Selama ini, pengalaman ber KB lebih banyak diceritakan oleh wanita. Wajar saja, kebanyakan pasangan menikah memilih metode kontrasepsi yang digunakan oleh pihak wanita. Namun, bukan berarti pria hanya pasif dalam menjalankan metode kontrasepsi. Bukankah pasangan harus seia sekata dalam perencanaan keluarga? Kisah dari Mukhlasin, seorang suami berikut ini mungkin bisa menjadi gambaran tentang pengalaman suami dalam menjalankan program KB.
Berbicara tentang KB, orang awam seperti saya mungkin hanya tau sebatas pil, suntik, atau operasi. Ketika kecil dulu, saya sering melihat pil milik ibu dan bertanya-tanya apa gunanya. Itulah kali pertama saya mengenal pil KB. Beranjak dewasa, saya mengenal jenis KB lain seperti suntik dan operasi.
Setelah saya menikah, kami tidak menggunakan KB dan baru dikaruniai buah hati di tahun kedua pernikahan. Pasca kelahiran anak pertama, barulah saya mengetahui ada jenis KB dengan menyusui. Keren sekali, pikir saya. Akhirnya, saya melakukan riset dengan cara googling. Saya menemukan bahwa KB menyusui atau Metode Amenore Laktasi (MAL) bisa menjadi efektif dengan tiga syarat utama, yaitu:
1. Ibu belum kembali menstruasi pasca persalinan
2. Bayi diberi ASI eksklusif (tidak diberi makanan minuman pendamping apapun selain ASI)
3. Usia bayi kurang dari 6 bulan
Istri saya hanya menyusui eksklusif secara langsung (direct breastfeeding) selama tiga bulan karena ia harus kembali bekerja. Saat itulah MAL berfungsi secara efektif. Anak kami tetap diberi ASI setelahnya, namun dengan metode asi perah. Di bulan ke 12 produksi ASI mulai menurun dan berhenti total di bulan 13-14. Pada bulan ke-16, alhamdulillah istri positif hamil anak kedua. Pasca kelahiran anak kedua, kami jadi lebih serius membicarakan pilihan KB yang bisa diambil.
Anda yang ragu dengan menggunakan KB pasca persalinan, bisa mencoba MAL dengan aman. Dengan catatan terpenuhi syarat utamanya, ya. Terutama, untuk mereka yang ragu untuk KB hormonal dengan pil, suntik, implan, atau mereka yang takut menggunakan IUD. Dengan MAL, Anda tak perlu takut akan masuknya benda asing ke dalam tubuh, atau rasa sakit suntik. Rentang waktu enam bulan juga bisa Anda dan pasangan manfaatkan untuk mempertimbangan metode KB apa yang paling sesuai pasca MAL. Enam bulan cukup mengembalikan kondisi psikis Ibu dalam fase stabil sembari melakukan penggalian informasi mengenai KB, baik melalui tenaga kesehatan seperti dokter kandungan, bidan, atau lewat online dan pengalaman mereka yang pernah menggunakan KB.