Kesibukan memang sering menjadi alasan bagi sebagian orang untuk makan makanan sehat. Tak heran, rutinitas belanja bulanan kerap menjadi momen membeli dan "menimbun" makanan instan seperti mi instan, kornet, bumbu instan, dan makanan beku (frozen food) seperti nugget dan sosis. Makanan seperti ini memang awet berbulan-bulan di dalam freezer sehingga kita tidak perlu sering keluar rumah. Namun, bukankan makanan seperti ini penuh bahan kimia yang membahayakan kesehatan dalam jangka panjang?

Makanan orang vs dagangan orang

Dr. dr. Tan Shot Yen, M.Hum yang juga ahli gizi dan penulis buku menyebutkan bahwa kita harus bisa membedakan antara makanan orang dengan dagangan orang. Makanan orang adalah makanan yang sudah ada sebelum manusia ada, seperti sayur, buah, biji-bijian, daging, ikan. Sementara itu, dagangan orang adalah makanan yang diciptakan setelah manusia ada, seiring dengan perkembangan teknologi. Maka bisa disimpulkan bahwa makanan instan dan makanan kemasan yang kerap dibeli sebagai stok pangan di keluarga perkotaan adalah dagangan orang.

Baca: Food Prep, Kunci Masak Anti Ribet di Pagi Hari

Memang, makanan hasil industri tersebut aman dikonsumsi karena biasanya sudah terdaftar di BPOM. Hanya saja, makanan instan tersebut biasanya menggunakan berbagai macam bahan tambahan untuk membuat rasanya lebih enak, tampilan lebih menarik, tekstur yang tepat, serta daya tahan yang lebih lama. Secara jangka panjang, terlalu banyak mengonsumsi “dagangan orang” tersebut dapat berdampak buruk bagi kesehatan. Sebaliknya, “makanan orang” merupakan pangan sehat.

“Pangan sehat itu artinya aman bagi tubuh manusia, tidak ada efek jangka panjang. Salah satu cirinya adalah yang paling mendekati bentuk aslinya. Opor ayam, misalnya, lebih sehat daripada sosis ayam. Jangan lihat santennya aja,” jelas dr. Tan Shot Yen.

Buat rencana untuk hindari “bencana”

Sayangnya, salah satu alasan yang membuat orang tetap membeli makanan pabrikan meskipun tidak sehat adalah masalah daya tahan dan irit waktu. Mereka yang sibuk bekerja sering kesulitan mengatur waktu memasak, khususnya di pagi hari saat harus berjibaku dengan kemacetan.

Sebenarnya, hal ini bisa disiasati. Menurut dr.Tan, salah satu kunci sukses konsumsi makanan sehat adalah dengan membuat rencana menu makan atau meal plan.

Merencanakan menu makan akan menghindarkan seseorang dan keluarganya dari “bencana”, yaitu intaian penyakit di kemudian hari. Dengan merencanakan menu makanan setiap hari, Anda bisa berbelanja dengan lebih cepat dan efisien. Perencanaan ini juga mencegah kita “terpaksa” menggoreng sosis karena tak ada waktu membumbui ayam, atau ingin membuat sop sayur tapi tidak punya bumbu dapur sehingga harus memasak mi instan yang dipotongi sayur. Selain itu, merencanakan menu makan mencegah kita memasak makanan yang itu-itu saja sehingga suami atau anak bosan. 

Jika belum terpikir bagaimana bentuknya, contoh berikut bisa menjadi inspirasi:

Baca: Siasati Menu Sehat di Tengah Kesibukan

• Senin: Ayam Bakar Bumbu Rujak dan Sayur Asem

• Selasa: Pepes Tahu dan Sup Oyong Telur

• Rabu: Ikan Pesmol dan Sayur Bening

• Kamis: Orek Tempe dan Soto Ayam

• Jumat: Pepes Jamur dan Kuah Ikan Asam

• Sabtu: Botok Teri dan Capcay Kuah Seafood 

• Minggu: Telur Pindang dan Pecel Madiun

Rencanakan pula buah yang akan dikonsumsi selama seminggu. Untuk anak, kita bisa membuat makanan selingan seperti agar-agar, jagung rebus pipil, barongko pisang, jus buah, atau sawut singkong untuk menghindari camilan kemasan yang tinggi gula dan garam. 

Jangan lupa, pastikan menu tersebut memiliki gizi seimbang dengan komposisi makanan pokok, lauk, sayur, dan buah.

Dengan rencana makan seperti ini, kita hanya perlu berbelanja seminggu sekali dan tidak perlu pusing memikirkan “besok masak apa”. Kondisi darurat, bukan berarti harus makan yang tidak sehat, kan?