Siapa yang tak mendamba, punya keluarga yang harmonis dan kompak? Minim konflik dan perbedaan, menjadi harapan. Sayangnya, tak ada satupun keluarga yang sempurna. Tiap kepala memiliki pemikiran sehingga perdebatan dan perbedaan pendapat menjadi hal yang tak terelakkan. Perkembangan zaman ternyata juga bisa menciptakan problematika keluarga, kira-kira apa ya permasalahan di keluarga modern seperti sekarang ini?
Kenali dulu apa yang dimaksud keluarga modern…
Keluarga modern adalah keluarga yang cakap digital alias paham akan perkembangan teknologi dan bisa memanfaatkannya. Transisi perubahan zaman ini, membuat situasi dalam keluarga modern juga berbeda. Menurut Pew Research Center, faktor seperti teknologi dan usia pernikahan juga memengaruhi situasi keluarga. Di abad ke -21 usia pernikahan wanita berubah dari 21 tahun ke 27 tahun sehingga usia wanita mengalami masa menjadi seorang ibu pun berubah dan berpengaruh pada tumbuh kembang anak dan perilaku anak (yang juga berpotensi memunculkan konflik).
Saat ini, pola pikir keluarga modern juga berubah. Banyak keluarga yang tidak lagi menjadikan anak sebagai aset dalam keluarga. Ini dibuktikan dari penurunan angka kelahiran di tahun 2022 sebesar 17.095 kelahiran per 1000 penduduk, lebih rendah dari tahun 2021 yaitu sebesar 1,59 persen. Tahun 2023 pun angka kelahiran kembali menurun menjadi sebanyak 16.817 per 1000 penduduk turun 1.63% dari tahun 2022.
Selain itu, gerakan feminisme juga menjadi salah satu faktor pola pikir yang memengaruhi persepsi keluarga modern. Studi yang dilansir NCBI, gerakan feminisme bisa menurunkan tingkat kehamilan yang tidak diinginkan untuk wanita. Sehingga, punya anak nanti ataupun childfree menjadi sebuah opsi.
Keluarga modern juga punya macam masalah lain seperti:
Cara berargumentasi
Setiap keluarga pasti mengalami konflik, kecil maupun besar argumentasi pasti terjadi. Keluarga modern kini lebih paham untuk memahami cara berkomunikasi alih-alih fokus pada sumber konflik.
Ketika argumentasi tak berujung solusi, sebaiknya tetap tenang dan beri jeda tanpa memaksakan harus selesai di satu waktu.
Masalah keuangan
Rasanya, tak ada keluarga yang tak punya masalah keuangan. Masalah keluarga modern kini berurusan dengan inflasi dan krisis ekonomi akibat pandemi dan konflik di beberapa negara. Solusinya, harus lebih pintar dalam mengatur kondisi keuangan dan butuh kerja sama dengan anggota keluarga untuk bisa menjaga pengeluaran dan pemasukan dengan baik.
Teknologi mengambil alih (hampir di semua sisi kehidupan)
Teknologi mengambil alih waktu, komunikasi, pekerjaan, hingga hubungan keluarga. Kini, dengan kecanggihan teknologi, kita bisa bekerja dari mana saja, komunikasi kapan saja, dan bersilahturahmi dengan keluarga tanpa perlu tatap muka secara langsung. Sayangnya, teknologi juga mengambil banyak waktu kita sehinga kalau tak pintar mengatur waktu dengan baik, teknologi akan mengambil dunia kita.
Problematika pernikahan usia muda
Kalau saat ini usia menikah berubah, bukan berarti pernikahan dini tak lagi terjadi. Bahkan menurut Dr. Yulina Eva Riany, M.Ed., dari Fakulitas Ekologi Manusia IPB, saat ini Indonesia menduduki posisi ke-7 tertinggi di dunia sebagai negara dengan jumlah kasus pernikahan dini. Hal ini dipengaruhi faktor ekonomi, tingkat pendidikan rendah, dan kurangnya sosialisasi.
Pekerjaan vs keluarga
Kini bekerja sudah bisa hybrid dan memilih untuk work from home (or anywhere) tapi membagi waktu antar pekerjaan dan keluarga masih menjadi isu dalam keluarga modern. Walau demikian, keluarga modern sudah banyak yang paham tentangnya keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga. Sebuah riset di Slovenia menyatakan keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga berpengaruh pada peningkatan keterlibatan kerja karyawan sehingga produktivitasnya juga akan meningkat.
Abad 21 memang punya warna berbeda dalam kehidupan termasuk kehidupan rumah tangga. Keluarga modern dan tradisional punya isu sendiri dalam perjalanannya, tapi solusinya kembali pada komunikasi dan pengaturan waktu yang baik sehingga perkembangan zaman bisa tetap punya manfaat dan pengaruh baik untuk keluarga.
Referensi: NCBI, The International Psychology Clinic, Pubmed, Macrotrends
Image by Lifestylememory on Freepik