Tidak dapat dipungkiri, bulan Ramadan tahun ini sejatinya ujian kesabaran bagi hampir semua orang, terutama bagi mereka yang secara finansial terdampak oleh pembatasan sosial yang dilakukan oleh pemerintah. Tercatat, lebih dari 200 ribu pekerja formal terkena PHK dan 1,2 juta orang dirumahkan dengan atau tanpa gaji. Bagi mereka, penghematan saat Ramadan bukan lagi pilihan namun suatu keharusan. Jika bisa, peluang usaha apapun yang tersedia akan diambil, meskipun keuntungannya tidak seberapa.
Sebaliknya, mereka yang tetap menerima gaji penuh mungkin merasakan sebaliknya. Beberapa pos pengeluaran berkurang seperti transportasi, uang makan siang, dan pengeluaran rekreatif. Begitu pula di bulan Ramadan ini. Budget buka puasa bersama berkurang signifikan, apalagi jika biasanya dilakukan di hotel atau restoran. Begitu juga dengan kue kering dan stok makanan untuk menjamu tamu, yang kemungkinan tidak akan diperlukan karena saling berkunjung tentu meningkatkan risiko penyebaran virus corona. Anggaran mudik? Jelas utuh.
Meskipun banyak penghematan yang otomatis terjadi, ada sejumlah pos yang mungkin “membengkak” saat bulan Ramadan ini. Dalam situasi normal, pos yang meningkat saat bulan puasa adalah belanja makanan. Ternyata, saat pandemi pun, belanja makanan tetap meningkat, apalagi saat merasa lapar, orang cenderung lebih konsumtif dan membeli makanan yang lebih dari kapasitas perutnya. Kondisi #dirumahaja dengan gadget pun membuat aktivitas belanja online meningkat, apalagi jika diskon besar berseliweran.
Faktor lainnya adalah berbelanja sekaligus sedekah -yang mungkin sudah Anda lakukan sejak awal pandemi- dimana Anda membeli makanan atau barang karena orang tersebut terdampak secara ekonomi maupun karena kerabat Anda yang menawarkan. Hitung-hitung menjadi jalan rezeki bagi saudara sendiri, bukan?
Baca: 5 Prinsip Wajib dalam Mengatur Keuangan Keluarga
Nah, untuk mengantisipasi membengkaknya pengeluaran Ramadan selama #dirumahaja, coba beberapa tips berikut.
1. Tentukan prioritas
Selama pandemi, Anda mungkin melihat ada beberapa hal yang biasanya menjadi prioritas kini tidak lagi demikian. Misalnya, biaya pulsa untuk bekerja dari rumah maupun hiburan online kini menjadi pengeluaran rutin, sementara pergi ke mall saat weekend sudah tidak mungkin lagi dilakukan. Karena itu, diskusikan dengan pasangan apa saja yang kini menjadi prioritas untuk melihat anggaran mana yang bisa dialihkan untuk “menambal” prioritas baru tersebut.
2. Alihkan anggaran
Sejak awal, identifikasi apa saja pengeluaran yang berkurang, kemudian alihkan ke pos yang mengalami peningkatan pengeluaran. Hal ini hanya bisa dilakukan apabila Anda rajin mencatat pengeluaran harian. Misalnya, uang bensin yang biasanya mencapai satu juta rupiah bisa dialihkan sebagian (atau seluruhnya, tergantung kebutuhan) untuk pos hantaran lebaran ke kerabat. Dengan demikian, pengeluaran bulanan keluarga tidak defisit.
3. Rencanakan menu sahur dan berbuka
Bulan puasa tidak mungkin kita menjauhkan diri dari makanan meskipun begitu yang seharusnya dilakukan. Agar tidak lapar mata memesan berbagai tawaran makanan di media sosial, rencanakan menu sahur dan berbuka setidaknya seminggu sekali. Boleh kok membeli makanan atau delivery, hanya saja tentukan berapa kali anggaran Anda cukup untuk melakukannya dan lakukan di saat benar-benar mendesak (misal sibuk WFH hingga tak sempat masak). Pikirkan ulang juga apakah membeli takjil harus dilakukan setiap hari atau bisa membuat sendiri. Membeli takjil secara delivery tentu lebih mahal dibandingkan takjil pasar tiban Ramadan di tepi jalan. Jadi, usahakan konsumsi secukupnya.
4. Sibukkan diri agar tidak mudah tergoda oleh sale
Selama dua bulan #dirumahaja, sudah berapa produk yang Anda beli hasil berburu online sale? Mungkin Ramadan ini saatnya menahan diri terhadap godaan belanja. Jika melihat produk yang harganya murah namun Anda masih memiliki barang sejenis, kuatkan diri untuk tidak membeli. Sibukkan diri dengan aktivitas yang tidak melibatkan gadget, seperti bereksperimen di dapur, membersamai anak dan suami, tadarus dan menghafal Quran, maupun berkebun.
5. Manfaatkan diskon dengan bijak
Berbeda dengan poin sebelumnya, kali ini Anda bisa memanfaatkan diskon untuk barang kebutuhan harian. Para Ibu biasanya gemar berburu promo diapers, tisu, maupun minyak goreng di jaringan supermarket besar. Anda juga bisa memanfaatkan harga promo untuk membeli hadiah atau hantaran lebaran.
Baca: Siasat Keuangan untuk Keluarga dengan Banyak Anak
6. Pertimbangkan biaya admin dan ongkir
Saat melakukan transaksi online, ongkos kirim dan biaya transfer antarbank biasanya sering terlewat. Misalnya, Anda membeli donat frozen seharga 25 ribu 1 pack. Namun, ongkos ojek online (karena tidak mungkin dipaketkan) mencapai 15 ribu. Biaya transfer antar bank Rp 6500. Bisa dihitung ya, biaya totalnya. Karena itu, pertimbangkan komponen delivery dan pembayaran sebelum memutuskan untuk membeli. Pilih alternatif yang lebih ekonomis.
7. Alokasikan ulang THR (Tunjangan Hari Raya)
Tahun lalu, mungkin biaya mudik, kue kering, baju lebaran, dan angpao menjadi pengeluaran terbesar dari THR. Kini, Anda bisa menyisihkan sebagian untuk dana darurat mengingat kondisi ekonomi masih belum stabil dan sektor apapun bisa saja terkena imbasnya. Jangan lupa, selalu sisihkan dana untuk berbagi kepada orang tua, kerabat, maupun mereka yang membutuhkan bantuan.