Bisa dibilang, masa sekarang adalah masanya gen Z, atau mereka yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012. Tahun 2022 ini, usia mereka kurang lebih antara 10 hingga 25 tahun. Para gen Z inilah yang kini aktif menggunakan gadget dalam berbagai aspek kehidupan, menciptakan gaya hidup baru, bahkan menciptakan berbagai inisiatif sosial dan ekonomi, selain kita para milenial tentunya. Namun, “lalu lintas informasi” yang menjadi keseharian mereka (termasuk informasi kesehatan) ternyata tak lantas membuat gen Z lebih sehat dari generasi sebelumnya. Penelitian menunjukkan, bahwa gen Z rentan alami masalah kesehatan mental seperti berikut ini.
1. Kecemasan
Tumbuh di dunia yang “sangat terhubung” ternyata dapat membangkitkan perasaan terisolasi dan kesepian yang intens. Situasi ini ternyata membuat gen Z harus tumbuh dewasa di masa stres dan kecemasan yang meningkat.
Akses yang begitu terbuka pada apapun dapat juga memicu hentakan berita negatif, rasa takut ketinggalan, juga rasa malu karena gagal memenuhi standar media sosial. Belum lagi berbagai permasalahan yang terjadi seperti kekerasan dan terorisme hingga pandemi COVID-19, harus Zoomer (sebutan bagi orang yang masuk ke dalam generasi Z) hadapi dalam waktu yang relatif singkat.
Tak hanya itu, gen Z memiliki lebih banyak kecemasan terhadap perubahan iklim daripada generasi sebelumnya. Sisi positifnya, orang dewasa gen Z lebih terlibat dengan masalah perubahan iklim daripada gen X dan milenial.
Baca: Pacar Minta Hubungan Seks, Ini Cara Menolaknya
2. Mudah stres
Beragam faktor yang harus dihadapi oleh gen Z tadi ternyata berimbas langsung pada kesehatan mental mereka. Penelitian baru menunjukkan bahwa pemuda AS antara usia 13 dan 24 lebih banyak dipengaruhi oleh stres pandemi daripada generasi lainnya. Ketidakpastian dan ketakutan akan virus adalah salah satu sumber stres utama mereka. Mereka juga merasa stres atas kehidupan sosial, pekerjaan, dan sekolah mereka. Para ahli mengatakan Gen Z sangat terpengaruh karena ini adalah masa transisi kehidupan.
3. Keinginan bunuh diri
Selain itu, menurut sebuah studi oleh JAMA Network of Medical Journals, tingkat bunuh diri untuk individu dari segala usia di Amerika Serikat meningkat 30% dari tahun 2000 hingga 2016 dan mencapai puncaknya untuk kaum muda pada tahun 2017. Hal yang berkontribusi pada tingginya tingkat depresi dan percobaan bunuh diri remaja di Amerika adalah akibat penggunaan media sosial.
4. Depresi
Di seluruh dunia, tingkat depresi dan kecemasan meningkat lebih dari 25% pada tahun 2020, menurut penelitian yang diterbitkan di Lancet. Kelompok usia yang lebih muda mengalami peningkatan yang lebih besar daripada kelompok yang lebih tua, dengan kelompok usia 20 hingga 24 tahun mengalami lompatan terbesar dari semuanya. Di Amerika Serikat, tingkat depresi naik pada tahun 2021 menjadi hampir 33% - dengan 1 dari setiap 3 orang Amerika berusia 18 tahun atau lebih mengalaminya.
Baca: Rajin di Depan Layar? Ini Bahayanya Terlalu Banyak Duduk
Berbahayakah masalah kesehatan mental gen Z ini?
Jennifer King, DSW, LISW, asisten profesor di Center on Trauma and Adversity, Case Western Reserve University, Amerika Serikat, mengatakan bahwa tidak semua stres itu buruk. “Itulah yang membantu kami belajar dan tumbuh,” katanya. “Alarm stres internal kami berdering setiap kali kami akan melakukan sesuatu yang baru — seperti mengikuti tes, berkencan, atau melakukan wawancara kerja.” Ketika stres kecil dan dapat diprediksi, tubuh kita dapat merespon stres dan kemudian kembali ke awal dengan cepat, katanya.
Namun, akan lain ceritanya ketika stres sangat intens, tidak dapat diprediksi, dan berkepanjangan. Kita jadi tidak dapat mempersiapkan diri dan tidak dapat memprediksi kapan akan berakhir. Hal ini dapat menyebabkan tantangan kesehatan fisik dan mental seperti kecemasan, perasaan tidak berdaya atau putus asa, kelelahan, insomnia, sakit kepala, dan ketidaknyamanan tubuh lainnya.
Lalu, apa yang harus kita lakukan jika mengalami stres bahkan kecemasan? Terapkan jurus RILEKS. Baca penjelasannya di sini.
Photo created by freepik - www.freepik.com