Pernahkah sejenak dalam hidup Anda di masa pandemi ini tidak memikirkan tentang virus corona? Kalaupun Anda sudah berusaha, selama masih mengakses media informasi apapun, nampaknya hal tersebut sulit dilakukan. Bagi Anda yang tinggal di daerah dengan tingkat penularan virus corona yang terus meningkat, batas antara waspada dan takut menjadi sangat tipis. Apalagi, data yang menunjukkan jumlah pasien positif COVID-19 sudah melebihi angka 5000 per 16 April 2020. Ini belum termasuk jumlah 11.000 lebih Pasien Dalam Pengawasan (PDP).
Meskipun jumlah pasien meninggal dengan pasien yang sembuh hanya selisih sedikit, yang artinya tingkat kesembuhan infeksi virus corona di Indonesia termasuk tinggi, namun membayangkan diri positif terinfeksi saja sudah membuat banyak orang menjadi stres. Padahal, stres berkontribusi besar dalam menurunkan kekebalan (imunitas) tubuh.
Terkait mengatasi rasa stres dan emosi negatif lain yang bisa membuat imunitas tubuh semakin rentan, beberapa penyintas dan pasien positif COVID-19 membagikan tips untuk sembuh dari infeksi virus corona.
"Faktor paling penting yang dorong kesembuhan. Optimis dalam diri. Percaya kalo medis pertolongan yang luar biasa. Doa yang membuat kita percaya bahwa tanpa iman kita pasti hancur mentalnya. Bersikap positif dan patuh terhadap arahan para dokter karena proses penyembuhan memang berat. COVID bukan aib karena bisa menyerang siapa saja. Semangat makan minum apapun yang diarahkan, berdoa beribadah."
- Christina Agustin, warga Surabaya
"Selama saya diisolasi, saya beruntung sekali mendapatkan kertas dan cat poster. Jadi saya belajar nyoret-nyoret sampe akhirnya lama-lama jadi lukisan. Jadi, itu self healing (penyembuhan diri) yang luar biasa."
- Maria Darmaningsih, dosen tari di Institut Kesenian Jakarta
"Saya sih tidak kuatir karena tau sejak awal bahwa prosentase penyembuhannya itu 98,9%. Jadi ketika tau, yaudah nggak papa. Buat yang masih positif COVID-19 tetap semangat, fokus ke self healing karena ini bisa sembuh. Semua bisa sakit, dan yang baru tahu positif jangan panik, jangan takut diisolasi karena ini tidak semenyeramkan yang kalian bayangkan."
- Ratri Anindyajati, produser independen & manajer seni
"Kita semua tuh perlu support, walaupun kita enggak kenal kita harus support, supaya ada keinginan dalam hati 'gue bisa sembuh' dan itu membantu proses penyembuhan COVID-nya."
- Andrea Dian Bimo, artis
"Berjemur di bawah jendela. Tidak punya pilihan waktu, karena sinar matahari hanya masuk ke jendela kamar antara jam 7-8 pagi. Kemudian gerakan peregangan sederhana di pojok kamar, agar badan bisa sedikit berkeringat. Olahraga itu memicu hormon endorfin, merangsang enerji positif, optimis, rasa bahagia dan tingkatkan imunitas."
- Bima Arya Sugiharto, Walikota Bogor
Kalau orang kuatir itu ndak bisa gembira, kalau gembira ndak bisa kuatir. Kalau gembira ditakut-takutin ya jadi kuatir, ya enggak bisa gembira lagi. Makanya kita butuh lingkungan yang positif sehingga hatinya damai, semangat, dan gembira. Terus mulai nyanyi-nyanyi dengan lantang, “Hati yang gembira, adalah obat, obat yang manjur, amin!” Suster lewat dinyanyiin, dokter jaga dinyanyiin, temen-temen dinyanyiin, sungguh sangat membantu.
- Tung Desem Waringin, motivator
"Setiap hari saya berdoa, saya selalu bilang saya kuat, saya pasti sembuh, saya sehat, firman Tuhan setiap hari."
- Lastri, warga Susukan, Kab.Semarang
"Pada saat pertama kali dinyatakan positif, rasanya down dan sedih yang mendalam. Tapi alhamdulillah, karena dukungan keluarga dan juga petugas medis yang selalu memberikan dukungan dan semangat, maka saya jadi optimis untuk sembuh. Ikuti anjuran dokter, hindari melihat berita yang tidak perlu misalnya tentang corona, dan berbaik sangka kepada Allah."
Jika dapat dirangkum, ternyata optimisme, rasa bahagia, dukungan dari orang-orang di sekitar, serta doa merupakan sejumlah hal yang dapat memperbesar kemungkinan pasien untuk bisa sembuh dari penyakit, dalam hal ini COVID-19. Mengenai optimisme dan pikiran positif sebagai faktor penguat imunitas, sejumlah peneliti dari Johns Hopkins University telah membuktikannya dalam sebuah riset. Mereka yang memiliki riwayat penyakit jantung namun selalu berpikiran positif memiliki kemungkinan terkena penyakit jantung/kardiovaskular lain sepertiga lebih kecil daripada mereka yang cenderung berpikir negatif.
Karena itu, jauhkan pikiran negatif di masa pandemi ini. Ciptakan kondisi yang mampu membuat Anda bahagia meskipun itu sangat sederhana. Tetap jaga kesehatan dengan displin physical distancing, menjaga kebersihan diri, dan konsumsi asupan bergizi.