Ada banyak penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan terkait cara dan metode baru berkontrasepsi, namun sayangnya hingga beberapa tahun terakhir terobosan-terobosan yang ditawarkan itu selalu “mentah” di tengah jalan. Meskipun begitu, para peneliti terus mencoba hal baru hingga ada beberapa metode baru ber-KB yang dianggap menjanjikan karena diyakini akan lebih aman, lebih efektif, dan lebih mudah dibandingkan dengan metode KB yang sudah ada sebelumnya.
Berikut adalah beberapa metode KB terbaru yang beberapa tahun terakhir sudah mendapatkan izin edar dari FDA (Food and Drug Administration) di Amerika dan semoga saja bisa segera disetujui juga di Indonesia.
1. Cincin vagina jangka panjang (long-acting vaginal ring)
Cincin vagina adalah alat kontrasepsi berbentuk lingkaran yang terbuat dari plastik berbahan lateks dengan kandungan hormon di dalamnya. Jika selama ini masa pakai cincin vagina adalah selama 3-5 minggu lalu dibuang dan diganti yang baru 1 minggu kemudian, terobosan terbaru bernama Annovera membuatnya bisa dipakai ulang selama 1 tahun. Alat kontrasepsi yang mengandung segesteron asetat dan etinil estradiol ini juga tidak perlu disimpan di kulkas, sehingga lebih mudah menyimpannya.
2. Pil KB progestin
Pil KB biasanya mengandung hormon progestin dan estrogen yang berfungsi menghalangi terjadinya proses ovulasi. Disinyalir, kandungan estrogen pada pil KB ini bisa menimbulkan efek samping seperti pembekuan darah pada kaki, jika terlalu sering dikonsumsi.
Melihat kondisi tersebut, para peneliti pun menciptakan pil KB yang hanya mengandung progestin, yang diberi nama Slynd, dengan kandungan aktif drospirenone. Mereka yang rentan mengalami gangguan kesehatan karena estrogen pun tak perlu khawatir lagi.
Meskipun saat ini sudah ada pil KB progestin (yang sering digunakan ibu menyusui), namun pil tersebut tidak bisa sepenuhnya mencegah ovulasi. Hal ini berbeda dengan Slynd, yang bisa mencegah terjadinya ovulasi (keluarnya sel telur matang).
Nilai lebih lainnya adalah, adanya 24 jam “masa aman” ketika terlambat mengonsumsi pil KB. Jika pada pil KB biasa disarankan untuk tetap minum pil yang terlewat dan melengkapi dengan kondom, namun dengan Slynd kita tidak perlu repot-repot menggunakan kondom. Cukup minum pil yang terlewat begitu kita ingat.
3. Koyo KB
Sebenarnya koyo KB sudah tersedia di pasaran, meskipun masih tergolong baru jika dibandingkan dengan pil KB dan kondom. Koyo KB mengandung hormon estrogen dan progesteron yang mencegah kehamilan dengan cara mencegah ovulasi (lepasnya sel telur matang), mengentalkan lendir mulut rahim (sehingga sel sperma sulit bertemu sel telur), dan menipiskan lapisan rahim (agar sel telur yang berhasil dibuahi tak bisa menempel di lapisan dinding rahim).
Baca: Mengenal Koyo KB, Alat Kontrasepsi yang Ditempel di Kulit
Koyo KB ditempel di lengan atas, perut, punggung, maupun bokong, dipakai selama 3 minggu, dilepas 1 minggu saat menstruasi. Efektivitasnya mencapai 99%.
Nah, koyo KB generasi terbaru bernama Twirla memiliki kandungan hormon (levonorgestrel serta etinil estradiol) yang lebih rendah sehingga membantu mengurangi potensi efek samping. Akan tetapi, Twirla tidak dianjurkan untuk wanita yang berada dalam kondisi obesitas ataupun berat badan yang kurang.
