Siapa nih, yang kalau anaknya megang yang kotor-kotor langsung dilarang? Bahkan, ada yang sedia tisu basah & sanitizer untuk membersihkan mainan-mainan anak yang dirasa terpapar kuman. Tak hanya itu, pilih daycare dan playgroup pun yang berada di dalam ruko atau bangunan tertutup yang tak memungkinkan anak bermain di udara terbuka dan menginjak rumput. Sayangnya, menjaga higienitas yang berlebihan malah bisa meningkatkan risiko alergi anak. Bagaimana bisa?

Dokter anak konsultan alergi dan imunologi, Budi Setiabudiawan, mengungkapkan bahwa di perdesaan, anak-anak lebih sering main di luar dan bertemu banyak teman, sehingga lebih besar kemungkinan bertemu kuman. Ini membuat sel T yang bertugas melawan infeksi lebih berkembang daripada sel T untuk kejadian alergi. Sel T adalah kelompok sel darah putih yang memainkan peran utama pada kekebalan sel. 

“Kalau di kota tidak, anak-anak lebih banyak bermain di rumah sendiri, bermain game, sama ibunya tidak boleh keluar, sehingga tidak terangsang sel T untuk infeksi dan sel T untuk kejadian alerginya meningkat,” jelas Budi seperti dikutip dari Antara (11/7).

Kejadian alergi pun lebih banyak ditemui di negara maju dengan tingkat higienitas yang tinggi dibandingkan dengan negara berkembang.

Apakah alergi berbahaya?

Jika tidak diketahui sejak dini dan diberikan perawatan yang tepat, alergi dapat mengganggu kesehatan dan tumbuh kembang anak. Dokter spesialis anak konsultan alergi imunologi dari Universitas Airlangga, Zahrah Hikmah, mengatakan bahwa anak yang memiliki alergi lebih berisiko mengalami stunting (gagal tumbuh karena kurang gizi di 1000 hari pertama kehidupannya). Alasannya:

1. Pantangan makanan penyebab alergi

Menghindari makanan tertentu penyebab alergi dalam jangka waktu lama, khususnya yang mengandung protein tinggi seperti telur, dan tanpa dasar yang jelas, membuat kebutuhan protein tidak tercukupi. Padahal, protein sangat dibutuhkan dalam tumbuh kembang anak.

2. Gangguan tidur karena alergi

Gejala alergi juga sering timbul di malam hari sehingga ini juga bisa mengganggu kualitas tidur anak. Padahal, tumbuh kembang bayi yang optimal terjadi di malam hari, saat terjadi puncak produksi hormon pertumbuhan. 

Baca: Alergi dan Intoleransi Makanan, Apa Bedanya?

Apa gejala alergi?

Gejala alergi cukup beragam, meliputi:

  • Diare
  • Konstipasi/sembelit
  • Muntah
  • Ruam
  • Bengkak bibir dan kelopak mata
  • Eksim
  • Asma
  • Rinitis (radang saluran hidung dalam bentuk pilek, bersin, hidung mampet)
  • Kolik (bayi menangis/rewel cukup lama tanpa alasan jelas)
  • Darah dalam tinja
  • Regurgitasi (cairan perut dan makanan yang belum selesai dicerna kembali ke kerongkongan/mulut)
  • Urtikaria (biduran)
  • Anafilaksis (reaksi alergi berat yang terjadi tiba-tiba, bisa menyebabkan ketidaksadaran dan kematian)

Selain gejala di atas, orang tua perlu mencermati apakah anak punya bakat alergi atau tidak. Risiko alergi akan lebih besar jika ada riwayat alergi dalam keluarganya.

Baca: Waspadai Penyakit Keturunan Ini Saat Memilih Calon Pasangan

Jika anak alergi, apa yang harus dilakukan?

Orang tua harus memastikan apakah gejala tersebut disebabkan oleh alergi ataukah penyakit lain. Jika gejala alergi sering muncul, periksakan ke dokter spesialis anak, lakukan tes alergi, atau lakukan diet eliminasi.

Diet eliminasi adalah menghindari makanan yang diduga menyebabkan alergi antara 2-4 minggu, untuk kemudian dilihat reaksinya terhadap tubuh. Jika gejala menghilang, makanan tadi diberikan lagi selama seminggu. Jika gejala alergi timbul lagi, berarti makanan tersebut positif menyebabkan alergi dan sebaiknya dihindari oleh anak.

Makanan yang sering menjadi penyebab alergi pada anak yaitu:

  • Susu sapi
  • Telur
  • Kedelai
  • Gandum
  • Seafood (ikan, udang, kerang)

Anak-anak usia 0-2 tahun lebih rentan terkena alergi karena sistem pencernaannya masih belum matang. Namun, sekitar 80-90% alergi ini akan menghilang setelah usia 3 tahun, meskipun ada juga yang menetap hingga anak dewasa. 

Jika ingin tahu cara menangani diare dan influenza yang tepat pada anak, ikuti kelas dr. Arifianto, Sp.A di www.demikita.id secara gratis.

 

Referensi: Harian Jogja, Selasa 18 Juli 2023

Image by Freepik