“Saya baru saja mengalami kehilangan. Ayah saya meninggal dunia, tepat di hari ulang tahunnya. Momen yang seharusnya menyenangkan untuk kami semua, mendadak berubah duka. Hampir setahun kepergiannya, saya masih merasakan sedih luar biasa. Sangat sulit untuk saya bisa merasakan bahagia dan entah bagaimana mengisi kekosongan itu. Saya pikir, ini hal yang wajar ketika menghadapi kematian. Namun kini saya mulai bertanya-tanya dengan kesedihan yang terlalu berlarut-larut ini, perlukah saya menemui psikolog?” A, 35 tahun. 

Hidup memang penuh dengan tantangan, suka dan duka datang silih berganti tanpa kita rencanakan. Ada yang mudah kita lewati, ada yang sulit sehingga mengganggu roda kehidupan. Apakah karena kehilangan, atau cemas yang berlebih, yang membuat kita sulit menjalani kehidupan yang normal. Ketika kita merasa tak mampu menghadapinya sendiri, bantuan psikolog bisa menjadi pilihan. 

Apa saja, ya yang membuat kita perlu menemui psikolog? 

1. Menghadapi kematian 

Kita tak bisa menghindari kematian, kematian itu pasti. Tapi bukan berarti, kita mudah melewatinya. Semua orang menghadapi kematian dengan cara yang berbeda, berduka wajar saja. Namun ketika kematian ikut merenggut hidup kita, dan membuat kita sulit berjalan maju, psikolog bisa membantu membuka jalan menghadapi kematian orang yang kita sayang. 

2. Cemas dan stres 

Lika-liku kehidupan memang bisa membuat kita stres, banyak situasi juga bisa memicu stres. Mulai dari persoalan dengan pasangan hingga masalah pekerjaan bisa membuat kita cemas. Kecemasan yang tak terkontrol bisa menyebabkan jauhnya kita dari lingkungan sosial, depresi, dan beberapa masalah kesehatan mental lainnya. Di sinilah psikolog bisa membantu mengontrol stres dan cemas dengan mencari tahu akar dari masalah dan cara menyikapinya. 

Baca: Mengapa Milenial Rentan Alami Depresi?

3. Depresi 

Perasaan tidak mampu melakukan sesuatu, merasa semua yang dilakukan salah, mudah menyerah adalah beberapa tanda dari depresi. Depresi menyebabkan kita tak lagi bergairah akan sesuatu, mudah lelah dan sering kali bermasalah dalam mengatur emosi. Psikolog bisa membantu mencari tahu apa yang menyebabkan depresi, dan memudahkan kita untuk menghadapi segala pikiran negatif. 

4. Fobia (ketakutan berlebih) 

Takut laba-laba atau takut ketinggian adalah fobia yang sering kita temukan. Tapi, ada juga fobia yang berbeda namun bisa membawa dampak buruk dalam kehidupan. Misalnya, sitophobia (ketakutan makan) yang bisa membahayakan kesehatan. Psikolog bisa membantu kita mengontrol rasa takut, sehingga kita tak lagi punya polyphobia (ketakutan akan banyak hal) atau justru phobophobia (ketakutan akan rasa takut). 

5. Masalah pasangan maupun keluarga 

Sebuah hubungan, baik personal, keluarga atau dalam pekerjaan pasti ada naik turunnya. Walaupun sebuah hubungan dengan orang lain bisa jadi penyemangat hidup, nyatanya juga bisa menjadi cikal bakal stres dan bibit masalah. Pergi ke psikolog bisa membantu memperbaiki hubungan kita dengan diri sendiri maupun dengan orang lain, termasuk keluarga. 

6. Kebiasaan buruk 

Ada kebiasaan buruk yang sulit kita benahi, seperti merokok, minum-minuman keras, atau penggunaan obat-obatan (yang justru ternyata adalah pelarian kita dari masalah yang sebenarnya). Psikolog membantu kita menangani akar dari permasalah kita, sekaligus membantu mengatasi kebiasaan buruk yang menutupinya seperti adiksi, gangguan makan, manajemen stres, dan masalah tidur. 

Baca: Kecanduan Makanan, Bisa Lebih Sulit Disembuhkan daripada Kecanduan Alkohol

7. Gangguan mental yang disebabkan oleh masalah besar 

Gangguan mental bisa bermanifestasi dalam wujud yang berbeda-beda yang hanya bisa diobservasi oleh tenaga ahli yang profesional. Seorang psikolog bisa membantu mengatasi masalah mental yang berat, seperti: 

  • Gangguan bipolar 
  • Gangguan depresi berat 
  • Skizofrenia 
  • Gangguan stres dan pasca trauma 

Bagaimana menemukan psikolog yang tepat? 

Langkah pertama adalah mencari rekomendasi psikolog, baik dari kerabat maupun ulasan warganet di dunia maya. Setelah memilih psikolog, bangun hubungan yang terbuka, komunikatif, dan nyaman. Perlunya kenyamanan dalam konsultasi supaya tujuan kita bekerja sama untuk menjaga kesehatan mental dan menjalani hidup yang lebih baik bisa tercapai. Jika ternyata ada rasa tak nyaman, berganti psikolog tidak masalah. 

 

Image by prostooleh</a> on Freepik