Sudah bukan hal yang asing lagi kini, suami (bisa) berubah peran menjadi stay-at-home dad alias bapak rumah tangga, sementara istri yang keluar rumah untuk bekerja. Alasannya tentu berbeda tiap keluarga, bisa karena memang dampak kondisi yang terjadi pasca pandemi, atau memang keputusan bersama.
Rico (40 tahun) misalnya, akibat sakit jantung yang dideritanya, ia akhirnya menjadi bapak rumah tangga sejak lima tahun yang lalu. Ia memasak, mengurus rumah tangga, dan mengurus kebutuhan istri dan anaknya.
Serupa pula cerita dari Idris (45 tahun). Pandemi membuatnya terpaksa harus di rumah saja, dan pengalamannya berada di rumah membuatnya nyaman dan mantab untuk memilih menjadi stay-at-home dad. Sang istri, tak keberatan karena memang ia mencintai pekerjaannya.
Menjadi bapak rumah tangga, tak selalu mudah perjalanannya. Apalagi, pasti ada komentar atau cara pandang yang berbeda dari lingkungan sekitar. Tapi, menjadi bapak rumah tangga tetap bisa dijalani secara handal dengan enam tips dari Mason Gomber, MD, dokter anak di Westchester Health Pediatrics ini!
1. Jalani dengan bangga
Abaikan omongan dan pandangan orang yang tak sejalan. Jalani dan pegang komitmen dengan peran kita, berikan yang terbaik untuk keluarga dan be proud!
2. Bapak rumah tangga bukan berarti harus selalu di rumah
Kita juga boleh kok keluar rumah dan beraktivitas, asalkan urusan rumah tangga sudah beres. Ajak serta anak mengunjungi taman atau perpustakaan umum selepas sekolah.
3. Ikut komunitas dengan para bapak RT yang lain
Yakin deh, kita enggak sendirian. Ada juga bapak rumah tangga yang lain, yang sama seperti kita. Dengan bergabung bersama komunitas yang sama, bisa bikin kita lebih mudah menjalankan peran dan saling berbagi pengalaman. Komunitas daring National At-Home Dad Network bisa jadi salah satu opsi. Atau, bikin grup bareng bapak-bapak yang rutin antar jemput anak sekolah. Seru, kan?
4. Tetapkan aturan dan pembagian tugas bersama pasangan
Sejak awal, kita dan pasangan perlu sepaham dengan pembagian tugas dan peran. Misal, mengurus anak termasuk menyiapkan makanan, menemani belajar, hingga melengkapi kebutuhan sekolahnya. Antar jemput les? Bisa jadi termasuk. Tetapkan secara jelas supaya di tengah perjalanan tak ada salah paham.
5. Jadwalkan ‘me time’
Sebagai orang tua dengan segudang tanggung jawab dan pekerjaan rumah yang dilakukan, tentu perlu punya waktu untuk sendiri. Tentukan jadwal dengan pasangan, untuk bisa sejenak keluar dari rutinitas. Tak bisa punya jadwal sendiri? Manfaatkan momen antara anak sekolah dan saat selesai semua pekerjaan rumah. Duduk menikmati kopi sambil nonton acara TV favorit, bisa jadi ‘me time’ juga kan.
6. Laki-laki dan parenting?
Tentu bisa! Mengasuh itu tugas kedua orang tua, bukan hanya salah satu bapak atau ibu. Dalam urusan pengasuhan, tak ada yang salah dan benar. Percaya apa kata hati, dan samakan cara didik dengan pasangan. Baca jurnal parenting untuk mempelajar seluk beluk tumbuh kembang anak dan cara mengatasinya.
Menjadi orang tua yang tinggal di rumah untuk mengurus rumah tangga, bukan berarti tak punya pekerjaan. Jangan salah, urusan rumah tangga itu 24 jam nonstop lho! Walau kita tak lagi aktif secara finansial, namun peran kita untuk keluarga sama pentingnya.
Image by Freepik