Faktor penting dalam upaya program keluarga berencana atau KB adalah pemilihan alat kontrapsepsi yang tepat. Metode kontrasepsi yang banyak disukai di Indonesia adalah non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang atau biasa disebut non MKJP, seperti pil KB dan KB suntik. Menurut data dari BKKBN, mayoritas peserta KB baru didominasi oleh peserta KB yang menggunakan Non MKJP, yaitu sebesar 84,74% dan sisanya yang menggunakan MKJP (seperti IUD dan implan) hanya sebesar 15,25%.
Di luar pengguna alat kontrasepsi, ada pula pasangan yang menggunakan metode kontrasepsi tradisional seperti senggama terputus dan KB kalender.
Metode KB berbasis kalender adalah salah satu metode untuk memperkirakan masa subur wanita, berdasarkan catatan panjang siklus menstruasi sebelumnya. Hal ini dilakukan agar dapat menghindari berhubungan seks di masa subur wanita sehingga tidak terjadi kehamilan. Keuntungan mengunakan KB kalender ini adalah tidak memerlukan biaya, tidak menggunakan obat atau alat, dan tidak mengurangi kenikmatan berhubungan.
Namun, ada syarat-syarat yang perlu diperhatikan agar KB kalender efektif mencegah kehamilan:
1. Menghitung masa subur dengan benar. Perhitungan masa subur yang meleset sehari saja bisa berpotensi menyebabkan kehamilan. Agar tidak salah hitung, Anda harus mengetahui terlebih dahulu siklus menstruasi Anda. Siklus menstruasi menunjukkan pola datangnya haid, dihitung sejak hari pertama haid hingga hari pertama hari berikutnya. Normalnya, siklus menstruasi adalah 21-35 hari. Hari ke-1 pada siklus haid adalah hari pertama terjadinya menstruasi.
Kemudian, ketahui pula tentang ovulasi atau keluarnya sel telur ke rahim agar siap dibuahi sperma. Biasanya, ovulasi terjadi 12 – 14 hari sebelum haid berikutnya. Contohnya, jika Anda menstruasi tanggal 1 Januari dengan siklus sepanjang 28 hari, maka ovulasi terjadi pada 16-18 Januari.
Nah, masa subur dapat dimulai sejak 5 hari sebelum ovulasi atau sekitar tanggal 11 menurut ilustrasi di atas. Pada wanita dengan siklus menstruasi normal, biasanya masa subur terjadi 10-17 hari sebelum menstruasi berikutnya. Jadi, rentang waktu inilah yang sebaiknya tidak digunakan oleh pengguna KB kalender untuk berhubungan seks.
Baca: Pentingnya Mengetahui Ovulasi dan Masa Subur
2. Bagi yang haidnya tidak teratur, siklus haid dan masa subur dapat diamati dengan cara mencatat lamanya haid minimal selama 6 siklus haid. Caranya, siklus haid terpanjang dikurangi dengan 11 akan diperoleh hari subur terakhir dalam haid terlama tersebut. Sedangkan dari siklus haid terpendek dikurangi 18, diperoleh hari subur pertama dalam siklus haid tersebut.
Contoh: Siklus haid terpanjang 30, sedangkan siklus haid terpendek 27, maka masa subur dapat dihitung, 30 – 11 = 19, dan 27 – 18 = 9, jadi masa subur berlangsung pada hari ke 9 sampai hari ke 19.
3. Membutuhkan kedisiplinan dan pengendalian diri
Keinginan untuk berhubungan seksual bisa datang kapan saja. Jika hanya mengandalkan pantang berhubungan seksual pada masa subur, maka baik suami maupun istri harus mampu menahan hasrat seksual jika ingin berhubungan saat istri sedang subur.
4. Lebih efektif apabila dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain
Apabila haid tidak teratur dan anda tidak yakin untuk menggunakan KB kalender maka dapat digunakan kontrasepsi lain seperti kondom, pil KB, KB suntik, implan, atau IUD.
Baca: IUD Lebih Baik dari KB Suntik, Benarkah?
Risiko gagal tetap besar
Khususnya pada siklus haid yang tidak teratur, metode kalender tetap mempunyai angka kegagalan yang tinggi walaupun sudah dilakukan dengan teliti. Jadi, menggunakan alat kontrasepsi cadangan seperti kondom bisa menjadi solusi paling mudah. Meskipun demikian, penggunaan alat kontrasepsi MJKP seperti IUD dan implan terbukti memiliki tingkat efektivitas tertinggi karena tidak melibatkan human error seperti salah hitung masa subur, lupa minum pil KB, atau lupa jadwal suntik KB. Jadi, pastikan Anda mengambil keputusan dengan seksama.
Artikel ini telah direview oleh dr.Dyana Savitri Vellies, Sp.OG(K)