Mungkin kita tidak sadar bahwa pertanyaan basa-basi seperti “gemukan ya?”, “banyakin makannya, biar enggak kurus” merupakan bentuk verbal bullying karena dapat membuat seseorang merasa tidak nyaman. Apalagi, jika komentar semacam ini dilakukan dengan tujuan untuk mempermalukan orang lain baik secara langsung maupun melalui media. Orang tersebut bisa kehilangan rasa percaya diri bahkan berujung stres. Inilah yang dinamakan body shaming.
Mengapa sekarang banyak terjadi body shaming?
Media berperan besar dalam menciptakan standar fisik yang ideal dan tidak, seperti gemuk, langsing, hitam, putih, tinggi, pendek, dan sebagainya. Kita pun akhirnya menilai setiap orang –termasuk kita sendiri- melalui kacamata tersebut. Padahal, penelitian di Amerika menunjukkan hanya ada 5% wanita yang memiliki bentuk tubuh “sempurna” seperti gambaran media.
Hadirnya media sosial semakin menguatkan standar ini: orang berlomba menunjukkan citra diri ideal sekaligus memberikan komentar negatif tentang orang lain yang tubuhnya tidak “sempurna”. Kasus body shaming yang dialami beberapa public figure di Instagram adalah salah satu contohnya. Padahal, siapapun itu, kita tetap harus menghargai perasaan mereka karena kita tidak tahu sebesar apa dampak body shaming pada hidup seseorang. Pada usia remaja, dampak kritik fisik ini bisa lebih serius. Karena itu, stop lakukan body shaming.
Apa saja yang dikategorikan sebagai body shaming?
Agar kita tidak terjebak menjadi pelaku, ketahui ciri-ciri komentar yang menjurus ke body shaming. Perkataan tersebut tak selalu bernada menghina dan kasar. Kalimat yang disampaikan dengan halus atau santai pun dapat membuat seseorang merasa tidak percaya diri dengan tubuhnya.
- “Kurusan ya? Pantesan lebih cetar!”
- “Yakin kamu mau makan sebanyak ini?"
- “Ini sih one pack, bukan six pack”
- “Aku bisa turun 15 kg lho pake diet mayo”
Apakah konsekuensinya?
Meskipun tampak sepele, pelaku dapat dijerat menggunakan UU ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik) jika body shaming dilakukan melalui media sosial. Hukumannya bisa sampai 6 tahun penjara. Jika dilakukan secara langsung, pelaku bisa dikenakan pasal tentang pencemaran nama baik dengan ancaman sembilan bulan kurungan.
Jadi, bagaimana sebaiknya kita berbicara?
Kita harus ingat, bahwa setiap orang dianugerahi bentuk fisik yang berbeda-beda, dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Mungkin ada kekurangan dari tubuh kita yang belum mampu kita terima sepenuhnya. Jika orang lain memberikan pendapat negatif tentang hal ini, tentu saja kita merasa sedih. Begitu juga dengan orang lain. Bisa jadi, kita yang tadinya merasa tidak ada yang salah dengan diri kita menjadi sangat sensitif dengan kekurangan tadi dan menjadi tidak percaya diri.
Karena itu, sebelum memutuskan untuk mengungkapkan pendapat atas tubuh seseorang, tanyakan pada diri kita, apakah hal tersebut penting dilakukan? Apakah tujuan kita melakukannya? Akankah hal ini membawa dampak positif atau negatif? Apakah kita merasa senang jika komentar tersebut ditujukan pada kita sendiri?
Jadi, stop body shaming! Masih banyak bahan pembicaraan yang lebih bermanfaat dan tidak membuat orang lain rendah diri.