Setelah lebih dari empat bulan menahan diri untuk keluar rumah, akhirnya Anda dapat melakukan aktivitas lagi meskipun tidak seperti dalam kondisi normal. Pelonggaran oleh pemerintah ini tentu memiliki risiko kesehatan, namun pembatasan sosial berkepanjangan dapat membuat ekonomi terganggu. Meskipun kegiatan ekonomi sudah kembali berjalan, perlu diakui bahwa kondisi masih belum pulih seperti sedia kala. Sebagian orang mungkin masih belum menemukan pekerjaan baru, bisnis terpaksa gulung tikar, atau masalah dengan pasangan yang meruncing selama #dirumahaja tak kunjung usai. Stres pun rentan menghampiri.
Dalam kondisi keluarga yang sedang tidak menguntungkan seperti di atas, siapapun dipaksa untuk mampu bertahan. Selain usaha untuk mengatasi persoalan, mengenali kondisi diri juga menjadi salah satu skill yang harus dikuasai. Ketika Anda mulai cepat emosi, sedih berkepanjangan, merasa tidak semangat, berarti diri Anda sedang mengirim sinyal bahwa Anda sedang tidak baik-baik saja.
Baca: Lekas Emosi, Coba Lakukan Validasi Perasaan Berikut Ini
Bagaimana ketika masalah masih ada, sementara kondisi psikis semakin tidak kondusif? Konseling bisa menjadi pilihan. Tapi, ada cara sederhana yang bisa Anda coba untuk membuat kondisi yang ada menjadi lebih baik, yaitu dengan cara bersyukur.
Bersyukur perbaiki kondisi diri
Sejumlah riset dilakukan untuk melihat dampak positif dari aktivitas bersyukur yang dilakukan secara rutin. Salah satunya dilakukan oleh Dr. Robert A Emmons, psikolog dari University of California dan Michael E. McCullough. Untuk membuatnya mudah diukur, responden kelompok 1 diminta menuliskan hal yang mereka syukuri, kelompok 2 menuliskan hal yang mengganggu, dan kelompok 3 menuliskan hal apapun. Selama 10 pekan, mereka yang menuliskan hal yang bisa disyukuri merasa lebih optimis, merasa hidup mereka lebih baik, berolahraga lebih banyak, dan lebih jarang sakit dibanding mereka yang rutin menuliskan hal negatif.
Meski terdengar mudah, nyatanya orang kerap lupa bersyukur apalagi jika sedang tertimpa musibah. Karena itu, rasa syukur perlu dilatih agar membawa dampak positif dalam hidup. Salah satu cara mudah yang bisa Anda coba menurut Gisella Tani Pratiwi, M.Psi, Psikolog adalah dengan menuliskan tiga hal saja yang patut disyukuri hari ini. Bersyukur membuat Anda mencoba melihat segala hal dari sudut pandang yang lebih positif. Anda bisa menyediakan satu buku khusus maupun papan tulis untuk mencatat hal yang perlu disyukuri. Mengungkapkan rasa syukur Anda pada orang lain, termasuk mengucapkan terima kasih pada orang-orang yang telah berperan dalam memudahkan hidup Anda, juga bisa membuat Anda merasa lebih baik. Beribadah dan meditasi juga dapat dilakukan sebagai cara bersyukur atas anugerahNya.
Melihat hikmah dari pandemi
Salah satu hasil dari melatih rasa syukur adalah dengan mencari hikmah di balik pandemi. Kehidupan “normal” membuat masyarakat menjadi lebih konsumtif, individualis, dan terobsesi dengan pencitraan. Datangnya pandemi virus corona ternyata mampu mendesak tiap orang untuk mengeluarkan sisi terbaiknya: gemar menolong, lebih peduli tetangga dan keluarga, dekat dengan Sang Pencipta, serta menghargai hal kecil seperti kemampuan bernafas dengan leluasa.
Ya, nafas mungkin menjadi mahal bagi pasien dengan ventilator. Waktu bersama keluarga saat isolasi bisa jadi sangat didamba oleh tenaga medis yang rela menahan rindu berminggu-minggu demi keselamatan pasangan dan anak mereka. Potong gaji adalah impian mereka yang kini di-PHK dan entah bagaimana harus menutup biaya hidup.
Jadi, selalu coba syukuri sekecil apapun yang masih dapat Anda nikmati hari ini. Seperti kata pepatah, it’s not happiness that brings us gratitude. It’s gratitude brings us happiness. Bukan kebahagiaan yang menimbulkan rasa syukur, namun rasa syukurlah yang membawa kebahagiaan.