4. Spermisida
Spermisida atau sperm-kiling gel yang saat ini banyak dijual umumnya mengandung bahan kimia yang disebut dengan nonoxynol-9 yang bertugas memperlambat pergerakan sperma sehingga tidak bisa membuahi sel telur. Bentuknya bisa gel, krim, busa, tablet (supositoria), spons, bahkan tisu vagina.
Phexxi, spermisida dengan formula baru, mengandung asam laktat, asam sitrat, serta kalium bitartrate. Berbeda dengan spermasida yang lain, Phexxi bekerja dalam tingkat pH alami sehingga mempersulit sperma untuk berkembang. Phexxi juga tidak merusak lapisan vagina dan membantu melindungi vagina dari infeksi menular seksual seperti HIV.
Cara pakainya adalah dengan memasukkan gel ke dalam vagina maksimal satu jam sebelum berhubungan seks. Efektivitasnya tak sebanyak jenis KB lain, yaitu hanya 79%-86%.
Di samping metode KB terbaru di atas, ada juga beberapa metode KB yang mungkin akan hadir di masa depan, seperti:
1. KB hormonal untuk pria
Uji coba terbaru tentang kontrasepsi pria umumnya terhenti karena banyaknya pria yang mengalami efek samping seperti depresi dan dorongan seks yang rendah. Oleh sebab itu, para peneliti sedang berusaha menemukan senyawa baru yang memberikan efek samping paling sedikit. Mereka juga mengeksplorasi berbagai bentuk KB hormonal mulai dari pil hingga gel yang dioleskan ke lengan.
Baca: Pil KB untuk Pria, Masih Menunggu Uji Klinis
2. Kondom tampon untuk wanita
Sebelumnya, banyak dari wanita merasa jika kondom untuk wanita itu terlalu besar dan sulit untuk dimasukkan. Saat ini, para peneliti sedang mencoba membuat desain baru kondom untuk wanita berbentuk tampon yang dimasukkan ke dalam vagina. Kondom ini akan mengembang saat bersentuhan dengan cairan. Dari 5 orang yang mencoba jenis kondom ini, 3 di antaranya menyatakan suka daripada kondom pria dan sebanyak 85% responden menyatakan akan menyarankan untuk menggunakan kondom wanita kepada teman.
3. IUD dengan lapisan plastik
Para peneliti sedang mempelajari alat kontrasepsi IUD jenis baru yang terbungkus oleh dua jenis plastik (polietilen dan silikon) yang secara perlahan melepaskan ion tembaga untuk membunuh sperma yang menuju ke rahim. IUD yang ada pada saat ini melepaskan ion tembaga dengan relatif cepat, yaitu sekitar beberapa bulan saja. Pelepasan ion tembaga yang lebih lambat dapat membantu mengurangi beberapa efek samping seperti rasa nyeri dan menstruasi yang deras.
4. Koyo KB yang ramah kulit
Perekat pada koyo KB ternyata bisa menyebabkan iritasi kulit. Akhir-akhir ini, para peneliti sedang mengembangkan zat perekat untuk koyo KB yang dapat mengurangi potensi iritasi kulit dan menempel lebih baik pada kulit.
Jadi, beberapa metode baru yang dinilai menjanjikan saat ini masih dalam tahap penelitian dan pengembangan demi mendapatkan berbagai metode baru dalam ber-KB yang lebih aman, lebih efektif, dan lebih mudah. Ada beberapa metode yang ternyata di suatu negara telah disetujui, namun ternyata di negara lain belum dapat diterapkan.
Hal yang perlu kita perhatikan adalah tetap taat pada aturan yang sedang diberlakukan dan tetap berkonsultasi kepada tenaga profesional terkait pilihan metode KB yang akan digunakan. Jangan terlalu mudah tergiur dengan iklan dan iming-iming yang menjanjikan kemudahan dan keamanan tanpa ada izin resmi yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan atau pihak yang berwenang.
Referensi: WebMD, NCBI
Image by Freepik, Bedsider Providers, Drug Discovery World