Sepanjang 2022, terdapat 20.783 orang di Indonesia yang terkena sifilis, atau naik 70% dibandingkan tahun 2018 menurut data Kementerian Kesehatan. Dari angka tersebut, 28% penderitanya adalah LSL (laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki), kemudian diikuti oleh ibu hamil (27%), dan wanita pekerja seks (9%). Lebih buruk lagi, sifilis ternyata dapat menular pada bayi yang baru lahir, bahkan saat bayi masih dalam kandungan. Bayi yang terkena sifilis bisa mengalami gangguan tumbuh kembang, termasuk pada organ tubuh yang penting. Inilah mengapa ibu hamil yang terkena sifilis harus segera mendapatkan penanganan yang tepat.
Apa itu sifilis?
Sifilis atau raja singa merupakan Infeksi Menular Seks (IMS) yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum dan menular jika ada kontak langsung dengan luka sifilis, biasanya saat berhubungan seksual, baik melalui vagina, anus, maupun mulut.
Penyakit ini punya “keahlian” meniru infeksi lain sehingga gejala awalnya sulit dideteksi. Meskipun demikian, gejala pertama yang muncul saat seseorang terkena sifilis adalah munculnya luka yang tidak nyeri pada alat kelamin, dubur, mulut, atau bagian kulit lainnya.
Karena tak menimbulkan rasa nyeri dan bisa hilang dengan sendirinya, banyak yang tak menyadari dirinya terkena sifilis. Meski gejalanya hilang, bakterinya bertahan dalam tubuh jika tak dilakukan pengobatan. Bahkan, bisa kembali aktif dan merusak organ tubuh, termasuk otak.
Apa yang terjadi jika ibu hamil terkena sifilis?
Ibu hamil yang terkena sifilis hampir selalu menularkannya kepada bayinya, baik saat persalinan (karena kontak dengan kulit) maupun melalui plasenta. Jika pada usia kehamilan usia 14-27 minggu sifilis tidak segera ditangani, penularan pada bayi pun terjadi, yang kemudian disebut sifilis kongenital.
Tak hanya itu, sifilis pada ibu hamil juga dapat menyebabkan keguguran, berat badan lahir rendah, bayi lahir prematur, ataupun lahir mati. Inilah mengapa pengobatan sifilis penting selama kehamilan.
Apa dampak sifilis pada bayi?
Bayi yang lahir dengan sifilis kongenital dapat mengalami:
- Keterlambatan perkembangan
- Kejang
- Ruam
- Demam
- Pembengkakan hati atau limpa
- Anemia
- Penyakit kuning
- Luka menular
Sifilis kongenital yang tidak diobati dapat menyebabkan sifilis stadium akhir. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada organ tubuh bayi, seperti:
- Tulang
- Gigi
- Mata
- Telinga
- Otak
Apakah terapi yang tepat untuk ibu hamil yang terkena sifilis?
Jika mengalami gejala sifilis saat hamil, segera periksakan ke dokter. Umumnya, dokter akan memberikan penisilin (antibiotik yang digunakan untuk mengobati infeksi bakteri) jika setelah tes laboratorium hasilnya positif, tentunya dengan memperhatikan kondisi ibu dan janin.
Pemberian obat ini juga disertai penjelasan dan rencana pengobatan dari dokter, yang disebut konseling kesehatan pasca tes. Jika ibu hamil masih memerlukan konseling tambahan, dokter dapat memberikan rujukan ke psikolog klinis atau dokter spesialis kedokteran jiwa.
Tes ulang juga bisa dijadwalkan jika ibu hamil termasuk populasi kunci atau kelompok yang rentan terkena sifilis.
Selain itu, biasanya dokter akan menganjurkan suami dari ibu hamil tersebut untuk turut melakukan tes laboratorium untuk mengetahui apakah juga terkena sifilis (mengingat penularan terjadi melalui hubungan seksual).
Bagaimana jika bayi yang lahir terkena sifilis?
Gejala sifilis pada bayi bisa langsung terlihat saat dilahirkan hingga usia 2 minggu, berupa gelembung berisi air pada kulit yang bersifat menular. Meskipun, bisa juga muncul setelah anak berusia dua tahun dalam bentuk gangguan penglihatan, pendengaran, bekas luka, kelainan pada gigi & tulang hidung.
Jika bayi baru lahir dicurigai terkena sifilis, dokter akan melakukan tes darah lewat plasenta, juga pemeriksaan fisik pada mata, termasuk rontgen tulang.
Jika positif sifilis, dokter atau bidan akan memberikan pengobatan yang dibutuhkan lewat suntikan antibiotik. Akan dilakukan kontrol berkala untuk melihat perkembangan bayi. Ibu tetap dapat menyusui bayinya, imunisasi juga tetap diberikan seperti bayi sehat lainnya.
Baca: Mengenal Jenis-Jenis Kelainan Kongenital pada Bayi Baru Lahir
Apakah sifilis bisa disembuhkan?
Penyakit sifilis bisa disembuhkan dengan menjalani pengobatan lengkap dengan resep antibiotik. Namun, sifilis kongenital yang ditularkan dalam kandungan atau saat proses persalinan bisa membahayakan kondisi kesehatan bayi secara jangka panjang, missal menyebabkan buta dan tuli.
Pada orang dewasa, kerusakan yang terlanjur terjadi pada organ tubuh karena sifilis memang tidak dapat diperbaiki, mengingat obat hanya bisa mencegah kerusakan lebih lanjut. Dalam beberapa kasus, ada yang sampai terkena radang selaput otak (meningitis) dan radang otak.
Jadi, cek kesehatan secara rutin agar kondisi tubuh terus terkontrol. Jika berencana untuk menikah dan hamil, lakukan cek kesehatan sebelumnya. Jangan ragu dan malu untuk berkonsultasi pada dokter apabila merasakan gejala yang berkaitan dengan sifilis atau IMS lainnya sebelum efek buruknya terlalu jauh.
Sumber: Databoks, Healthline, Medical News Today, Kementerian Kesehatan
Image by our-team on Freepik