Menikah memang bukan perjalanan yang mudah, penuh dengan lika-liku… bisa dikatakan menikah adalah sebuah tantangan. Tantangan kita untuk bisa mengesampingkan ego demi kepentingan bersama, tantangan untuk selalu tetap setia di kala perjalanan terasa membosankan, tantangan untuk bisa selalu berjalan beriringan walau sering tak sependapat.
Untuk kami, Monica 36 tahun dan Henry 40 tahun, menikah menjadi lebih mudah dijalani karena fondasi kami sama… sama-sama menjalani pernikahan karena Tuhan. Karena agama menjadi landasan seluruh keputusan dan perjalanan bahtera rumah tangga kami. Sampai sering orang bertanya, “Apa hubungannya agama dengan sebuah pernikahan yang langgeng?”
Banyak yang belum paham, kalau agama itu berhubungan erat dengan sebuah pernikahan. Bukan sekedar karena pernikahan adalah penyempurna agama, tapi menurut sebuah penelitian yang dilansir ncbi.gov, pernikahan dan agama memengaruhi banyak aspek dalam kehidupan. Mulai dari kesehatan fisik, kesehatan mental, kebahagiaan pribadi dan rumah tangga, ekonomi yang stabil hingga pengasuhan anak. Penelitian terbaru bahkan menemukan bahwa pernikahan berlandaskan agama yang kuat, bisa mengurangi tingkat kekerasan dalam rumah tangga dan meningkatkan kehidupan seksual, lho!
Coba kita telaah satu per satu…
Menikah adalah penyempurna agama. Dengan menikah, diharapkan satu dan yang lain saling menjaga, bagai dalam sumpah “dalam sakit maupun sehat”. Ternyata, dengan menikah, menurut Murphy (et al. 1997) kita bisa terhindar dari penyakit jangka panjang atau kelumpuhan, serta punya risiko kematian yang rendah. Artinya, dengan menikah kita bisa punya kondisi fisik yang lebih baik dan terjaga.
Kedua, kesehatan mental kita pun bisa terjaga dengan menikah. Mereka yang menikah punya kesempatan bahagia ketimbang yang tidak. Sebuah penelitian (Koenig et al. 2001) menjelaskan, bahwa mereka yang menikah berlandaskan agama punya dampak yang lebih baik, seperti lebih percaya diri, lebih mudah beradaptasi, hingga terhindari dari depresi dan kecemasan.
Lalu, menikah dengan berlandaskan agama, juga berpengaruh dalam peningkatan ekonomi yang positif, lho! Barro and McLeary (2002) menemukan bahwa mereka yang memiliki kepercayaan agama yang kuat, bisa meningkatkan ekonomi secara positif. Ada hubungan antara produktif dalam kegiatan keagamaan dengan kinerja makro ekonomi.
Baca: Inilah 7 Manfaat Menikah bagi Kesehatan
Begitu pula dalam pola asuh, beberapa penelitian menemukan bahwa anak yang tumbuh dalam keluarga yang religius punya dampak yang baik dalam beberapa hal. Seperti, rendahnya angka depresi pada anak, kehidupan seksual yang terjaga, anak lebih memahami pentingnya menikah dan menghindari seks di luar nikah dan memiliki anak tanpa pernikahan. Agama dalam pernikahan juga memiliki dampak baik dalam pendidikan, ini ditandai dengan banyaknya anak yang mengikuti sekolah minggu dan punya nilai baik dalam rutinitas sekolah pada umumnya.
Terakhir, agama memengaruhi kehidupan seks dalam pernikahan. Kok bisa? Menurut penelitian dari National Health and Social Life Survey, mereka yang menikah punya kepuasan fisik yang lebih tinggi dari mereka yang tinggal bersama tanpa menikah (Laumann et al. 1994). Waite and Joyner (2001) juga menemukan bahwa kepuasan secara emosional dan kenikmatan seks lebih tinggi pada mereka yang sering datang pada pelayanan keagamaan!
Dengan membaca penelitian ini, kami jadi bisa menyimpulkan mengapa pernikahan yang sudah dijalani 12 tahun lamanya tak memiliki hambatan yang signifikan. Karena kami percaya, pernikahan yang dijalani dengan landasan agama yang kuat, akan mempermudah perjalanannya. Semua yang kita hadapi, kita selalu libatkan Tuhan dan apa yang Tuhan inginkan. Berdua saling mencintai karena Tuhan, mana lagi yang bisa menandinginya?
Image by tirachardz on Freepik