Kesehatan reproduksi menurut depkes.co.id memiliki definisi kesehatan fisik, mental dan sosial yang tidak semata-mata terbebas dari penyakit atau cacat yang berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi. Artinya, kesehatan reproduksi juga meliputi cara menjaga, ketahanan mental dan sosial dari seseorang.
Namun nyatanya, pembahasan kesehatan reproduksi dengan anak remaja terkadang membuat orangtua menghela nafas. Mungkin tabu, atau merasa kurang pantas untuk dibahas. Padahal kesehatan reproduksi penting dibahas dan diedukasi agar remaja mengerti, menjaga dan bertanggung jawab akan apa yang mereka lakukan.
Terlebih, jika mereka terpapar dengan dunia internet sehingga mereka bisa mendapat informasi yang belum tentu benar adanya dan justru menyimpang mengenai kesehatan reproduksi. Peran orangtua kemudian menjadi sangat penting untuk pendidikan dini mengenai kesehatan reproduksi yang harus mereka jaga sebelum mencari tau diluar.
Menurut Anita Forwards dan Donna Danne, konsultan kesehatan seksual Eastern Health mengungkapkan bahwa normal adanya orangtua merasa tidak nyaman ketika membahas kesehatan seksual bersama dengan anak. Kenapa? Ada banyak alasan dibalik itu. Salah satunya, orangtua merasa bahwa anak akan mendapat pendidikan seks di sekolah hingga mereka tak perlu lagi mengedukasi di rumah. Dilain itu, orangtua merasa tak pernah mendapat pendidikan dari orangtuanya terdahulu, sehingga mereka melakukan hal yang sama terhadap anaknya.
Lalu, Orangtua Harus Bagaimana?
“Mulai edukasi sejak dini,” ujar Donna Dane. Ajarkan anak mengenal organ reproduksi sejak mereka berusia antara dua hingga empat tahun. Dimulai dari pengenalan anggota tubuh tanpa terkecuali menggunakan bahasa yang mudah dimengerti tanpa mengubah nama organ reproduksi. Misal, kenalkan pada anak alat reproduksi penis dan vagina, jangan digantikan dengan nama lain agar anak tidak merasa tabu.
Bagaimana jika anak terlanjur remaja, dan orangtua belum sempat mengajarkan?
Ajak bicara bersama. Ceritakan pengalaman Anda, sambil memberikan informasi akurat tentang pemahaman organ seksual, terutama dalam menjaga kesehatannya. Jika Anda merasa kurang nyaman, tak apa membawanya ke pusat informasi atau tenaga medis yang lebih paham. Biarkan mereka menjelaskan di depan Anda dan anak. Terbuka untuk segala pertanyaan yang akan anak lemparkan, dan tanggapi dengan bijak.
Selain itu, kerjasama orangtua dengan anak dalam menjaga organ reproduksi di keseharian bisa dimulai dengan saling mengingatkan kebiasaan baik. Diantaranya,
- Mengganti pakaian dalam minimal 2 kali sehari
- Menggunakan celana dalam yang menyerap keringat agar tidak lembab dan menimbulkan infeksi
- Memakai handuk yang bersih dan kering, tidak lembab dan berbau
- Saat membersihkan pasca buang air pada perempuan, basuhlah satu arah dari depan ke belakang agar kuman-kuman dari bokong tidak tercemar ke bagian kewanitaanya
- Ganti pembalut tiap tiga jam sekali, untuk mencegah terpapar kuman yang mengendap dalam pembalut
- Jika anak perempuan mengalami keputihan, gunakan celana dalam berbahan katun dan ganti secara berkala
- Untuk laki-laki dianjurkan untuk melakukan sunat, untuk mencegah masuknya kuman dan infeksi
- Biasakan basuh dengan air untuk anak laki setelah buang air kecil.
Pentingnya menjaga kesehatan reproduksi menjadi kewajiban orangtua juga anak. Kerjasama antar keduanya sangat penting demi menjaga kelangsungan kesehatan reproduksi anak di kemudian hari. Yuk, mulai dari sekarang!
Bagaimana pandangan remaja tentang isu kesehatan atau isu sosial lainnya, yuk cek https://doktergenz.hipwee.com/.
Anda masih bingung dan butuh saran medis yang lebih akurat dan terpercaya? Tanyakan saja masalah kesehatan Anda langsung dengan dokter di Halodoc! Di situ Anda dapat berkonsultasi melalui fitur "Contact Doctor" yang tersedia via Chat dan Voice/Video Call. Klik disini ya https://halodoc.onelink.me/cQvV/7fcb1934
Yuk konsultasikan penyakit dan kesehatan Anda dengan Halodoc!