Sekarang Anda sudah memiliki seorang bayi. Masa nifas sudah mendekati akhirnya. Kebingungan pun muncul mengenai jenis alat kontrasepsi yang sebaiknya dipilih: jangka panjang atau jangka pendek?
Bagi sebagian besar ibu baru, masa-masa setelah melahirkan merupakan masa yang cukup melelahkan. Adaptasi dengan ritme tidur bayi, menyusui, belajar cara memandikan dan mencari posisi menggendong yang membuat nyaman bayi bisa menghabiskan waktu 24 jam.
Waktu istirahat ibu otomatis berkurang, sementara luka bekas jalan lahir pun belum sepenuhnya pulih. Tidak usah memikirkan bisa nonton di bioskop setiap akhir pekan, belanja bulanan pun sekarang harus diwakili oleh suami.
Karena itu, banyak ibu baru yang kemudian cukup realistis untuk tidak menambah anak lagi, setidaknya sampai mereka siap untuk kembali menjalani fase pasca bersalin dengan senang hati. Penggunaan alat kontrasepsi pun menjadi salah satu solusinya. Pertanyaanya, seberapa lamakah idealnya penggunaan alat kontrasepsi ini?
Jika Anda tidak ingin memiliki anak lagi dalam jangka waktu minimal satu tahun ke depan, ada baiknya Anda memilih kontrasepsi jangka panjang seperti implan dan IUD. Implan memiliki durasi hingga empat tahun, sementara IUD bisa bertahan hingga 10 tahun, tergantung tipenya.
Baca juga: 4 Cara Jitu Memilih Alat Kontrasepsi
Dengan menggunakan kontrasepsi jangka panjang, Anda hanya perlu melakukan pemasangan satu kali saja dan alat kontrasepsi pun sudah efektif. Istilahnya, fit and forget, pasang dan tidak perlu mengingat jadwal penggunaan, seperti halnya pil KB maupun KB suntik.
Meskipun terdengar simpel, tidak semua ibu baru serta merta mantap memilih kontrasepsi jangka panjang. Alasannya, takut. Bagi yang tidak memiliki cukup informasi, sekedar membayangkan sebuah benda asing tertanam di rahim atau lengan saja menimbulkan rasa tidak nyaman.
Baca: Manfaat Memakai IUD dan Implan
Padahal, proses pemasangannya hanya dalam hitungan menit. Kita pun bisa meminum pereda nyeri atau meminta bius lokal untuk mengatasi rasa nyeri. Setelah itu, kontrasepsi bisa bertahan hingga sekian tahun ke depan.
Sementara itu, kontrasepsi jangka pendek memang terlihat lebih “tidak menyakitkan”. Tetapi, tahukah Anda jika efektifitas kontrasepsi akan berkurang jika jadwalnya terlewati?
Misal, pil KB yang hanya mengandung hormon progesteron memiliki tingkat efektifitas 95%. Pil KB yang aman untuk ibu menyusui ini harus dikonsumsi pada waktu yang sama setiap harinya. Jika Anda terlambat mengkonsumsinya dalam kurun waktu tiga jam atau lebih, tetap minum pil sesegera Anda meningatnya. Namun, gunakan alat kontrasepsi tambahan seperti kondom hingga 48 jam ke depan.
Baca: Kontrasepsi: Yang Harus Dipertimbangkan
Senada dengan pil KB, Depo-Provera atau KB suntik harus diulang sesuai jadwal, yaitu setiap satu bulan atau tiga bulan. Efektifitasnya mencapai 99%. Hanya 1 dari 100 wanita yang hamil dengan menggunakan KB suntik sesuai jadwal. Namun, efektifitasnya berkurang menjadi 6 kehamilan jika penggunaannya terlewat dari jadwal.
Resiko terjadinya kehamilan akan lebih besar jika Anda tidak disiplin dalam menggunakan alat kontrasepsi jangka pendek. Selain harus mengingat jadwal penggunaan alat KB, Anda juga harus mengeluarkan uang setiap bulannya untuk membeli pil atau pergi ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan suntikan.
Khusus untuk pengguna KB suntik,jika Anda berencana untuk hamil lagi, hitung dengan cermat kapan Anda harus menghentikan suntikan karena dibutuhkan waktu 10 bulan untuk kembali subur.
Dari ilustrasi di atas, nampaknya kontrasepsi jangka panjang terlihat lebih “ringkas” secara waktu maupun biaya. Efektivitas implan mencapai 99,95% sedangkan efektivitas IUD mencapai 99,2-99,4%. Sekarang, saatnya bagi Anda memutuskan mana kontrasepsi yang paling sesuai dan cocok bagi Anda.
Editor: Elvin Eka Aprilian