HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang sistem imun yang kemudian dapat menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh. HIV merupakan penyakit infeksi virus yang dapat menular melalui hubungan seksual dan pertukaran cairan tubuh, tak terkecuali ibu hamil dan menyusui. Bahkan data menunjukkan, kasus AIDS yang menyerang anak dibawah usia 10 tahun, biasa terjadi karena penularan virus selama Ibu mengandung.
WHO menghimbau untuk tidak memberikan ASI kepada anak yang memiliki Ibu dengan status HIV positif, karena pemberian ASI esklusif ketika enam bulan pertama kehidupan bisa meningkatkan tiga hingga empat kali risiko penularan HIV dari Ibu ke bayi.
Pedoman yang berlaku di Indonesia saat ini mengusulkan pemberian pengganti ASI sejak awal, dengan syarat hal ini dapat dilakukan secara aman, dapat diterima, terjangkau, terjamin, berkesinambungan dan keluarga mampu membelinya. Jika tidak dapat terpenuhi, maka bayi boleh diberikan ASI secara ekslusif (tanpa makanan tambahan) selama empat hingga enam bulan namun harus segera disapih setelahnya untuk kemudian diberikan pengganti ASI.
Pada Ibu hamil, virus HIV dapat menginfeksi janin melalui plasenta. Bayi juga dapat terpapar virus HIV dari darah Ibunya. Oleh karenanya, Ibu dengan HIV positif dianjurkan untuk melakukan persalinan secara caesar. Untuk mencegah hal itu terjadi, maka para tenaga medis dianjurkan untuk mengedukasi Ibu hamil untuk terus mengkonsumsi obat anti-HIV.
Penggunaan obat anti-HIV bisa mencegah risiko virus HIV menembus plasenta sehingga janin tidak terinfeksi oleh virus tersebut. Akan tetapi, walaupun ada beberapa obat anti-HIV dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin, namun keuntungan dalam penggunaan obat tersebut lebih besar dibandingkan risiko yang terjadi. Penelitian telah membuktikan bahwa penggunaan obat anti-HIV sudah menghasilkan bayi yang terlahir dengan HIV-negatif dalam jumlah banyak.
Ada beberapa faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan penularan akan terjadi dan yang paling utama adalah jumlah virus yang ada di dalam darah Ibunya. Oleh karena itu, obat anti-HIV diberikan untuk menurunkan jumlah virus di dalam darah Ibu tersebut. Faktor risiko lain diantaranya jangka waktu antara saat pecah ketuban dan kelahiran bayi, kelahiran prematur dan kurangnya perawatan HIV sebelum melahirkan.