“Duh, susah banget deh ngajarin anak. Kita kan bukan guru!” 

Mungkin itu adalah kalimat yang kini sering terlintas di pikiran saat Anda diharuskan untuk #dirumahaja. Sejak pemerintah memberlakukan physical distancing pertengahan Maret lalu, semua kegiatan berpusat di rumah. Bekerja, sekolah, ibadah, semua dilakukan di rumah. Ayah dan ibu mendadak punya tugas baru menjadi guru di tengah pandemi, bersamaan dengan tugas utama bekerja dan mengurus anak. Tugas pun bertambah jika tidak memiliki asisten rumah tangga atau terpaksa merumahkan ART untuk sementara demi menjaga kesehatan keluarga. Terbayang, ya betapa sibuknya aktivitas orang tua sekarang. 

Terhitung 10 April 2020, pemerintah kembali mengeluarkan peraturan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) yang berarti masyarakat diharuskan untuk #dirumahaja lebih lama lagi. Sekolah di rumah diperpanjang, kantor dan pusat perbelanjaan pun ditutup sampai waktu yang akan ditentukan kemudian. Artinya lagi, Anda harus memanjangkan sabar untuk melatih kemampuan multitasking agar tetap ‘waras’. Ya, perubahan mendadak terkait pandemi ini membuat ‘kewarasan’ banyak orang orang tua berada di ujung tanduk. 

Supaya bisa tetap berpikir positif saat menjalani aktivitas harian yang mungkin penuh tantangan, Anda bisa coba cara ini. 

1. Membuat jadwal harian

Membuat jadwal harian memudahkan anak untuk tetap belajar tanggung jawab melakukan aktivitas sekolah saat di rumah untuk mengantisipasi rasa malas yang muncul. Jika selama ini Anda hanya perlu mengantar anak pagi, menjemput anak siang atau sore, mengantar les, kini Anda bertindak seperti “manajer” mereka. Untuk anak pra remaja atau remaja, buat jadwal bersama. Tidak hanya kapan harus belajar, namun juga jenis kegiatan yang bisa dilakukan bersama di waktu luang agar tidak bosan. Libatkan pasangan dalam hal ini, setidaknya dalam hal mendisiplinkan anak ketika waktu belajar tiba. 

2. Atur waktu penggunaan gadget

Bagi Anda yang memiliki gagdet lebih dari satu, mungkin tak sulit berbagi dengan anak-anak ketika harus melakukan work from home (WFH) sekaligus study from home (SFH). Tapi, untuk keluarga yang harus berbagi laptop atau smartphone, hal ini cukup menantang. Misalnya, anak usia SD harus online dari pukul 8 pagi hingga 12 siang untuk belajar dengan guru di sekolah. Jadwal ini biasanya ini berlaku di tiap sekolah. Sementara itu, perkantoran pun memiliki jadwal WFH yang sama. 

Jika Anda mendadak harus meeting atau memiliki jadwal meeting rutin di tengah jam SFH, mintalah izin pada guru anak agar anak bisa offline sejenak namun tetap mengerjakan tugas sembari Anda menyelesaikan urusan. Dengan begitu, anak tetap sibuk berkegiatan sementara Anda bisa tetap bekerja. 

3. Lebih melek teknologi

Pemberlakuan SFH mengharuskan orang tua menggunakan aplikasi yang mungkin selama ini terasa asing, apalagi jika Anda biasa di rumah dan hanya familiar dengan media sosial. Nah, kini saatnya Anda untuk ikut menimba ilmu dengan mengupdate kemampuan berteknologi. Pelajari cara menggunakan aplikasi yang sering digunakan untuk SFH, yaitu Zoom, Google Hangout, dan Google Classroom. 

4. Pelajari materi sebelum mengajarkan pada anak

Menguasai aplikasi memang penting, namun penguasaan materi juga penting meskipun status Anda hanya sebagai “guru pengganti” ataupun “pengawas”. Hal ini khususnya berlaku jika Ananda masih usia prasekolah maupun SD. Luangkan waktu sejenak sebelum mendampingi anak belajar untuk membaca-baca materi pelajaran. Meskipun terkesan ribet, namun hal ini bisa mencegah sesi belajar bersama menjadi "medan perang" karena anak tidak paham penjelasan Anda, sementara Anda pun tidak tahu jawabannya.

5. Koordinasi dengan guru

Koordinasi dengan guru penting dilakukan agar Anda tahu dengan detil apa saja target pembelajaran, materi pelajaran, tugas yang harus dikerjakan, termasuk berkonsultasi jika menemui kesulitan. 

6. Jam istirahat di sela pelajaran

Di sekolah, anak memiliki jam istirahat 15 menit di antara mata pelajaran. Jangan hilangkan waktu ini ya, meskipun anak belajar dari rumah. Anda tidak tahu seberapa berat otak mereka berpikir untuk memahami pelajaran. Jeda selama 10-15 menit setiap jam atau setiap satu mata pelajaran bisa menjadi cara menghilangkan lelah dan menambah konsentrasi. Lakukan warm up games atau icebreaker yang bisa Anda cari di internet. Pikiran Anda dan anak pun segar kembali dan lebih siap menerima pelajaran berikutnya. 

Baca: Aktivitas Seru yang Bisa Dilakukan Bersama Anak Saat Lockdown

7. Miliki support group

Ketika semua langkah di atas sudah dilakukan namun kepala tetap "berasap", mungkin saatnya Anda berbagi cerita dengan teman senasib sepenanggungan. Tidak hanya membuat Anda lega karena bisa mengeluarkan uneg-uneg, terkadang banyak pengalaman menarik yang membuat Anda tertawa dan bersyukur. Grup komunikasi sesama orang tua murid maupun teman dekat bisa menjadi contoh support group. Namun, jangan sampai grup ini menjadi ajang saling membanggakan pencapaian anak. Hindari pula curhat negatif di media sosial ya.

Ingat, sebanyak apapun kesulitan yang Anda hadapi, lihat sisi positifnya. Anda bisa menambah ilmu, lebih dekat dengan anak, dan mengetahui secara langsung kemampuan anak. Saat melihat hasilnya nanti, Anda akan berbangga hati telah turut andil dalam proses pengembangan dirinya.