Percayakah Anda, bahwa keterlibatan ayah dalam kehidupan anak –khususnya dalam pendidikan- dapat membuat anak belajar lebih banyak, memiliki nilai yang lebih bagus, dan menunjukkan perilaku yang lebih baik? Bahkan jika ayah tinggal terpisah dengan anak pun, keterlibatan aktif mereka dapat memberi dampak positif secara jangka panjang.

Selama ini, pengasuhan anak diidentikkan dengan ibu. Pada dua tahun pertama hidup anak, memang ibu akan lebih banyak berperan dalam tumbuh kembang anak karena faktor biologis seperti pemenuhan ASI. Seiring dengan bertambahnya usia anak, ayah dapat mulai mengambil peran yang lebih banyak sehingga baik ayah maupun ibu sama-sama dapat membangun kedekatan dengan anak dan memenuhi kebutuhan mereka akan perhatian dan kasih sayang. Kedua faktor ini penting bagi keberhasilan orang tua dalam mendidik anak kelak.

Peran ayah akan semakin besar ketika anak memasuki usia sekolah. Salah satunya adalah dengan mencarikan sekolah yang tepat bagi anak.

Dalam buku Memilih Sekolah karya Bukik Setiawan, dkk, orang tua harus memahami bahwa anak mereka lahir di zaman dimana akses informasi sangat mudah, ritme kehidupan yang cepat, dan pilihan cara hidup yang beragam. Memilih sekolah berdasarkan label favorit seperti zaman dulu tidak lagi sesuai, karena sekolah semacam ini bekerja keras untuk memenuhi penilaian banyak orang agar disebut sebagai yang terbaik. Sisi akademik anak pun akhirnya lebih diprioritaskan daripada mendidik anak sesuai kebutuhan, minat, dan karakter masing-masing. 

Dua puluh tahun lagi, sebagian pekerjaan mungkin sudah diambil alih oleh robot. Anak yang hanya mengerti cara mendapat nilai bagus terancam kehilangan pekerjaan karena kerja teknis sudah digantikan oleh robot. Karena itu pilihlah sekolah yang mengajarkan anak kemampuan bersaing di masa depan yaitu antara lain kreatif dan mampu berkolaborasi. Para ayah juga perlu memiliki visi bahwa agar berprestasi, perlu memupuk rasa gemar belajar yaitu dengan memahami keberadaan dan kekuatannya

Nah, kini setelah Anda selesai memilih sekolah yang tepat, bukan berarti pekerjaan selesai. Ingatlah, bahwa pendidikan itu ditumbuhkan. Ibarat tanaman, Anda harus rajin menyiramnya, memberi pupuk, dan memberinya cukup sinar matahari. Sehingga, membayar biaya sekolah saja tidak cukup. Anda harus terlibat dalam proses belajarnya, baik di rumah maupun sekolah.

JIka Anda bingung bagaimana dan sejauh mana harus berperan dalam pendidikan anak –sementara pekerjaan di kantor juga tidak kalah menyita waktu- beberapa tips menurut www.fatherhood.gov ini bisa dicoba:

  • Periksa pekerjaan rumah (PR) anak. Jangan hanya melihat selesai tidaknya, namun materi apa yang dipelajari. Anak pasti bangga jika ayahnya bisa menjelaskan materi lebih baik dari gurunya, tidak sekedar menjadi petugas cek PR.
  • Bergabunglah dengan komite sekolah untuk menunjukkan pada anak bahwa Anda peduli  dengan kegiatannya di sekolah. Meskipun komite biasanya didominasi kaum ibu, tetap peran ayah dibutuhkan untuk beberapa tugas. Bantuan teknologi memungkinkan para ayah tetap dapat menyampaikan pendapat tanpa harus repot rapat.
  • Berpartisipasi sebagai pendamping dalam field trip sekolah. Untuk anak prasekolah, tentu pendampingan ayah akan membuatnya sangat senang.
  • Berkomunikasi rutin dengan guru, pelatih, pembimbing anak di sekolah. Tidak perlu menunggu anak terkena masalah baru Anda menghubungi gurunya.
  • Aktif membantu ketika tim olahraga atau seni bertanding dengan cara menjadi panitia atau sekedar mengantar mereka ke arena lomba. Jika tidak sempat, membantu memesankan banner supporter pun bisa.
  • Berkunjung ke perpustakaan bersama anak dan keluarga. Bukan tidak mungkin, beberapa pertanyaan anak yang tidak terjawab bisa Anda temukan jawabannya di buku-buku perpustakaan dan membacakannya secara langsung pada anak.

Terlihat berat? Pilih yang Anda mampu dan tidak perlu ngoyo. Anak tahu ketulusan Anda meskipun itu hanya mengantarnya dari toko ke toko mencari bahan prakarya. Selamat belajar bersama ananda ya, Yah!