Membayangkan nikmatnya menjalani hidup dengan pasangan memang indah. Menurut John Gottman, PhD seorang psikolog dan penulis buku, pernikahan yang sehat bisa mengurangi risiko depresi, kecemasan, psikosis, dan mengurangi stres akibat trauma dan fobia. ,” ujarnya. Semakin tak sabar dong, untuk segera menikah! Tapi kenyataannya, pernikahan tak selamanya indah. Komitmen seumur hidup ini butuh pengorbanan, kompromi, dan ‘pekerjaan rumah’ untuk menjaga hubungan agar tetap harmonis. Pertanyaannya, siapkah kita?
Bayangan akan sebuah pernikahan yang ideal sering membuat mereka yang dimabuk cinta mudah berkata siap. Padahal, ada tanda-tanda yang bisa kita lihat untuk memastikan apakah kita benar siap untuk menikah.
1. Otak kita sudah benar-benar matang untuk menghadapi segala konsekuensi
Tak ada patokan usia yang menjadi jaminan kita untuk benar siap menikah, walaupun menurut Undang Undang no 16 tahun 2019 tentang perkawinan, usia minimal untuk menikah adalah 19 tahun. Kematangan psikologis tiap orang berbeda.
Menurut Noah Clyman, clinical director di NYC Cognitive Therapy, otak kita belum sepenuhnya berkembang hingga usia 27 tahun. Terutama bagian otak yang memiliki kemampuan untuk memahami konsekuensi jangka panjang dan beratnya beban hidup. “Menikahlah ketika otak kita benar-benar sudah matang.”
2. Kita sudah mengenal dan mencintai diri kita
Untuk menciptakan ikatan yang kuat sepanjang usia, pasangan kita tentu perlu punya cinta yang tak berujung untuk kita… setelah kita mencintai diri kita dulu. Sudah sempatkah kita menilai diri, “siapa saya, bagaimana saya ketika di bawah tekanan, bagaimana saya bersikap ketika keadaan tak sesuai haparan, sudahkah saya berdamai dengan masa lalu, adakah beban yang saya bawa masuk ke dalam pernikahan (yang mungkin) bisa menjadi bibit konflik, dan siapkah saya untuk mencintai diri saya (dulu) sebelum mencintai dirinya?” Kenali diri sendiri, baru kita bisa menilai apakah pasangan adalah yang terbaik yang kita butuhkan, bukan hanya rasakan.
Jika masih merasa sulit, ikuti kelas online "Berdamai dengan Diri" Bersama psikolog Alzena Masykouri di sini.
3. Kenal dengan bahasa cinta masing-masing
Ada lima bahasa cinta yang bisa kita pelajari untuk memahami kebutuhan diri dan pasangan tanpa harus perlu banyak kata. Apakah itu lewat pujian, waktu berkualitas, sentuhan fisik, bantuan, atau hadiah yang bisa membuat kita atau pasangan merasa dicintai. Mengetahui bahasa cinta masing-masing bisa memudahkan kita dalam berkomunikasi dan mengatasi konflik. Jika kita sudah paham bahasa cinta kita dan pasangan, salah satu check list tanda siap nikah bisa kita coret!
4. Kita bisa mengatasi konflik dengan baik
Langkah pertama menghadapi konflik adalah mundur sejenak lalu refleksi diri. Bagaimana kita bereaksi terhadap konflik, konfrontasi, atau kekecewaan? Apakah kita memilih untuk menghindar atau justru malah menyerang?
Catatan penting nih, kalau saat pacaran sudah dipenuhi dengan drama dan stres, jangan pikir menikah adalah solusi untuk mengurangi semua itu. Nyatanya, konflik malah bisa semakin besar. Solusinya hanya dengan saling mengerti dan memahami. Ketika datang masalah, masing-masing harus bisa saling mendengarkan dan mengerti. Kalau kita sudah bisa menghindari konflik dengan cara yang tenang dan menghindari defensif alias membela diri serta lebih sabar dalam menghadapi pasangan, ya kita (bisa jadi) sudah siap menikah.
Baca: Tiga Cara Jitu Mengatasi Konflik dengan Pasangan
5. Terakhir, kita sudah membahas 3 hal penting ini sebelum menikah
Menurut Noah Clyman, uang, agama atau kepercayaan, dan seks adalah tiga hal besar yang pasangan harus saling setuju atau setidaknya berkompromi sebelum memutuskan untuk menikah. Karena tiga hal ini adalah yang paling lazim menimbulkan konflik serta bisa memicu perceraian. Baiknya, kita sudah sepakat bagaimana mengatur keuangan dan perencanaan ke depannya termasuk masalah anak dan pengasuhan sebelum berkata bersedia.
Baca: 10 Hal yang Perlu Kita Ketahui dari Pasangan sebelum Menikah
Menikah adalah tahapan yang indah, bersama mengaruhi bahtera kehidupan bersama ia yang tercinta adalah proses perjalanan yang bisa kita nikmati sepanjang usia. Rintangan dalam pernikahan pasti ada, tapi ketika kita sudah siap sejak dari sebelum melangkah maka segala ombak bisa kita terjang dengan lebih mudah.. bersama.
Photo created by jcomp - www.freepik.com