Data GLOBOCAN 2012 menunjukkan, setiap satu jam perempuan meninggal karena kanker serviks (kanker leher rahim) di Indonesia. Kanker serviks paling sering disebabkan oleh human papilloma virus (HPV). Virus ini paling sering tersebar karena berhubungan seks tanpa kondom. Tipe-tipe HPV ada banyak dan kebanyakan dari tipe-tipe tersebut tidak berbahaya. Namun, ada beberapa yang dapat merusak sel serviks dan menyebabkan kanker jika tidak dirawat.
Beberapa faktor-faktor risiko yang menjadi penyebab penyakit ini adalah memiliki lebih dari satu pasangan seksual, merokok, banyak melakukan persalinan, HIV, riwayat penyakit seksual menular, dan kontrasepsi oral. Maka dari itu, setiap wanita harus waspada akan kanker serviks, termasuk remaja. Melakukan hubungan seks di masa remaja (umur 12-20 tahun) memiliki risiko lebih besar untuk terkena kanker serviks.
Mengapa remaja rentan terkena kanker serviks?
Di usia remaja, leher rahim perempuan belum matang sehingga rentan terhadap rangsangan dan serangan virus. Organ reproduksi perempuan sedang aktif berkembang, dimana sel-selnya membelah secara aktif. Pada masa itu, tidak boleh terjadi rangsangan apa pun yang akan membuat perubahan sifat sel menjadi tidak normal. Sel tidak normal inilah yang nantinya dapat menyebabkan perubahan sehingga menjadi kanker serviks.
Perempuan yang terinfeksi virus HPV tidak akan langsung merasakan sakit. Rasa sakit baru muncul setelah bertahun-tahun terinfeksi. Kabar baiknya, kanker serviks merupakan satu-satunya kanker yang bisa dicegah dengan vaksin. WHO merekomendasikan vaksinasi dilakukan pada remaja usia 9-13 tahun karena imunitasnya masih kuat. Karena HPV menular melalui hubungan seks, maka vaksin ditujukan bagi mereka yang belum seks aktif. Vaksin ini dapat memberikan perlindungan antara 5-10 tahun. Meskipun demikian, skrining kanker serviks masih tetap diperlukan.
Gejala kanker serviks
Tanda-tanda yang paling sering pada kanker serviks adalah perdarahan di vagina. Perhatikanlah, jika ada perdarahan antara periode menstruasi atau sementara/setelah berhubungan seks, sebaiknya segera periksakan ke dokter, meskipun tidak semua perdarahan di vagina merupakan gejala kanker serviks. Tanda-tanda lain berupa nyeri pada panggul dan nyeri saat berhubungan seks, serta bau tidak sedap pada saat keputihan.
Baca: Mengenal Infeksi Jamur pada Vagina
Cara melakukan diagnosa
Jika Anda mengetahui akan tanda-tanda di atas, maka hubungilah dokter anda dan mintalah dokter anda untuk melakukan kolposkopi. Kolposkopi sendiri merupakan pemeriksaan bagian dalam vagina. Kolposkopi dilakukan dengan memasukkan mikrosop kecil dengan cahaya di ujungnya dan dilihat ke dalam vagina. Biasanya juga akan diambil sampel jaringan pada saat kolposkopi agar jaringan tersebut akan di periksa jika jaringan tersebut mengandung jaringan kanker di bawah mikroskop.
Pengobatan kanker serviks
Kanker serviks diobati berbeda setiap stadium dan seberapa parah kanker tersebut. Jika terdapat perubahan sel dalam serviks, namun sel tersebut tidak bersifat ganas (bukan sel kanker), para dokter akan menggunakan berbagai cara untuk menghilangkan sel tersebut. Seringkali prosedur ini tidak menyakitkan dan terkadang melibatkan laser atau sengatan listrik yang diaplikasikan ke daerah yang terinfeksi.
Jika sel sudah menjadi sel kanker, namun masih pada stadium awal atau diagnosa dini, pengobatan yang paling umum adalah operasi untuk mengambil bagian yang terinfeksi dan radioterapi untuk membunuh sel-sel kanker atau kombinasi dari kedua pengobatan.
Jika kanker tersebut sudah berada di stadium yang lebih lanjut, dokter biasanya menyarankan untuk melakukan kombinasi dari radioterapi dan kemoterapi. Setelah melewati pengobatan ini, kemungkinan anda akan disarankan untuk melakukan operasi.
Karena itu, hindari hubungan seks di usia yang terlalu dini. Selain berisiko pada kesehatan, berisiko pula pada kehamilan tak diinginkan yang akan "menghancurkan" masa depan. Bagaimana bisa? Baca penjelasannya di sini.