Merencanakan jarak kehamilan itu merupakan hal yang penting lho untuk dipertimbangkan. Karena, tidak hanya berdampak pada seberapa besar selisih anak kamu, tetapi juga pada kesehatanmu dan kesehatan bayimu.
Bisa dibilang memiliki anak itu dapat mengubah hidup seseorang. Apakah itu anak pertama atau kedua, perencanaan kehamilan itu penting dilakukan untuk mempersiapkan lembaran hidup yang baru.
Apakah kamu ingin mempunyai anak, sudah mempunyai anak, maupun tidak ingin mempunyai anak lagi, mengetahui rencana reproduksi di masa yang akan datang dapat membantu kamu dan pasanganmu dalam menentukan waktu kehamilan dan pemilihan kontrasepsi yang tepat sebagai bagian dari rencana kehamilanmu.
Kamu tau tidak? jika jarak kehamilan terlalu dekat bisa meningkatkan resiko kehamilan lho, paling parahnya bisa menyebabkan kematian.
Nah ini ada beberapa resikonya, dalam istilah kehamilan ada yang namanya plasenta abrupsi, apa itu? yang dinamanakan plasenta abrupsi adalah kondisi dimana terlepasnya plasenta dari rahim sebelum janin dilahirkan, dan kondisi ini dapat menyebabkan kematian janin. Kenapa demikian? karena plasenta itu ada organ yang menyediakan makanan bagi janin ketika masih di dalam rahim.
Resiko lainya yaitu menempelnya plasenta menutupi sebagian atau seluruh serviks, dalam istilah medisnya disebut plasenta previa, apakah berbahaya? ya bisa jadi sangat berbahaya, jika si ibu mengalami pendarahan di usia kehamilan tua patut diwaspadai, mungkin ini adalah plasenta previa.
Baca juga : IUD atau Implan Bikin Susah Hamil, Mitos atau Fakta?
Pendarahan yang dialami si Ibu berbahaya bagi keselamatan jiwanya maupun janinnya. Selain itu, jarak kehamian yang terlalu dekat dapat menyebabkan berat bayi lahir rendah, ukuran bayi yang kecil berdasarkan usia kehamilan, dan kelahiran prematur.
Menurut beberapa ahli kesehatan jarak kehamilan yang terlalu dekat tidak memberikan ibu waktu yang cukup untuk pulih dari stress fisik dari kehamilan sebelumnya. Sebagai contoh, menyusui saat sedang hamil dapat menurunkan kesediaan nutrisi di tubuh ibu, sehingga pertumbuhan dan perkembangan janin tidak optimal.
Selain itu, jarak kehamilan yang terlalu dekat juga dapat mempengaruhi psikologis anak lho.
Di sisi lain, jarak kehamilan yang terlalu jauh juga menunjukkan beberapa resiko bagi ibu dan bayi. Kehamilan dengan jarak lima tahun atau lebih setelah melahirkan dapat meningkatkan resiko tekanan darah tinggi dan protein berlebih di urin setelah usia kehamilan 20 minggu atau dalam bahasa medisnya preeklampsia, jika dibiarkan kondisi ini dapat mengancam keselamatan ibu hamil dan janinnya.
Resiko lainnya yaitu kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, dan ukuran bayi kecil berdasarkan usia kehamilan.
Baca juga : World Health Organisation, 2015: Kontrasepsi Untuk Ibu Baru Melahirkan Kini Makin Banyak Pilihannya
Lalu, berapa sih jarak kehamilan yang terbaik? Untuk menurunkan resiko komplikasi kehamilan dan masalah kesehatan lainnya, berdasarkan hasil riset disarankan untuk menunggu setidaknya 18 hingga 24 bulan, namun kurang dari 5 tahun setelah melahirkan sebelum mencoba hamil kembali.
Merencanakan kehamilan selanjutnya juga harus mempertimbangkan hal lain seperti kesehatan, umur, fertilitas, hubungan antara anda dan pasangan, berapa anak yang kamu punya, akses ke fasilitas kesehatan, dan keadaan sosial ekonomi.
Nah mengerti resiko dan keuntungan dalam mengatur jarak kehamilan dapat membantu kamu dalam merencanakan masa depan keluarga. Kamu juga bisa menggunakan fitur simulasi rencanaku yang terdapat pada aplikasi skata untuk membantumu dalam menyusun rencana kehamilanmu. Yuk mulai rencanakan dari sekarang!