkan anak berpuasa adalah orang tua juga mesti dapat menjadi contoh puasa yang baik bagi anak-anaknya. Jika orang tua tidak menunjukkan keikhlasan berpuasa, anak pun tentunya tidak akan peduli dan hikmat menjalaninya.
Perkenalkanlah apa itu puasa dengan bahasa mereka (baca: bahasa anak-anak). Sebagai contoh, puasa itu menahan godaan lapar dan haus, mengapa? Agar kita dapat merasakan mereka yang kurang beruntung dari kita yang tidak dapat makan dan minum.
Ibu Iis Kurniawati, Jakarta Timur
Boleh juga anak diberikan hadiah sebagai tanda menghargai upaya mereka. Bukan karena ingin memanjakan atau mengiming-imingi perilaku baik mesti ada reward, tapi sekedar menunjukan ekspresi cinta kasih dan sayang kita pada usaha mereka.
Ibu Nurbaiti , Jakarta Timur
Sebenarnya mengajarkan puasa tidak mesti hanya di bulan Ramadhan, karena salah satu inti dari berpuasa adalah nilai sosial di dalamnya. Ajaklah anak mengunjungi panti asuhan atau perkenalkan perbedaan-perbedaaan sosial ekonomi yang ada di masyarakat agar anak dapat sensitif pada lingkungannya.
Perkenalkan juga anak pada keimanannya sebagai umat Islam. Perkenalkan Rukun Iman dan Rukun Islam pada anak dan libatkan mereka dalam pelaksanaannya sehari-hari sehingga mereka bertanggung jawab dan ikhlas melakukannya.
Anak juga dapat dijelaskan manfaat puasa dari sisi keilmiahan dan kesehatan, dimana puasa adalah proses yang sangat berguna bagi tubuh untuk detoksifikasi mencuci tubuh dari dalam yang selama 11 bulan digunakan terus tanpa henti.
Ciptakan lingkungan yang mendukung untuk anak berpuasa. Seluruh keluarga mesti berpartisipasi aktif dalam mendukung si anak. Contoh, ketika anak mulai merasa letih dan lapar atau dahaga menyerang, alihkan perhatian anak di rumah dengan permainan-permainan atau cerita-cerita yang mendidik, sehingga anak merasa waktu puasa berjalan cepat. Lakukan aktivitas di rumah yang membuat anak merasa fun dan bahagia.
Sebagai penutup yang juga terpenting dari semuanya adalah jangan lupa sebagai orang tua untuk selalu mendoakan anak agar dikuatkan dalam prosesnya belajar puasa. Pada akhirnya, manusia berusaha, namun Allah –lah yang menggerakkan hati manusia.
Begitulah beberapa sharing pengalaman dari para orang tua yang sukses dengan cara-cara mengajarkan puasa pada anaknya. Semoga berguna bagi teman-teman SKATA.