Lepas dari mengasuh anak yang tak lagi balita, mungkin Anda bisa sedikit bernapas lega. Kemandirian anak dan kemampuan komunikasinya membuat anak tak lagi banyak tergantung pada Anda. Namun, Anda dihadapkan pada tantangan lain, yaitu orang tua Anda yang memasuki usia lanjut atau lansia. Sehatnya mereka patut Anda syukuri, meski terkadang rasa sebal muncul ketika sikap mereka mendadak kekanakan: mudah ngambek, keras kepala, mudah takut, bahkan meributkan hal sepele. Apakah ini hanya perasaan Anda, atau memang benar lansia menjadi kekanakan?

Menurut psikiater dr. Irmia Kusumadewi, SpKJ(K), tidak semua lansia memiliki kecenderungan untuk bersikap kekanakan seperti contoh yang disebutkan di atas. Hanya lansia yang sudah mengalami penurunan fungsi kognitif lah yang bisa mendadak jadi kekanakan. Penurunan fungsi kognitif terwujud dalam bentuk berkurangnya kemampuan berpikir dan menempatkan diri, bahkan kesulitan membedakan kenyataan dan bayangan. Hal ini biasa dialami oleh lansia yang menunjukkan gejala demensia maupun penderita Alzheimer. Semakin banyak penurunan fungsinya kognitifnya, makin sensitif sikapnya pada berbagai perubahan. 

Selain itu, sikap kekanakan juga bisa ditunjukkan oleh lansia yang memiliki masalah kesehatan, “sesepele” gangguan berkemih dan sulit tidur. Jika lansia tidak dapat mengomunikasikan rasa sakit tersebut pada anggota keluarga yang lain (misal karena Alzheimer atau stroke), maka yang muncul adalah uring-uringan atau sebaliknya, menjadi pasif.  

Inilah mengapa orang tua An da (bahkan kakek nenek Anda) bisa saja berusia 80 tahun dan masih sehat jiwa raga.

Lantas, jika ternyata orang tua menunjukkan perilaku kekanakan dan tentunya kurang kooperatif, adakah yang bisa dilakukan?

Memory and Aging Center, University of California, dalam situs resminya menyarankan keluarga maupun pihak yang membantu merawat lansia untuk menyikapi sikap kekanakan tersebut seperti di bawah ini:

1. Memeriksakan lansia ke tenaga kesehatan untuk mencari kemungkinan adanya gangguan kesehatan lain seperti nyeri, infeksi, maupun efek samping pengobatan yang membuat lansia berubah perilaku. Karena, demensia bukan menjadi satu-satunya penyebab perubahan sikap lansia.

2. Mencari penyebab perubahan sikap lansia yang terjadi tepat sebelum hal itu terjadi. Apakah karena tamu yang tadi berkunjung di jam tidur siangnya? Apakah perilaku tersebut selalu muncul sebelum jam makan?

3.Memikirkan kemungkinan sikap kekanakan lansia sebagai cara ia mengomunikasikan sesuatu. Misal, lansia yang menderita demensia bisa saja terlalu mudah marah karena itu caranya mengatakan bahwa ia merasa takut, bingung, atau sakit.

4. Ciptakan rutinitas. Sama seperti balita, lansia akan merasa lebih tenang jika dapat memprediksi apa yang akan ia lakukan selanjutnya.

5. Tunjukkan sikap menerima dan memahami. Lansia tentu tidak dengan sengaja bersikap kekanakan. Ia sedang menghadapi hal berat dan membutuhkan welas asih Anda sebagai keluarganya. 

6. Sabar dan tenang. Meskipun Anda memahami apa yang dialami lansia, dalam kondisi tertentu kesabaran Anda bisa menjadi sangat tipis. Jika ini yang terjadi, menyingkirlah sejenak untuk meredakan emosi, olah nafas, atau apapun yang bisa mengembalikan kesadaran Anda saat menghadapi sikap yang mengganggu tersebut.

7. Bedakan sikap mengganggu dengan berbahaya agar Anda dapat merespon dengan tepat. Mondar mandir di dalam rumah sambil marah-marah tentu mengganggu, tapi Anda masih dapat menyikapinya dengan tenang. Mengomel dan berusaha meninggalkan rumah, inilah yang berbahaya. Anda bisa menemaninya keluar rumah atau mulai mempertimbangkan kapan harus memasang kunci pengaman.

8. Mencari bantuan. Saat anak tantrum, keras kepala, mengompol, Anda masih bisa menggendong, menenangkan, atau mengalihkan perhatiannya. Namun, respon tersebut tentu tidak bisa Anda terapkan kala lansia melakukan hal yang sama. Sebelum Anda menyakiti hati orang tua Anda sendiri, mencari bantuan perawat (jika ada dana ekstra) bisa menjadi solusi. Bergantian menjaga lansia dengan anggota keluarga lain pun bisa dipertimbangkan. Jika tidak, cari support group atau komunitas yang menghadapi hal yang sama.

Yang perlu diingat, seberapapun kekanakan sikap mereka, mereka tidak ingin dan tidak bermaksud melakukan hal tersebut. Ada gangguan pada otak mereka yang tak dapat mereka kendalikan, sementara Anda masih bisa mengendalikan respon apa yang akan Anda berikan. Selalu ingat kondisi saat mereka masih sehat dan segala kasih sayang yang orang tua Anda berikan pada Anda bisa menjadi “jangkar” kala perahu kesabaran Anda mulai bergerak menjauh.