Tak bisa dipungkiri, kemajuan teknologi terbukti merusak lingkungan dan mengganggu keseimbangan alam. Kerusakan lingkungan ternyata tak melulu disebabkan oleh sampah plastik yang tidak bisa terurai dan jumlahnya semakin banyak, namun juga disebabkan oleh zat kimia beracun sisa produksi pabrik, termasuk limbah rumah tangga. Meskipun demikian, inovasi teknologi juga memunculkan penemuan-penemuan yang lebih ramah lingkungan, seperti menstrual cup yang bisa dicuci pakai, sebagai alternatif pembalut konvensional. Bagaimana dengan metode kontrasepsi, adakah yang ramah lingkungan?
Pada penelitian yang dilakukan oleh Lina Nikoleris di Lund University, Swedia, ditemukan fakta bahwa hormon ethinyl-estradiol (EE2) yang tak lain adalah hormon estrogen buatan (sintetis) dalam pil KB dapat mengubah perilaku dan genetik beberapa jenis ikan, jika terbuang bersama kotoran manusia,
EE2 akan memengaruhi salmon, ikan air tawar dan juga kecoa. Studi juga mengungkap EE2 membuat ikan lebih sulit menangkap makanan.
Tak hanya itu, bungkus atau packaging dari pil juga terbuat dari bahan yang sulit diurai seperti PVC sehingga semakin memperburuk lingkungan.
Selain pil kontrasepsi, ditemukan bahwa limbah kondom yang dibuang ke toilet juga dapat merusak lingkungan. Bahan kimia yang ditambahkan ke campuran lateks seperti talk, kasein, paraben, dan gliserin membuat kondom menjadi sulit diurai.
Menurut Tom Hird, duta besar untuk Marine Conservation Society, kondom yang akan terbawa ke laut baru mulai terurai secara alami paling sedikit 30 tahun. Hewan di laut juga akan terkena imbasnya karena hewan-hewan tersebut melihat kondom sebagai makanan. Ketika perut hewan laut dipenuhi oleh “makanan plastik”, mereka pun terancam mati, seperti bangkai paus yang terdampar di Wakatobi hingga Filipina, karena perutnya berisi berkilo-kilo sampah plastik.
Oleh karena itu, penggunaan kondom dapat digolongkan sebagai kontrasepsi yang tidak ramah lingkungan.
Lalu, apa alternatif kontrasepsi yang ramah lingkungan?
Implan dan IUD adalah dua metode kontrasepsi yang paling mendekati kriteria ramah lingkungan. Alasannya, kedua metode kontrasepsi ini digunakan untuk jangka panjang. Tiga hingga lima tahun untuk implan dan lima hingga delapan tahun untuk IUD. Sehingga, limbah bekas pakai IUD dan implan bekas akan lebih sedikit jumlahnya dibandingkan kondom yang sifatnya sekali pakai atau disposable.
Jika pasutri berhubungan seks seminggu sekali, maka dalam setahun mereka akan membuang104 buah kondom beserta kemasan multilayer (seperti sachet dengan bagian dalam berwarna abu mengkilap), juga kemasan kartonnya. Bandingkan dengan IUD yang hanya menghasilkan sebuah plastik silikon berukuran tak lebih dari 10 cm sebagai limbahnya, dalam 5-10 tahun! Suatu usaha penyelamatan lingkungan yang luar biasa bukan?
Sekarang, pilihan ada di tanganmu. Jika cocok dan nyaman dengan IUD dan implan, segeralah beralih ke metode kontrasepsi jangka panjang yang lebih ramah lingkungan ini.
Editor: Menur Adhiyasasti
Image by Freepik