Di tengah upaya maksimal melindungi diri dari virus corona, banyak yang mungkin “terlupa” untuk menjaga orang tua dari infeksi virus yang belum ada obatnya ini. Fakta menunjukkan, mereka yang berusia di atas 60 tahun lebih rentan terinfeksi virus corona. Sebagai contoh, angka kematian tertinggi pada pasien positif COVID-19 adalah mereka yang telah berusia lanjut. Terlebih lagi, jika pasien tersebut juga menderita penyakit kronis. Mengapa demikian?

Simak wawancara SKATA dengan dr. Anastasia Asylia Dinakrisma, SpPD dan dr. Ika Fitriana, SpPD dari PERGEMI (Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia).

1. Apakah semua lansia rentan terinfeksi COVID-19? Atau hanya yang memiliki penyakit tertentu saja?

Semua lansia (semua orang yang berusia 60 tahun ke atas) rentan terinfeksi COVID-19 karena lansia secara alami telah mengalami penurunan sistem imun dan fungsi organ-organ tubuh. Lansia yang menderita penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes mellitus/ kencing manis, penyakit paru kronis (misal asma, penyakit paru obtruksi kronis) memiliki risiko untuk mengalami komplikasi yang lebih berat.  

2. Penyakit apa saja yang paling bisa menyebabkan kematian pada lansia jika terinfeksi COVID-19?

Berdasarkan data  penelitan kasus-kasus COVID-19 di Cina, Italia, dan Amerika Serikat, kasus berat atau kematian tertinggi terdapat pada pasien dengan penyakit penyerta seperti hipertensi, diabetes melitus, penyakit ginjal kronis, penyakit paru kronis, dan gagal jantung.

3. Pada lansia yang rutin mengonsumsi obat terkait penyakit penyerta tersebut, apakah aman menunda pergi ke dokter hingga wabah mereda? 

Dalam kondisi seperti ini, lansia disarankan untuk menunda kunjungan ke dokter jika tidak ada kondisi darurat. Obat-obatan rutin harus tetap dikonsumsi seperti biasa. Jika kehabisan obat rutin, keluarga dapat berkoordinasi dengan fasilitas kesehatan tempat berobat untuk mekanisme pengambilan obat rutinnya, jika memungkinkan tanpa harus membawa lansia ke fasilitas kesehatan. 

BPJS kesehatan sendiri dalam Surat Edaran No 16 tahun 2020 memutuskan bahwa dalam rangka pelaksanaan social distancing, jika kondisi penyakit kronis lansia stabil, stidak ada keluhan yang memerlukan pemeriksan dokter langsung atau tidak ada kondisi kegawatdaruratan, lansia diperkenankan untuk konsultasi ke dokter fasilitas kesehatan melalaui kontak tidak langsung, seperti telpon, Whatsapp, atau Telegram. Peresepan obat penyakit kronis dapat diberikan untuk 2 bulan, dengan mekanisme pengambilan obat tiap bulan langsung ke apotek, fasilitas kesehatan, ataupun mekanisme pengiriman yang diatur oleh faskes masing-masing. Hal ini untuk meminimalisasi kontak langsung lansia dengan fasilitas kesehatan yang merupakan tempat risiko tinggi penularan, walaupun pada kenyataannya di lapangan masih banyak ditemukan kendala.

Baca: 10 Cara Lindungi Orang Tua Anda dari Virus Corona

4. Seberapa besar potensi terinfeksi jika kontrol ke RS?  

Virus ini sangat mudah menular dan bisa bertahan di berbagai benda dalam jangka waktu cukup lama, dapat menyebar melalui droplet yang dibatukkan atau pada saat bersin. Seorang lansia apalagi yang sudah memiliki gangguan memori (demensia) mungkin kurang paham terhadap hal ini. Dengan kondisi yang sudah rentan, lansia dapat lebih mudah tertular. Penelitian menunjukkan angka tertinggi penularan terjadi pada usia produktif, namun angka kematian paling tinggi pada lansia. Oleh karena itu, haruslah berhati-hati. Jika tidak penting tidak perlu kontrol ke rumah sakit. Namun, jika lansia dengan sangat terpaksa harus ke Rumah sakit, disarankan harus didampingi oleh keluarga dan  secara ketat menerapkan physical  distancing (menjaga jarak 1-2 meter) dengan orang lain, menghindari kontak langsung, seperti bersalaman atau menyentuh anggota badan, memakai masker, menjauhi orang yang batuk atau bersin, sesering mungkin melakukan cuci tangan sehabis menyentuh benda-benda di sekitar.

5. Pada lansia yang rutin mengonsumsi obat-obatan terkait penyakitnya, apakah aman minum suplemen tiap hari mengingat vitamin C dan E baik untuk imunitas?

Suplemen vitamin dan mikronutrien lain dibutuhkan jika lansia tidak mendapat cukup asupan dari makanan sehari-hari, misalnya asupan diet gizi yang kurang seimbang, terdapat penyakit kronis yang menyebabkan gangguan asupan makanan maupun penyerapan zat gizi, atau lansia yang mengalami kekurangan gizi. Suplementasi vitamin C dan E diperlukan untuk meningkatkan sistem imun. Kebutuhan vitamin C sekitar 75-90 mg/ hari pada lansia sedangkan vitamin E sebesar 15 mg/hari. Vitamin dan mikronutrien lain yang dibutuhkan oleh lansia adalah vitamin D, kalsium, vitamin B12, asam folat, zinc, dan selenium.

Baca: Cara Meningkatkan Kekebalan Tubuh Lansia

6. Bagaimana dengan konsumsi rebusan empon-empon (rimpang) tiap hari? Apakah kerja ginjal menjadi lebih berat?

Air rebusan empon-empon biasanya mengandung bahan herbal  alami seperti jahe, kunyit, lengkuas, temulawak, secang, kayu manis. Pada umumnya empon-empon aman untuk dikonsumsi untuk lansia apabila diminum dalam jumlah yang tidak belebihan, disertai minum air yang cukup, sekitar 6-8 gelas per hari . Air rebusan empon-empon merupakan tambahan saja, diet gizi seimbang harus sebagai  asupan nutrisi utama. Rebusan empon-empon tidak direkomendasikan jika lansia dalam keadaan sakit akut (misal sedang dalam perawatan di rumah sakit), memiliki penyakit kronis seperti sakit lambung (maag), gangguan hati, atau sakit ginjal. 

 

Artikel ini merupakan hasil kerjasama SKATA dengan PERGEMI (Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia), yaitu suatu perhimpunan yang mewadahi para dokter dan dokter spesialis yang memiliki minat dan concern terhadap permasalahan lansia.