Bagi wanita yang sedang memilih jenis kontrasepsi yang tepat, IUD biasanya masuk ke dalam hitungan. Selain karena tidak membutuhkan jadwal rutin seperti pil KB dan suntik, jangka waktu pemakaiannya pun bisa bertahun-tahun. Ada yang 3 tahun, 5 tahun, bahkan 10 tahun. Jadi, sebenarnya, berapa lama IUD harus diganti sebelum masa berlakunya habis?

Sebelum mengetahuinya, kita harus memastikan dulu ya, jenis IUD apa yang sedang kita gunakan. Untuk IUD non hormonal atau yang sering disebut “spiral”, batas pemakaiannya sekitar 8-10 tahun. Sementara IUD hormonal, ternyata hanya bisa digunakan sampai batas waktu 3 tahun. Hal ini penting kita ingat, agar bisa melepas dan mengganti IUD tepat waktu, untuk menghindari kemungkinan hamil.

Apa beda IUD hormonal dan non-hormonal?

Baik IUD non-hormonal dan IUD hormonal sama-sama efektif mencegah kehamilan hingga 99%. Bedanya, IUD hormonal mengandung progestin atau hormon progesteron buatan untuk membuat lendir di leher rahim mengental, sehingga sperma kesulitan berenang di dalam rahim.

Adapun IUD non hormonal, menggunakan lilitan tembaga yang menghalangi sel sperma masuk ke dalam tuba falopi (saluran antara rahim dan indung telur). Sel telur pun jadi lebih sulit dibuahi. Di Indonesia sendiri, IUD yang biasa digunakan adalah IUD non hormonal atau copper T. 

Lalu, bagaimana bila kita tidak melepas IUD tepat waktu?

Biasanya nih, ibu-ibu suka kelupaan mengganti IUD-nya. Berbahayakah? Untuk menjawab pertanyaan ini, lagi-lagi tegantung pada jenis IUD yang digunakan. 

IUD hormonal bila sudah kedaluawrsa sebaiknya segera dilepas dan diganti, karena IUD ini sudah tidak berfungsi lagi sebagai kontrasepsi. Hormon progestin yang ada pada IUD hormonal akan berhenti diedarkan ke dalam tubuh. 

Berbeda halnya dengan IUD non hormonal, walaupun sudah kedaluwarsa namun fungsi IUD masih ada walapun tidak maksimal. Tapi ingat, ini pun perlu dilepas dan diganti dengan IUD yang baru. Mengapa? Pada dasarnya IUD yang sudah kadaluarsa ini, baik IUD hormonal maupun IUD non hormonal, akan dianggap sebagai benda asing didalam rahim, hal ini akan memicu terjadinya proses peradangan di dalam rahim. Dalam hal ini, mungkin saja terjadinya proses peradangan yang berlebihan sehingga terjadinya perlengketan IUD pada rahim, walaupun kasusnya hanya sedikit.

Baca: Seperti Apa Bentuk IUD? Ini 5 Macamnya

Apakah bisa mengganti dengan IUD yang baru saat proses pelepasan?

Ya, sangat bisa dan sangat disarankan bila kita memang tidak berencana untuk hamil lagi. Kita cukup katakan kepada bidan atau dokter yang akan melepas, bahwa ingin dipasang IUD yang baru. Kabar baiknya, proses pelepasan dan pemasangan ini hanya membutuhkan waktu beberapa menit. Biasanya setelah pelepasan dan pemasangan kembali IUD, kita akan merasakan nyeri di perut bagian bawah atau bisa mengalami “spotting” atau flek. Tak perlu khawatir, ini memang efek samping yang akan dirasakan, dan akan menghilang.

IUD memang mudah dilepas, bahkan tanpa alat dan ditarik sajapun IUD dapat terlepas. Namun, kamu perlu berhati-hati ya, karena efek samping ditariknya IUD bisa berbahaya salah satunya adalah perdarahan. Tetap lakukan pelepasan IUD oleh tenaga kesehatan, baik bidan atau dokter ya, agar aman dan terhindar dari infeksi.