A: “Kayaknya, aku udah siap nikah deh. Aku udah tinggal sendiri, pendapatanku juga cukuplah untuk berumah tangga. Dari usia, 30 tahun kan sudah cukup matang ya…”

B: “Yakin? Nikah kan enggak cuma sekadar menghalalkan pacaran, butuh menyamakan visi dan misi keluarga juga sama pasangan”

A: Visi dan misi keluarga? Apa tuh? 

Benar adanya, menikah bukan sekadar menghalalkan hubungan, tinggal bersama, dan melakukan aktivitas berdua. Menikah harus ada tujuannya, kuat fondasinya, supaya bisa membangun keluarga yang solid dan menjadi sumber kebahagiaan. Karenanya, visi dan misi keluarga adalah hal yang paling utama dipersiapkan pasangan sebelum melangkah ke jenjang pernikahan. 

Apa beda visi dan misi keluarga?

Sederhananya, visi keluarga adalah tujuan keluarga di masa depan. Sementara itu, misi adalah hal-hal yang akan kita lakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Misalnya, kita dan pasangan sama-sama ingin membangun keluarga yang mandiri. Ini adalah pernyataan visi (vision statement). Bagaimana cara mewujudkannya? Misal, percaya pada anak untuk belajar melakukan hal-hal yang ia mampu tanpa dibantu, mencari penghasilan yang cukup agar tidak perlu meminta bantuan orang maupun pihak lain, memprioritaskan menabung untuk memiliki tempat tinggal sendiri, dan seterusnya. Inilah yang disebut misi keluarga. Tentu, definisi mandiri harus sama antara kita dan pasangan.

Mengapa membangun visi dan misi keluarga itu penting? 

Pertama, untuk meminimalisir konflik 

Hampir tak mungkin pernikahan bisa berjalan mulus tanpa konflik. Tapi, setidaknya dengan memiliki visi keluarga yang sama, konflik karena perbedaan prinsip tak akan terjadi. Misalnya pun ada konflik karena perbedaan cara menjalankan misi, harapannya bisa lebih mudah diselesaikan.

Kedua, meningkatkan rasa memiliki dalam sebuah keluarga 

Artinya, dengan visi dan misi yang sama, kita dan pasangan sama-sama punya rasa memiliki, rasa bahwa "ini keluarga kita", dan punya hal yang bisa diperjuangkan bersama.

Ketiga, sebagai panduan saat mengambil keputusan 

Ada kalanya dalam rumah tangga kita dihadapkan pada beragam situasi yang membuat kita bingung untuk mengambil keputusan. Misal, mau tinggal di mana setelah menikah? Kalau sudah punya anak, mereka akan disekolahkan di sekolah negeri atau swasta? Jika sudah memiliki visi yang jelas akan menjadi keluarga mandiri, kita akan mudah menentukan untuk tinggal terpisah dari orang tua meski harus mengontrak. 

Atau, jika visi keluarga adalah menjadi keluarga religius yang sukses dunia akhirat, keputusan untuk menyekolahkan anak di sekolah berbasis agama akan lebih mudah diambil.

Bagaimana cara membuatnya? 

1. Sepakati bersama 

Ingat, visi dan misi harus disepakati bersama, artinya kedua belah pihak harus saling mengutarakan keinginannya. Kalau ada yang tak sejalan, bukan berarti langsung bubar! Komunikasikan bagaimana supaya keinginan kedua belah pihak bisa sama-sama dimengerti dan dijalankan dengan nyaman. 

2. Tulis agar lebih mudah diingat dan dicapai 

Supaya bisa diingat bersama, menuliskan kesepakatan visi dan misi dengan pasangan enggak ada salahnya, lho. Enggak perlu lewat notaris, kok.. cukup kita dan pasangan aja! 

Intinya, dalam membuat visi dan misi keluarga harus…

  • Sepakat 
  • Saling mendengarkan aktif dan punya rasa empati satu sama lain 
  • Semua boleh berpendapat, lebih baik lagi jika semuanya ditulis
  • Tak perlu harus langsung selesai dalam satu kali pertemuan 
  • Bisa berubah apabila ada perkembangan baru  

Visi dan misi keluarga tak bisa dipaksakan, tapi bisa diusahakan 

Kebanyakan pasangan menjalin hubungan berawal dai rasa cinta, yang sebenarnya adalah reaksi hormonal dalam tubuh (tonton videonya di sini), yang dipengaruhi oleh pola pikir yang terbentuk sejak kecil. Lalu timbul kecocokan, komitmen, dan seterusnya.

Ketika akhirnya dihadapkan pada menyamakan tujuan, ternyata bisa saja berbeda meskipun saling cinta. Calon istri ingin keluarga harus selalu bersama untuk memastikan kebutuhan kasih sayang anggota keluarga terpenuhi, sementara bagi calon suami pendidikan hingga S3 adalah prioritas, yang dalam mewujudkannya bisa saja membuat keluarga terpisah sementara. Hal-hal seperti ini harus didiskusikan titik tengahnya sejak awal.

Jangan lupa, sampaikan pendapat kita dengan cara yang positif, ya! Butuh belajar lebih banyak soal visi dan misi keluarga? Ikuti kelas Romantika Rumah Tangga bersama psikolog Karina Adistiana, M.Psi di www.demikita.id ya! 

 

 

Image by 8photo on Freepik