Pernah mendengar atlet voli wanita nasional bernama Aprilia Manganang? Kasusnya cukup heboh sampai federasi voli saat itu mempertanyakan kebenaran jenis kelamin pemain voli tersebut. Tak disangka ternyata selama ini Aprilia Manganang adalah seorang pria namun mempunyai hipospadia dan dianggap berjenis kelamin wanita.
Hipospadia merupakan salah satu masalah kelainan perkembangan paling umum pada janin di Amerika Serikat. Angka kejadiannya berkisar sekitar 1 dari setiap 200 bayi dengan penis. Hipospadia adalah cacat lahir (kondisi bawaan) di mana uretra terletak di bagian bawah penis, bukan di ujungnya. Nah, uretra adalah saluran berbentuk tabung tempat urin mengalir dari kandung kemih ke luar tubuh.
Apakah berbahaya?
Tergantung dari derajat keparahannya. Secara umum, ada beberapa jenis hipospadia:
- Hipospadia subkoronal. Ini adalah saat uretra berada di posisi distal, yang berarti dekat ujung kepala penis, tapi tidak di ujungnya. Jenis hipospadia ini adalah yang paling umum, yaitu terjadi pada sekitar 80% hipospadia.
- Hipospadia poros tengah. Ini adalah saat uretra terletak di sepanjang batang penis dalam.
- Hipospadia penoskrotal. Ini adalah saat uretra terletak di suatu tempat di dekat tempat pangkal penis dan skrotum bertemu. Ini adalah salah satu jenis hipospadia yang paling parah.
- Hipospadia skrotum atau perineum. Ini adalah bentuk hipospadia yang paling langka. Ini terjadi ketika uretra terletak di skrotum atau di belakang skrotum.
Baca: Begini Cara Kerja Organ Reproduksi Pria
Apa penyebabnya?
Hipospadia merupakan kelainan kongenital alias cacat bawaan lahir. Hipospadia terjadi ketika terjadi hormon-hormon reproduksi tidak sepenuhnya berfungsi, yang menyebabkan uretra berkembang secara tidak normal. Dalam kebanyakan kasus, penyebab pasti hipospadia tidak diketahui. Terkadang, hipospadia bersifat keturunan, tetapi lingkungan juga dapat berperan.
Apa yang membuat kita rentan terkena hipospadia?
Meskipun penyebab hipospadia biasanya tidak diketahui, faktor-faktor ini mungkin terkait dengan kondisi:
- Riwayat keluarga. Kondisi ini lebih sering terjadi pada bayi dengan riwayat keluarga hipospadia.
- Genetika. Variasi gen tertentu mungkin berperan dalam gangguan hormon yang merangsang pembentukan alat kelamin pria.
- Usia ibu di atas 35 tahun. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mungkin ada peningkatan risiko hipospadia pada bayi laki-laki yang lahir dari wanita yang lebih tua dari 35 tahun.
- Paparan zat tertentu selama kehamilan. Ada beberapa spekulasi tentang hubungan antara hipospadia dan paparan ibu terhadap hormon tertentu atau senyawa tertentu seperti pestisida atau bahan kimia industri, tetapi penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi hal ini.
Baca: Plus Minus Hamil di Usia Tua
Apa tanda kita mengalami hipospadia?
Tanda dan gejala hipospadia bisa sebagai berikut, yaitu:
- Penis yang sedikit melengkung ke bawah. Ini disebut chordee. Ini terjadi pada sekitar 15% orang dengan hipospadia.
- Kesulitan buang air kecil. Hal ini terjadi karena adanya semburan air seni yang berasal dari daerah lain selain ujungnya.
- Testis yang tidak turun. Ini terjadi ketika salah satu atau kedua testis tetap berada di dalam tubuh daripada turun ke skrotum, yang merupakan kantung kulit yang menahan testis.
Jika tidak diobati, hipospadia juga dapat menyebabkan masalah lain, seperti sulit melakukan hubungan seksual atau sulit buang air kecil sambil berdiri.
Bisakah hipospadia disembuhkan?
Jika tidak memiliki chordee (kelengkungan pada penis mereka) dan hipospadianya ringan, dengan uretra di dekat ujungnya, mungkin tidak memerlukan pembedahan. Tapi, jika hipospadia cukup parah, pengobatan biasanya melibatkan pembedahan untuk membantu memperbaiki dan membangun kembali uretra sehingga meluas ke ujung penis. Setiap kelengkungan penis akan ditangani pada saat yang sama.
Kapan harus periksa ke dokter?
Sebagian besar bayi dengan hipospadia didiagnosis segera setelah lahir saat masih di rumah sakit dan harus dilakukan penanganan sesegera mungkin karena dapat memengaruhi kemampuan buang air kecilnya.
Seperti kasus Aprilia Manganang, kejadian hipospadia saat lahir tidak ditangani dengan baik karena keterbatasan medis sehingga menjadikannya seoarang wanita.
Jadi, penting ya untuk mengetahui apa itu hipospadia dan penanganan selanjutnya!
Image: Sport Tempo, Ners Universitas Airlangga