Saat memutuskan untuk menikah, Sandra sudah memiliki jabatan dan karir yang lebih sukses dari Indra, calon suaminya. Waktu masih pacaran sih, tak terlalu terlihat ketimpangan finansial atau masalah lain yang berarti. Tapi, menjelang pernikahan Indra terlihat ragu karena melihat kemungkinan karir Sandra yang makin melonjak sementara dirinya masih menapak perlahan. Dari gerak-geriknya, sepertinya Indra mulai minder dengan calon istrinya yang lebih sukses. Benar enggak, sih pria itu mudah minder dengan wanita yang lebih sukses? Elaine Novieany, M.Psi., Psikolog dari KALM Konseling Online memaparkan faktanya. 

Berdasarkan penelitian Ratliff & Oishi (2013), 895 partisipan di lima percobaan menyimpulkan bahwa pria merasa gagal dan tidak nyaman jika pasangan mereka lebih berhasil dibandingkan mereka. Pria secara tidak sadar merasa buruk mengenai dirinya, ketika mereka melihat situasi di mana pasangan (wanita) berkembang lebih baik sedangkan mereka stagnan atau sedang dalam kegagalan. Riset ini membuktikan bahwa pria secara otomatis mengartikan kesuksesan pasangan sebagai kegagalan diri, walaupun sebenarnya mereka tak sedang bersaing. 

Apa alasannya, ya? 

Ada dua alasan. Pertama, terdapat stereotip gender yang kuat di masyarakat di mana pria diasosiasikan dengan kekuatan, kompetensi dan kecerdasan. Ketika pasangannya lebih berhasil atau sukses, hal ini bisa menjadi ancaman dan berdampak pada harga diri pria. 

Kedua, ketika menganggap dirinya gagal pria punya ketakutan akan dianggap tidak lagi kompeten dan berisiko kehilangan pasangan mereka untuk pria lain yang lebih kompeten. 

Jika memang minder, harus apa?

1. Komunikasikan sejak awal

Sejak awal menjalin hubungan pacaran, komunikasikan mengenai konsep hubungan yang setara. Diskusikan bagaimana pandangan pria terhadap wanita bekerja maupun pasangan yang lebih sukses, permasalahan apa yang mungkin muncul, dan bagaimana solusinya. Karir yang lebih tinggi juga berkaitan erat dengan konflik dan tanggung jawab peran dalam rumah tangga, lho! Jadi, perlu juga membahas pembagian peran dalam rumah tangga dan pengasuhan anak kelak. 

2. Saling menghargai

Ketika sudah menikah,  saling menghargai menjadi  kunci untuk  saling mendukung satu sama lain. Suami perlu menurunkan egonya, istri butuh tetap menghargai suaminya sebagai kepala dan pemimpin rumah tangga dengan cara tidak merendahkan  penghasilan dan pekerjaannya. 

Perlukah saling terbuka dengan pendapatan masing-masing? 

Ketika hubungan pacaran sudah di jenjang yang lebih serius dan telah merencanakan pernikahan, tentunya keterbukaan mengenai pendapatan masing-masing perlu dikomunikasikan. Perlu saling toleransi dan menghargai keputusan yang disepakati bersama. Misal, bolehkah wanita tetap bekerja dan membantu finansial rumah tangga? Atau, seluruh urusan finansial rumah tangga dibebankan ke pria? 

Yang terpenting, komunikasikan dengan baik untuk mencari solusi dan kesepakatan bersama serta menjalankan hal tersebut tanpa terpaksa. 

Jika wanita ingin ikut membantu dalam finansial keluarga, apakah akan membuat pria menjadi kehilangan harga dirinya?

Kalau keduanya sudah sepakat bahwa wanita boleh ikut membantu finansial keluarga, sejatinya tidak membuat pria kehilangan harga dirinya. Dengan catatan, wanita tetap perlu menghormati pria sebagai kepala rumah tangga, tidak merendahkan, dan berterima kasih atas pengertiannya yang sudah menyetujui sang istri untuk tetap bekerja. 

Ketimpangan status bisa saja terjadi dalam sebuah pernikahan, sikapi dengan komunikasi yang baik serta selalu sediakan waktu yang berkualitas untuk tetap menciptakan hubungan yang hangat di antara perbedaan yang ada. 

 

Referensi:

Bhattarai, B. R., Gurung, S.K., Kunwar, K. (2015). Impact of spouse’s employment on marital stability: Evidence from working men and women in pokhara. The Journal of Nepalese Bussiness Studied, IX, 1.

Dey, S., & Ghosh, J. (2016). Impact of women’s employment on marital relationship. Bangladesh Res. Pub. J. 12(1), 22-27.

Philip, T. (2002). Impact of women’s employment on family and marriage: A survey of literature. Social Change. 32, 1&2.

Ratliff, K. A., & Oishi, S. (2013). Gender differences in implicit self-esteem following aromantic partner’s success or failure. Journal of Personality and Social Psychology, 105(4), 688–702. doi:10.1037/a0033769

 

Photo created by partystock - www.freepik.com