Punya suami yang sayang dan perhatian pada keluarganya tentu menjadi nilai plus. Cara dia bersikap dengan keluarganya, membuat kita yakin bahwa ia akan memperlakukan kita dengan cara yang sama. Tapi ternyata, kedekatannya dengan keluarganya membuatnya lebih mementingkan keluarganya, khususnya dalam hal keuangan. Padahal, kebutuhan keuangan keluarga kecilnya pun juga tak kalah banyak. Bagaimana cara menghadapinya?
Menurut Patriavi N. Rathri MSc, MBPsS, Konselor & Kalmselor di KALM online counseling, suami dapat membantu kebutuhan keluarganya setelah melakukan diskusi dengan istri. Bicarakan berapa persen jumlah alokasi untuk kebutuhan rumah, kebutuhan pribadi dan kebutuhan sehari-hari orang tua pihak suami.
Jika pihak suami dan istri telah menemui kesepakatan, selanjutnya suami dapat membicarakan jumlah uang yang dapat diberikan kepada orang tua agar mereka dapat memahami situasi dan kondisi rumah tangga anaknya. Suami juga dapat berdiskusi dengan saudaranya untuk saling membantu kebutuhan sehari-hari orang tua agar tidak hanya diberatkan pada satu pihak saja.
Kalau kebutuhan anak ternyata muncul bersamaan dengan kebutuhan keluarga suami, mana yang harus didahulukan?
Pada kasus seperti ini, penting bagi suami dan istri secara bersama-sama menentukan prioritas pertama dalam alokasi gaji, apakah untuk kebutuhan rumah terlebih dahulu atau kebutuhan keluarga suami. Hindari untuk memberikan keputusan secara sepihak baik dari istri maupun suami agar keduanya saling merasa dihargai dan didengarkan pendapatnya.
Baca: Cara Atur Keuangan Saat Tinggal dengan Orang Tua
Bagaimana cara berbicara dengan suami tentang masalah ini agar ia tak tersinggung?
Pertama, istri dapat memulai percakapan saat suasana perasaan hati suami maupun istri lebih tenang. Selanjutnya, penting bagi istri untuk memunculkan afeksi (kasih sayang) kepada suami dengan mengatakan kata-kata seperti, “Aku sangat mencintaimu dan sangat peduli padamu, aku ingin membahas masalah keluarga kita dan berharap kita menemukan solusinya bersama”.
Afeksi yang diberikan oleh istri dapat menurunkan reaksi negatif dari suami dalam menerima keluhan dari istri. Jika suami menjelaskan pendapatnya, istri sebaiknya mendengarkan dan menganggapi seperti, “Aku mengerti perasaanmu” sehingga suami merasa divalidasi (diakui perasaannya) dan didengarkan pandangannya. Jangan lupa untuk ucapkan maaf juga ya, agar hubungan antara suami dan istri makin positif.
Adakah “rumus adil” menyangkut keuangan pribadi dan membantu keluarga?
Pembahasan mengenai komposisi yang adil untuk istri maupun keluarga pihak suami memang merupakan topik yang cukup kompleks untuk dibahas. Hal ini karena, tidak ada komposisi yang benar-benar pas agar kedua belah pihak yaitu istri dan keluarga suami saling merasa mendapatkan perhatian yang cukup.
Sebaiknya, suami dan istri saling menurunkan ekspektasi bahwa antara kedua belah pihak (istri dan keluarga suami) tidak akan selalu sejalan.
Selain itu, suami dan istri juga dianjurkan untuk menceritakan harapan dan keinginannya dalam hubungan keluarga, sehingga muncul diskusi terbuka antar keduanya. Misalnya, suami menceritakan bahwa ia menginginkan istri untuk mengunjungi pihak keluarganya yang sakit sebanyak seminggu sekali dan menanyakan pendapat istri mengenai keinginannya tersebut.
Baca: Tiga Cara Jitu Atasi Konflik dengan Pasangan
Lagi-lagi, kunci dari keharmonisan keluarga ada pada komunikasi yang baik. Tak terkecuali untuk masalah sensitif seperti berbagi perhatian yang adil antara suami dan keluarganya. Bicarakan dari hati, di waktu yang tepat agar kita dan pasangan bisa saling terbuka akan keinginan dan kebutuhan masing-masing.
Image by pressfoto</a> on Freepik