Diana, 16 tahun sedang berada di masa terburuknya. Di usia remaja, tinggi Diana sudah hampir 170cm. Tak jarang Ia mendapat cemooh dari teman-teman sekolahnya. Ketika di SMP dulu, Ia tidak ambil pusing. Tapi saat duduk di bangku SMA, cemooh itu menjadi hal yang sangat menyakitkan baginya. Terutama, ketika laki-laki yang ditaksirnya ikutan mengolok-olok. Nilai Diana jadi turun, Ia pun enggan pergi sekolah. Selalu ada alasan tiap pagi untuk Diana mangkir dari sekolah. Sempat sekali, Ia ketahuan “kabur” dari sekolah hingga Orangtuanya dipanggil Kepala Sekolah dan Diana pun terkena hukuman. Bertubi-tubi rasanya masalah Diana hingga membuat sang Ibu (Maria, 45 tahun) kewalahan untuk bersikap. Apalagi sebentar lagi Diana akan menghadapi ujian akhir. Harus bagaimana, ya?
Masalah Diana mungkin sama dengan permasalahan anak remaja kita. Atau, bisa jadi ada masalah lain yang lebih berat. Apapun itu, Diana (dan mungkin anak kita) sedang berada di masa terburuknya. Masalah kecil yang menjadi besar, atau masalah besar sekalipun peran kita sebagai orangtua sangat penting untuk mendampingi di saat sulit, caranya…
Dengarkan
Pertama, dengarkan apa yang remaja ingin sampaikan. Walau yang disampaikan hanya sesederhana masalah jerawat, tapi selalu dengarkan keluh kesah mereka. Terkadang, mereka tak butuh masukan. Mereka hanya butuh didengar dan merasakan simpati bahkan empati dari orang terdekat. Jangan cepat menghakimi, atau berprasangka. Dengarkan dengan tulus dari awal hingga akhir cerita, karna alih-alih curhat dengan teman, Ia memilih bercerita dengan kita. Itu adalah awal yang baik untuk memulai koneksi dan komunikasi dengan remaja hingga Ia akan mau bercerita lebih banyak.
Be in their shoes
Coba berada di posisinya. Ingatkah kita ketika di masa remaja, saat muncul satu jerawat serasa akhir dari dunia? Apalagi masalah bully yang bisa menghancurkan kepercayaan diri mereka. Tentu, menjadi mereka di posisi ini sangat sulit. Itulah mengapa kita harus selalu bisa melihat dari kacamata mereka, bukan kita. Masalah kecil di remaja mungkin bisa menjadi besar. Mungkin juga kita pikir itu hanya masalah sepele, belum tentu untuk mereka. Beri jawaban seperti, “Ibu mengerti yang kamu rasakan, apa yang bisa Ibu bantu untuk membuat kamu lebih nyaman?”
Katakan, “kamu tak sendiri”
“Ya, kamu tidak sendiri. Tiap remaja di usiamu akan mengalami hal yang serupa bahkan lebih. Mereka yang menjatuhkan percaya dirimu, yang mengolok-olok kelebihanmu, mereka punya masalah sepertimu.” Jelaskan bahwa masalah akan selalu ada seiring bertambahnya usia, dan itupun akan hilang seiring waktu dan bagaimana bijak kita menghadapinya. Bisa juga tambahkan cerita kita di usia mereka dulu, misalnya, “Ayah dulu pernah juga di-bully karena gemuk. Tapi Ayah bisa buktikan tubuh gemuk, bukan penghalang prestasi. Buktinya, Ayah pernah jadi kiper andalan sekolah, lho!”
Apapun yang terjadi, menyakiti diri sendiri BUKAN pilihan
Jangan menghukum diri sendiri. Jelaskan bahwa tubuhnya bukan miliknya, Tuhan pinjamkan untuknya, dan Ia menciptakan semua sempurna. Kekurangannya adalah sebuah kelebihan. Jangan biarkan perkataan orang menurunkan harga dirinya. Ingat masalah apapun tak akan berlangsung selamanya, semua kesulitan dalam hidup pasti ada makna dibaliknya, dan pembelajaran. Jadi, apapun alasannya, jangan pernah menyerah dan menyakiti diri sendiri. Jika kita sebagai orangtua kesulitan menghadapinya, maka cari bantuan ahli. Jangan pernah biarkan remaja sendirian dalam menyelesaikan masalahnya.
Agar kita lebih paham tentang masalah apa saja yang sulit dihadapi remaja, baca artikel berikut ini.