Terdapat berbagai jenis tipe kontrasepsi yang dapat digunakan dalam program Keluarga Berencana (KB). Secara umum, terbagi menjadi kontrasepsi hormonal dan non hormonal. Anda mungkin sudah kenal dengan dua alat kontrasepsi, IUD atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) dan KB suntik 3 bulanan. Keduanya berbeda baik dalam segi hormon, juga cara pakai. Lalu manakah yang lebih baik? Apakah benar bahwa IUD lebih baik dari KB suntik?

IUD

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau IUD merupakan jenis kontrasepsi non hormonal berbahan plastic dan berbentuk huruf T berukuran sebesar uang logam, yang dimasukkan ke dalam rahim melalui vagina dan leher rahim oleh petugas kesehatan terlatih. Benang AKDR menggantung dari leher rahim ke dalam saluran vagina tetapi tidak keluar dari vagina. Sebagian besar Ibu merasakan sedikit ketidaknyamanan atau kram selama prosedur ini dilakukan, namun kondisi ini masih terbilang normal. Alat pastik dan tembaga ini bekerja dengan membuat sperma tidak bergerak sehingga tidak dapat menjangkau sel telur. Perlu diperhatikan, sebelum pemasangan IUD adalah apakah ibu sedang terkena atau memiliki risiko sangat tinggi terkena infeksi menular seksual (IMS) karena dapat menyebabkan penyakit radang panggul. Efek samping lain dari IUD adalah, karena alat kontrasepsi ini menyebabkan haid lebih banyak, terkadang ibu dapat mengalami anemia apabila cadangan besi ibu rendah.

Kelebihan IUD adalah alat kontrasepsi ini memiliki perlindungan jangka panjang terhadap kehamilan hingga 10 tahun. Keuntungan khusus dari IUD, alat kontrasepsi ini dapat membantu melindungi terhadap kanker rahim . Banyak orang menyukai IUD karena efektif dalam mencegah kehamilan, tidak mempengaruhi menyusui, dan dapat langsung dipasang setelah setelah persalinan.

KB Suntik 3 Bulanan

KB suntik 3 bulan (DMPA) merupakan jenis kontrasepsi hormonal. Ibu datang setiap 3 bulan atau 12 minggu untuk mendapatkan suntikan oleh petugas kesehatan. Suntikan mengandung hormon progestin. Progestin membuat lendir di sekitar serviks mengental sehingga mencegah sperma bertemu dengan sel telur. Hormon ini juga menghentikan pelepasan sel telur dari ovarium (ovulasi). Metode ini kurang dianjurkan bagi Ibu yang sedang menyusui bayi berusia kurang dari 6 minggu, memiliki riwayat darah tinggi, obesitas, penyakit jantung, diabetes, stroke, maupun kanker payudara. Efek samping yang dapat ditimbulkan dengan penggunaan alat kontrasepsi ini adalah perubahan pola haid di mana haid tidak teratur atau memanjang dalam 3 bulan pertama, haid jarang, tidak teratur, atau tidak haid dalam 1 tahun, sakit kepala, pusing, kenaikan berat badan, perut kembung atau tidak nyaman, perubahan suasana perasaan, dan penurunan hasrat seksual.

Kelebihan dari penggunaan KB suntik 3 bulan adalah membantu mencega kanker lapisan uterus, membantu menceggah fibroid uterus, melindungi terhadap penyakit radang pangul, mencegah anemia karena kekurangan besi, dan menurangi gejala endometriosis (nyeri panggul, haid tidak teratur)

IUD seringkali dipromosikan lebih baik atau superior terhadap alat kontrasepsi lain karena secara umum. Memang, IUD cenderung  lebih praktis, efektif dan tidak menimbulkan efek samping yang berat, terutama jika dibandingkan dengan KB suntik. Namun dalam pemilihan alat kontrasepsi, perlu juga disesuaikan dengan kondisi Ibu, seperti apabila ibu memiliki kondisi anemia deifisiensi besi, dan tidak memiliki riwayat penyakit lain. Meskipun IUD dianggap lebih superior, tentunya KB suntik juga akan lebih dianjurkan untuk kondisi tersebut. Pada dasarnya, semua kontrasepsi memiliki kekurangan dan kelebihan tergantung dari kebutuhan masing-masing individu. Karenanya, sangat baik untuk menggali karakteristik dan faktor risiko yang dimiliki Ibu sebelum memilih alat kontrasepsi yang akan digunakan.