Pasangan kita rasanya sudah sempurna, deh! Bisa melengkapi kekurangan, ada di kala sedih maupun susah. Rasanya, tinggal meresmikannya saja. Tapi, ternyata kebahagiaan terpaksa tertunda karena orang tua tak setuju kita menikah dengannya. Apa alasan orang tua tak merestui hubungan kita dengan calon pasangan kita? Haruskah kita pasrah dan menyerah? Simak penuturan Dina Wulandari, M.Psi, Psikolog (Psikolog Klinis & Kalmselor @get.kalm). 

Apa sih pertimbangan orang tua saat memberi restu pada anaknya? 

Walaupun jodoh termasuk dalam takdir Tuhan, orang tua tetap menginginkan anaknya mendapat jodoh yang terbaik karena urusan menikah merupakan perjalanan panjang dan penting dalam tahapan kehidupan, serta membawa nama dua keluarga besar. 

Bibit, bebet, dan bobot masih jadi tiga pertimbangan dasar orang tua memilih calon menantunya. Bibit dari segi keturunan atau keluarga dari pasangan anak, lalu bebet yang berkaitan dengan pekerjaan/kondisi ekonominya, serta bobot atau kualitas diri (dilihat dari fisik, agama, juga tata kramanya). 

Baca: Menikah Beda Status Sosial, Masihkah Berisiko? 

Rasanya bibit-bebet-bobotnya sudah oke, kok masih tak direstui?

Kalau ada penolakan berarti ada yang tidak cocok dari pasangan ke orang tua. Bisa jadi, nilai-nilai yang diyakini oleh orang tua sebagai hal baik namun tak dimiliki oleh pasangan. Misalnya, dinilai kurang memiliki tata krama, beda agama, dianggap tidak setara, belum mapan, dan lainnya. 

Lalu, gimana dong cara komunikasi dengan orang tua agar mereka mengerti dan memahami apa yang kita rasakan? 

Ketika orang tua sudah memberi sinyal kurang suka dengan pasangan, baiknya segera cari tahu apa yang membuatnya bersikap demikian. Terkadang orang tua punya rasa (feeling) yang kuat dengan seseorang berdasarkan pengalaman. Tak perlu defensif, dengarkan apa yang mereka utarakan dan coba berpikir dengan bijak. Tak perlu terburu-buru mengambil keputusan apapun, apalagi yang tidak dipertimbangan secara matang.

Dengan mendengarkan apa yang kurang disetujui orang tua dari pasangan, kita jadi bisa lebih menggali pasangan, mengenali diri serta karakter pasangan lebih jauh, belajar mengkonsolidasi, belajar mengendalikan diri, tenggang rasa, hingga belajar mengatasi konflik sebelum benar-benar terjun dalam pernikahan. 

Pahami juga sudut pandang orang tua, sampaikan alasan kenapa pasangan adalah sosok yang tepat dan jika waktunya sudah pas, libatkan pasangan dalam momen bersama keluarga. 

Baca: Calon Mertua Judes? Luluhkan dengan 5 Hal Ini

Di kondisi tak direstui seperti ini, bagaimana seharusnya pasangan bersikap? 

Jika punya pandangan dan tujuan yang sama, pasangan seharusnya akan memberi dukungan dan berseida bersama untuk mengorbankan waktu, tenaga, biaya dalam usaha meraih restu orang tua. Ia akan menjadi support system yang utama dan terus memberi masukan positif serta turut membuktikan keseriusan dalam kematangan sikap juga pola pikir. 

Sebaliknya, jika ia enggan bekerja sama apalagi terlibat, kita perlu waspada. Di sini, kita bisa menilai apakah di masa yang sulit ia masih mau berjalan bersama. 

“Tetap tidak setuju!” padahal sudah kerahkan segala cara. Harus gimana?

Bicarakan (lagi) dengan kepala dingin dengan pasangan. Ambil keputusan dengan matang dengan mempertimbangkan risiko yang muncul. Mau diteruskan atau tidak, itu adalah pilihan yang harus disepakati kedua belah pihak. Sulit memang untuk tidak melibatkan emosi di situasi seperti ini, tapi memaksakan kehendak dan mengambil keputusan tanpa mempertimbangkan risiko jangka panjang juga tidak bijaksana. 

Baca: Batal Menikah dan Perjuangan Menjalani Hidup Setelahnya

Coba untuk bersabar sebentar lagi.. 

Pernikahan adalah hal yang sakral, dengan janji seumur hidup dan restu orang tua menjadi berkah untuk pernikahan yang bahagia. Satu-satunya cara untuk mendapatkan restu adalah dengan usaha dari kita dan pasangan untuk membuktikan bahwa kita saling mendukung secara positif dan dapat tumbuh ke arah yang lebih baik bersama-sama.

Tak perlu buru-buru menikah kalau orang tua masih ragu. Terus berusaha yakinkan mereka, dan biarkan mereka melihat sendiri prosesnya. Waktu yang akan berbicara, kita hanya perlu sedikit lagi bersabar untuk hasil yang terbaik. Jangan putus harapan, ya!

Masih galau mau lanjut atau tidak? Konsultasikan pada Kalmselor di website KALM atau unduh aplikasinya di Playstore. 

 

Photo created by freepik - www.freepik.com