Ketika anak mulai bersekolah, orang tua kerap dibuat pusing dengan permintaan anak akan mainan dan barang yang sedang hits di kalangan teman-temannya. Mungkin saja kita mampu membelinya, namun selalu menuruti keinginan anak untuk membeli sesuatu akan membahayakan masa depannya. Karena itu, kemampuan mengelola uang sepertinya harus sedini mungkin diajarkan agar mereka tahu nilai uang dan barang, tahu bahwa orang tua tak selalu bisa memenuhi kebutuhan mereka, pandai membedakan keinginan dan kebutuhan, serta menjadi orang dewasa yang pandai mengatur keuangan.
Lalu, kapan sebaiknya anak mulai belajar cara mengelola uang?
Menurut Beth Kobliner, pengarang Make Your Kid a Money Genius (Even If You’re Not), kebiasaan anak mengelola uangnya mulai terbentuk di usia tujuh tahun. Meskipun demikian, anak mulai dapat memahami konsep menabung dan membeli sekitar usia tiga tahun.
Ada tiga tahapan yang bisa kita lakukan untuk mulai mengajari anak mengelola uang, menurut usianya.
Usia 3-5 tahun: tunda keinginannya
Pada kelompok termuda ini, pelajaran utama yang dapat diberikan kepada anak bukanlah tentang seribu rupiah itu sebanyak apa, melainkan bagaimana cara menunda keinginannya. Terkadang, orang tua tidak tega menolak keinginan anak untuk membeli mainan atau permen, apalagi jika harganya murah.
Sebaiknya, pilah keinginan anak yang mana yang bisa ditunda. Jika anak meminta mainan misalnya, kita bisa mengucapkan, “Mama tidak punya uang sebanyak ini, bagaimana jika kita menabung dulu?” Dari sini anak mulai bisa diajak mengumpulkan uang untuk mencapai keinginannya.
Agar kegiatan menabung menjadi lebih menyenangkan, kita bisa meminta anak menggambar benda yang ingin dibelinya kemudian ditempelkan di celengannya. Sesuaikan pula jumlah uang yang akan ditabung agar sesuai dengan harga barang, agar anak tidak patah semangat karena uangnya tidak kunjung mencapai target.
Untuk aktivitas yang sering dilakukan seperti pergi ke minimarket, buat komitmen sejak awal seperti, “Kita nanti mau beli susu dan sereal ya, Nak. Tidak beli mainan, ya”. Anak pun belajar untuk menahan diri sekaligus menepati janji.
Pada usia ini juga anak sudah dapat belajar cara mengalokasikan uang yang didapatnya, baik uang saku maupun angpau. Kita bisa memberinya tiga toples terpisah yang diberi nama saving (tabungan), spending (pengeluaran), dan sharing (sedekah).
Ketika anak mendapatkan uang, ajak ia untuk memasukkan uangnya ke dalam masing-masing toples. Beritahu juga toples mana yang harus dibuka ketika akan membeli permen atau memberi sedekah.
Baca: Ini Cara Agar Anak Paham Kondisi Finansial Orang Tua
Usia 6-10 tahun: libatkan dalam proses belanja
Di rentang usia ini, anak sudah mampu mengambil keputusan sendiri. Karena itu, ajari mereka untuk membuat pilihan bagaimana mereka akan membelanjakan uang mereka.
Contohnya, kita dapat melibatkan anak untuk membuat keputusan produk apa yang bisa dibeli dengan cara membandingkan harganya. Kemudian, beri anak sejumlah uang agar dia memilih sendiri barang yang dibutuhkannya.
Dalam proses tersebut, bimbing anak untuk membedakan barang yang mereka butuhkan dan yang mereka inginkan. Hal tersebut penting agar kelak ia mampu membuat prioritas.
Usia 11-13 tahun: membuat tujuan jangka panjang
Pada kelompok usia berikutnya, anak sudah memasuki usia remaja. Di usia remaja inilah anak sudah dapat diajak berpikir lebih jauh.
Jika sewaktu kecil mereka menabung hanya untuk membeli permen, sekarang saatnya mereka membuat tujuan jangka panjang. Target ini mengajak mereka untuk lebih lama menabung dengan harapan jumlah uang yang diperoleh lebih banyak dan mampu membeli barang yang nilainya lebih besar.
Baca: Ramaja "Zaman Now" Lebih Konsumtif? Ini Cara Mengatasinya
Menabung di bank bisa dijadikan pilihan. Ajak anak untuk menghitung berapa banyak jumlah tabungan mereka kelak jika mereka lulus SMP, misalnya, dengan memasukkan komponen bunga maupun bagi hasil.
Bagaimana jika anak gagal memenuhi target? Biarkan ia belajar dari kesalahannya. Ketika uangnya selalu habis untuk membeli jajanan favorit sepulang sekolah, ia bisa merasakan penyesalan karena tidak mampu membeli mainan idaman di akhir bulan.
Dari sinilah anak belajar untuk lebih konsisten mengelola keinginannya.
Berapapun usia anak kita saat ini, tidak ada kata terlambat untuk memulai membimbingnya untuk menjadi anak yang cerdas mengelola uang. Kelak, kita sebagai orang tuanya jugalah yang ikut merasakan manfaatnya.
Image by jcomp on Freepik & https://pixabay.com/users/oleksandrpidvalnyi