Apa yang membuat seseorang mencoba untuk bertahan dalam pernikahan meskipun menyakitkan? Biasanya, anaklah yang menjadi pertimbangan orang tua apakah perceraian dapat ditempuh atau berusaha berdamai dan menerima kekurangan pasangan. Bayangan akan trauma yang mungkin dialami anak, ketidakutuhan keluarga yang membuat anak bersedih, atau konsekuensi sosial yang masih banyak dialami di Indonesia menjadi ketakutan terbesar pasangan yang akan bercerai.

Namun, bertahan dalam rumah tangga yang tidak harmonis pun tidak selalu menjadi pilihan terbaik karena anak pun tidak bahagia menyaksikan perselisihan kedua orang tuanya. Jika akhirnya perceraian harus terjadi, bagaimana cara mengurangi dampak perceraian pada anak? 

1. Stop bertengkar

Yang lebih besar dampak negatifnya bagi anak ternyata bukanlah status perceraian kedua orang tuanya, melainkan pertengkaran yang ia lihat tiap hari. Bisa jadi, perceraian malah membuat anak lega karena merasa lebih damai tanpa melihat orang yang ia cintai saling menyakiti. Jadi, meskipun Anda dan mantan pasangan sudah bercerai, hindari adu argumen di depan anak karena Anda berdua akan tetap menjadi orang tua anak hingga ia dewasa. Artinya, tetap dibutuhkan hubungan baik dan kerjasama untuk membesarkan anak agar dampak perceraian tidak mempengaruhi semakin banyak aspek dalam hidupnya. 

2. Tidak menjelekkan mantan pasangan

Hal klasik yang sering dilakukan orang tua bercerai adalah menjelekkan mantan pasangan. Biasanya, hal ini bermula saat orang tua terlalu detil menceritakan penyebab perceraian pada anak. Bisa juga, orang tua saling bersaing untuk menunjukkan pada anak bahwa perceraian ini bukan salah mereka dengan cara menjelekkan pasangan.  Atau, orang tua menganggap anak sebagai “tempat curhat” sehingga merasa bebas menumpahkan uneg-uneg mereka tanpa memerdulikan perasaan anak. 

Apa dampaknya bagi anak?

Ternyata, menjelekkan pasangan tidak hanya dapat menumbuhkan rasa benci anak terhadap orang tuanya (baik yang dijelekkan maupun yang menjelekkan), namun juga mampu mempengaruhi konsep dirinya dan cara anak memandang dirinya kelak sebagai laki-laki/wanita dewasa. 

Karenanya, untuk mengurangi dampak perceraian pada anak, coba untuk berbicara hal positif tentang pasangan. Mampu menahan diri untuk tidak saling menjelekkan di depan anak juga menjadi bukti kedewasaan orang tua. 

Tunjukkan bahwa Anda berjiwa besar dengan memaafkan pasangan. Beritahu anak, sejelek apapun ayah/ibunya, selalu ada kesempatan untuk menjadi orang yang lebih baik, dan mereka tetap orang tua yang harus dihormati. 

3. Berikan penjelasan yang tepat tentang perceraian

Jika Anda bingung bagaimana menjelaskan perceraian pada anak serta apa saja yang perlu dijelaskan, panduan dari Divorcemag berikut mungkin bisa membantu:

- Ayah dan ibu akan bercerai

- Ini bukan salah anak

- Wajar untuk merasa sedih

- Ayah dan ibu akan selalu menyayangi anak

- Ayah dan ibu tidak akan kembali bersama

Membatasi penjelasan pada poin penting tersebut berdua (ya, Anda dan pasangan sebaiknya menjelaskan ini bersama-sama) pada waktu yang tepat dan cara penyampaian yang baik akan membantu mengurangi dampak perceraian pada anak, sekaligus membuat anak memahami perceraian dengan lebih positif. 

4. Menyediakan tempat berkeluh kesah untuk anak

Perceraian bisa menimbulkan kesedihan luar biasa bagi anak. Meskipun Anda juga terpukul, cobalah untuk tetap memberikan tempat berkeluh kesah bagi anak. Katakan padanya bahwa ia boleh merasa sedih, marah, kecewa dengan orang tuanya, dan Anda ada untuk menjadi tempat ia mengungkapkan segala yang ia rasakan. Namun, jangan terjebak untuk membela diri, ya. Lebih banyaklah mendengar daripada berbicara agar anak percaya bahwa ia masih memiliki Anda untuk melalui masa-masa sulit ini.

5. Ciptakan kerjasama yang baik dengan mantan pasangan

Hubungan Anda berdua sudah berakhir, namun peran sebagai orang tua akan berlangsung selamanya. Anak harus tetap sekolah, anak masih memiliki kehidupan pertemanan, anak masih memiliki masa depan. Mulailah berlatih untuk menekan ego demi prioritas Anda: anak. Meskipun Anda tidak memegang hak asuh, bukan berarti Anda bisa lepas tangan dalam pengasuhannya. Tidak adanya kerjasama antara kedua orang tua akan memperburuk dampak perceraian pada anak.