Semua ibu pasti pernah marah terhadap anaknya. Rasa marah tersebut wajar terjadi, karena semua orang pasti pernah marah, bahkan orang yang paling sabar sekalipun.

Namun, perlu dipahami bedanya marah di saat-saat tertentu saja dengan menjadi orang tua yang pemarah. Menjadi orang tua yang pemarah dapat mengakibatkan permasalahan mental dan psikologis pada anak, selain juga dapat mempengaruhi kedekatan hubungan antara orang tua dengan anak.

Lalu bagaimana ya cara yang tepat untuk mengatasi rasa marah kepada anak?

1. "Memaklumi" ketidakpatuhan anak

Seringkali orang tua menganggap bahwa ketidakpatuhan anak merupakan sebuah penghinaan dan pertanda bahwa anak tidak menghormati dirinya sebagai orang tua. Namun, mengertilah bahwa mereka memang masih anak-anak yang kemampuan komunikasi dan penyelesaian masalahnya masih jauh jika dibandingkan dengan kita yang telah dewasa.

Anak-anak usia balita seringkali masih mengalami kesulitan dalam mengutarakan maksud dari apa yang mereka pikirkan. Ketidakmampuan dalam berkomunikasi inilah yang seringkali tidak tersampaikan dan orang tua tidak dapat menangkap apa yang mereka mau, sehingga timbul tantrum. Emosinya diluapkan lewat tangisan meraung-raung dan biasanya sulit untuk ditenangkan.

Lain lagi halnya dengan anak-anak yang mulai memasuki umur remaja. Mereka sedang dalam tahap transformasi yang cukup drastis, baik itu dari segi hormon maupun mentalnya.

Anak menjelang remaja yang sedang dalam tahap pencarian jati diri biasanya menginginkan kebebasan, tidak ingin dianggap anak-anak lagi, dan ingin diperlakukan secara dewasa, walaupun kita sebagai orang tua jelas tahu bahwa mereka belum cukup dewasa baik dari segi fisik maupun mental. Kondisi ini cukup rentan menimbulkan ketidakpatuhan anak kepada orangtuanya.

2. Menghindari rasa jenuh

Menjadi ibu memang melelahkan. Banyak sekali yang harus diurus, mulai dari pekerjaan kantor sampai berbagai pekerjaan rumah tangga. Tidak jarang para ibu jadi sering melupakan kepentingan dan kebutuhan mereka sendiri. Hal ini mungkin dapat menimbulkan rasa jenuh dan marah terhadap situasi yang penuh dengan tekanan.

Untuk mengatasi hal ini, yang perlu dilakukan adalah untuk melakukan waktu berkualitas untuk diri sendiri. Luangkan waktu untuk istirahat sejenak dari rutinitas sehari-hari, berlibur, menghabiskan waktu dengan teman, memanjakan diri dengan perawatan, berbelanja keperluan untuk mempercantik penampilan, atau melakukan berbagai aktivitas yang digemari.

3. Membiasakan pola asuh disiplin

Perlu dipahami bahwa karakter dan tingkah laku anak adalah hasil dari pola asuh orang tuanya ditambah dengan pengaruh lingkungan sekitarnya. Apabila orang tua lalai, terlalu ketat, atau tidak konsisten, anak mungkin akan melakukan hal-hal yang tidak diinginkan dan cenderung bersikap semaunya.

Dengan menegakkan disiplin kepada anak, ia jadi dapat mengetahui di mana kesalahan yang mereka buat dan apa harapan atau ekspektasi orang tua kepadanya.

Ketidakpatuhan anak seharusnya tidak ditanggapi dengan memarahi mereka secara berlebihan, apalagi sampai memukul atau melukai mereka secara fisik atau melukai mentalnya dengan kata-kata yang menyakitkan dengan dalih mendisiplinkan perilakunya. Sebaiknya, mulailah untuk menerapkan sikap disiplin yang sehat kepada mereka melalui komunikasi yang baik dan tegas. Mengertilah bahwa bersikap disiplin bukan berarti memarahi, mengancam, atau memukul, namun bersikap tegas kepada mereka.

4. Menyalurkan emosi

Menjadi ibu merupakan situasi yang penuh tekanan. Sering kali tekanan tersebut tidak dapat diatasi dengan baik, sehingga membuat seorang ibu tertekan. Apabila tidak mempunyai manajemen emosi yang baik, sering kali emosi tersebut tersalurkan ke orang-orang terdekat, termasuk ke anak-anaknya.

Salurkan rasa frustasi kepada berbagai kegiatan yang positif, seperti berolahraga atau melakukan aktivitas yang digemari. Konseling juga merupakan salah satu cara untuk mengendalikan rasa marah.

5. Setiap anak adalah spesial

Sering kali ibu menuntut anak agar mencapai standar tinggi yang ibu berikan, mungkin sesekali membandingkan mereka dengan anak lain yang dirasa lebih baik. Terkadang ketika anak tidak memenuhi harapan, rasa marah muncul pada ibu sebagai bentuk kekecewaan pada anaknya.

Ada kalimat populer untuk ini, yaitu "Jangan nilai ikan dari kemampuannya untuk memanjat pohon". Ibu, mengertilah bahwa tidak semua anak terlahir sama. Kita tidak bisa menyamaratakan kemampuan semua anak dalam satu bidang. Ada anak yang mahir di bidang logika seperti matematika, ada yang kecerdasannya musikal atau visual, ada juga anak yang keunggulannya di bidang jasmani dan olahraga.

Sadarilah bahwa anak tumbuh dengan kemahiran yang berbeda dan mungkin juga terbatas. Rasa marah pada keterbatasan anak dalam melakukan sesuatu hanya akan menyakiti anak dan diri kita sendiri.

Untuk itu, ketahuilah apa minat dan kemampuan anak, apa saja keterbatasanya, lalu dampingi ia untuk mengembangkan kemampuan tersebut agar kelak anak dapat menjadi hebat di bidang yang ia sukai dan ia bisa.

Nah, jadi sudah tahu kan bagaimana cara untuk mengatasi marah pada anak? Perbanyak sabar dalam mendidik anak dan mulai terapkan pola asuh disiplin dan tegas pada mereka yuk!